Rabu, 08 Mei 2013

Malam Pertama Di Alam Kubur





INDAHNYA MALAM PERTAMA



Boleh dikata, inilah tulisan fenomenal yang pernah aku catatkan
Ketika aku posting di facebook, ada 300 teman yang suka dan 200-an komentaR
Bahkan lebih

Fantastis. Untuk ukuran akun Facebook
Bukan group apalagi page
Tentu sangat menakjubkan

Aku bahkan tidak pernah membayangkan catatan itu akan direspon sedemikian rupa
Selalunya pembaca berlinang airmata

Ia menjadi kaya makna dengan komentar para pembaca
Aku pernah dikirimi pesan yang membuat bulu roma-ku merinding

Berdesir. Berikut isi pesannya :

“Assalamu’alaikum…Subhanalloh…,
Puji syukur kehadirat ALLAH Yang Maha Besar lagi Maha Bijaksana
Terima kasih pak ustadz, telah menandai catatan di fb yang bertuliskan nama saya…,
Malam ini sedang mati lampu…,
saya terbangun…lalu saya menyalakan hp untuk mencari sedikit cahaya…
Lalu saya ingin sekali membuka fb…
Ketika saya buka….ada catatan dari fb bernama ibnu…,
Timbul kesombongan dari saya. Afwan bapak

Saya berkata dengan kesombongan tingkat tinggi (karena merasa sudah cukup ilmu islam) aghhhh…
Judulnya begini
dah bisa kutebak….
Awalnya saya enggan untuk membacanya…
Tetapi saya berpikir; saya harus mendapatkan Ridho-Nya bila ‘main’ fb
Maka saya membaca note dari bapak….,

Dalam suasana gelap…., 
Saya baca…., baca,…baca….dan baca….., sampai akhirnya..kesombongan ini luruh..
Mata ini pun tak bisa menahan tangis…
Malu pada amal-amal yang telah sia-sia diperbuat…,
Waktu tak bisa berjalan mundur…
Bagaimana kalau esok adalah giliran saya….
Ya Allah, ampuni hamba….
 (Terima kasih pak ustadz, saya mohon, pak ustadz selalu kirimi saya note….mohon ya pak)

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa bapak, memasukkan bapak ke dalam golongan-golongan orang beriman
Semoga bapak melewati yaumul hisab dengan selamat
Semoga bapak masuk ke dalam jannah-Nya..
Amin ya Allah (Jujur, terharu saya membaca untaian bait doanya….., Amin amin amin ya Allah, kabulkanlah doa-doa kami)

Afwan ya pak…komentnya panjang…
(setelah selesai membaca note dari bapak..listrik langsung menyala lagi
Mungkin inilah cara Allah menegur kesombongan saya)
Saya jadi tidak berdaya…., Wassalamu’alaikum







Berikut catatan yang membuatnya berkomentar seperti di atas :

Acara ini terinspirasi setelah mengikuti acara, “Life Management Training” bersama pak Kiseno, yang sedikit banyak merubah kehidupanku
Bagaimana aku harus menjalani hidup ini dengan baik
Dan bagaimana pula seharusnya aku bermuamalah
Menjalin hubungan baik dengan Allah dan manusia

Ada energi spiritual yang menggugah diri ini
Sehingga terdetik dalam benak untuk mengadakan acara serupa kepada anak-anak didikku
Menularkan ilmu yang didapat agar lebih bermanfaat

Acara itu terjadi pada malam jum’at, tepatnya pada 12 Juni 2009 kemarin
 Acara itu bertajuk “Malam Pertama.”

Acara yang sangat special karena aku menyiapkan mental dan ruhiyah selama sebulan lamanya, dengan satu asa;
Semoga acara berlangsung sempurna dan berkesan bagi mereka
Dan tepat pada pukul 03.00, aku membangunkan anak-anak untuk bangun dari tidurnya

Ada perasaan tersendiri ketika itu, semua anak-anak sangat antusias menyambutnya
Tidak seperti biasanya
Semangat mengikuti acara yang membuat mereka penasaran, karena memang aku tidak memberitahukan detailnya acara kepada mereka sebelumnya.
Setelah berwudhu, kami shalat malam bersama beberapa raka’at di Lantai bawah masjid

Selesai shalat, aku mengintruksikan mereka untuk menutup mata dan meminta dengan sangat agar tidak ada yang berbicara, walaupun sepatah kata
Mereka berbaris memanjang, dengan formasi anak yang di belakang memegang pundak teman di depannya
Saat itulah, acