Senin, 22 April 2013

Senyum Sang Bidadari







~*~   SENYUM SANG BIDADARI   ~*~




 “Bunda, puasa itu wajib ya?
Kata bu guru ila, puasa itu wajib buat semua muslim”
tanya Nabila sepulang sekolah



“ila juga mau ikutan puasa ah, supaya dapat pahala dan masuk syurga”
lanjutnya



“ila mau masuk syurga, Bunda, ila mau jumpa Allah”
ia masih melanjutkan kalimat penuh antusias dari bibir mungilnya



“Kalau ila masuk syurga, ila bisa jumpa ayah ya, Nda?
Tapi nanti siapa yg jagain Bunda?”



Aku hanya tersenyum mendengar celotehannya
Seperti biasa ia akan terus berceloteh riang tanpa henti



“Iya sayang, jadi ila juga mesti belajar puasa dari sekarang ya, supaya Allah makin sayang sama ila”
sahutku bahagia mendengar semangat putri kecilku itu




Ketika mengantarnya tidur, ia kembali mengingatkan untuk membangunkannya saat sahur nanti
Ia berbisik ditelingaku saat aku kecup keningnya ditempat tidur

“Nda, kalau besok ila puasa penuh, doàin ila cepat jumpa ama Allah ya”
Pintanya polos



DegG!
Ada perasaan lain menyergapku



Ah, segera kutepis rasa aneh itu
Seharusnya aku bersyukur ia tidak seperti teman-teman sebayanya yang sulit diajak belajar berpuasa


Aku mengiyakan dan hanya mengangguk dalam diam, ribuan syukur kupanjatkan padaNya karena telah menganugerahkanku seorang putri kecil yg luar biasa



Di sepertiga terakhir malamku,
kembali kutumpahkan airmata kesyukuran atas karunia-Nya memberiku Nabila di sebuah episode kehidupanku


Kuhiba segunung pinta agar Dia selalu menjaganya ditiap desah nafas yang Ia berikan
Tiada lain yang kuinginkan selain menjadikan putriku seorang wanita shalihah bidadari-MU di dunia


Nabila terlihat begitu bersemangat menyantap sahurnya
Ia mengambil sayur yang biasa enggan disentuhnya tanpa kuminta

Benar-benar sahur pertama yang begitu berkesan bagiku, sama seperti sahur pertama beberapa tahun lalu saat aku merasakan berpuasa pertama dengan status baruku sebagai seorang istri dari lelaki pilihan yang dipilihkan-Nya



**z@g**




Pagi ini, sebelum mengantar Nabila ke sekolah, kusempatkan mampir ke toko peralatan kue untuk membeli beberapa bahan yan kubutuhkan

Kuajak Nabila turun dan kugandeng ia masuk ke dalam toko
Aku sibuk memilih beberapa bahan hingga tak sadar bahwa Nabila tak lagi disampingku

Tiba-tiba kudengar beberapa wanita menjerit dan orang-orang berlarian di luar toko
Aku tersadar Nabila tak ada di dekatku

Aku panik dan ikut berlari ke luar karena aku tak bisa menemukannya di dalam toko

Aku berlari ke arah kerumunan orang dan sesaat kurasakan bumi seolah berhenti berputar

Bumi tempatku berpijak seakan-akan menarik segenap kemampuanku 'tuk bergerak
Di depanku, Nabila tergeletak dg baju seragam putihnya yang berlumuran darah

Segera kudekap ia erat dan menggendongnya sigap

Aku dibantu beberapa orang di sekitar lokasi, segera melarikan buah hatiku ke rumah sakit


Di dalam mobil kudengar orang-orang mengatakan bahwa putriku adalah korban tabrak lari
Sungguh aku tak peduli bagaimana kejadian sebenarnya atau siapapun pelakunya

Bagiku saat ini yang terpenting adalah menyelamatkan nyawa putri mungilku

Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya aku beristighfar dan mengajak bicara putriku, memintanya bertahan

Nabila mengeluarkan desah-desah kecil yang berusaha kutangkap
“Nda, sakit… Kepala ila, Nda”


Jelas terlihat ia menahan sakit yang tak tertahankan
Sekuat tenaga aku berusaha menyimpan tangisan yang sudah menyesak di dada

Aku tak boleh terlihat menangis karena itu akan membuatnya lebih sakit dan panik

Aku harus terlihat tenang agar semangatnya muncul untuk berjuang melawan sakitnya

“ila sabar ya sayang, kita hampir sampai ke rumah sakit,
Bunda tahu anak bunda kuat,
ila harus bertahan ya sayang,
Allah pasti bantu ila supaya sembuh”



Aah, derai itu sulit sekali terbendung saat melihat raut wajah bidadari kecilku yang pucat menahan rasa sakitnya

Darah terus mengalir dari pelipisnya

“Nda, Allah sayang ila kan,
Allah mau kan jumpa ila?”
Parau suaranya masih bisa terdengar ditelingaku


Sebuah senyuman tersungging dibibir mungilnya
Senyuman terindah yang pernah ia punya


Aahh, semakin erat dekapanku seolah ia tak ingin kulepaskan lagi

Aku seolah terseret ke peristiwa 2 tahun silam, saat aku berada diposisi yang sama, mendekap seseorang yang sudah menjadikanku permaisuri ditaman hatinya
Meregang nyawa setelah sebuah mobil menabraknya tepat di depan pintu gerbang setelah mengantarkanku ke sekolah, tempatku mengajar


Masih terpahat di ingatan, senyuman terakhir yang diberikannya sore itu

Ya Rabb, kuatkan hamba…
Sesampainya di rumah sakit, ila segera dilarikan ke ruang gawat darurat

Dokter memintaku untuk menunggu di depan ruang operasi, karena ternyata ila harus segera dioperasi, disebabkan pendarahan hebat di kepala dan punggungnya


Aku merasa detik demi detik merambat begitu perlahan di ruang tunggu itu
Setelah hampir 2 jam menghabiskan waktu dengan kecemasan yang sulit digambarkan di depan ruang operasi itu,
Akhirnya aku menyeret langkahku ke arah mushala di ujung koridor untuk mengadukan segala gundah yang kurasakan diatas sajadah cinta-Nya

Setulus kalbu kupinta dan kurayu pada sang pemberi hela nafas,
Agar Ia menyembuhkan putri kecilku


Namun disebalik semua itu, aku hanya meminta yang terbaik dari-Nya untuk cahaya mataku itu
Karena aku yakin, Apapun yang diputuskan-Nya,
Maka itu adalah yang terbaik untuknya, untukku, dan untuk semuanya


Aku hanya meminta Dia memberiku kekuatan melalui semua ini
Ketenangan semakin kurasakan saat lirih ayat-ayat cintaNya itu kulafadzkan
Ada rasa damai yang tiba-tiba hadir menyelusup di sanubari


Kembali ke ruang tunggu,
Kujumpai seorang wanita separuh baya yang kurasakan juga sedang menghadapi gundah yang sama

Aahh, ruang ini,
Bangunan ini,
Seakan airmata, kegelisahan, dan kecemasan tersketsa di tiap sudut rumah sakit

Setelah hampir 4 jam menunggu dengan kecemasan yang tak tergambarkan
Dokter itu keluar dan menatapku dengan tatapan sendu


Aku hafal betul tatapan itu
Tatapan yang sama saat lelaki yang telah menjadikanku seorang ibu itu dibawa masuk ke ruang operasi

Tatapan serupa saat wanita yang menjadi perantara hadirku ke dunia harus melawan maut di meja operasi itu


Ya Allah, kupinta kekuatan dari-MU

“Nda, kalau besok ila puasa penuh, doàin ila biar cepat jumpa ama Allah ya”
Terdengar lagi pintanya ila anakku sepanjang malam



“Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un...”



Kulihat wajah Nabila pucat seperti kapas,
Namun di wajahnya senyum manis itu tak jua sirna


Tak nampak lagi kulihat sebuah derita disana
Yang tersisa hanya sebuah senyuman yang mengiringinya menghadap sang pemilik kehidupan

Senyum yang juga diberikan ayahnya saat ia pergi meninggalkan dunia fana ini


Airmata tak lagi bisa kubendung, saat kutatap lekat wajah bidadari kecilku itu
Seolah ingin kupahat tiap detil wajahnya di dinding hatiku
Agar sketsa itu takkan pernah pudar 'tuk selamanya



Selamat jalan, sayang…
Kau pergi disaat mulia, disaat kau mulai meraba arti kehidupan di usiamu yang belia

Disaat kau mulai tertatih belajar mencintai-Nya,
Di Ramadhanmu yang pertama


Kau dapatkan kebahagiaan orang yang berpuasa
Kebahagiaan akan perjumpaan dengan-Nya


Bunda mencintaimu, 'nak
Sangat mencintaimu …

Namun ternyata cinta-Nya padamu telah menguntum,
Saat cinta bunda masihlah berputik

Bunda sadar cinta-Nya akan lebih bisa membuatmu bahagia

Dia jauh lebih mencintaimu, sayang
Hingga Dia tak rela, kau dibius cinta dunia,
Karena itu Ia ingin kau ada di sisi-Nya


Bunda janji,
Bunda akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa memelukmu lagi


Do'akan bunda, ya 'nak
Bunda sayang ila …




Semoga bermanfaat



***
Referensi :
Rabu | 28 September 2011
. Sudah Tahukah Anda.com
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar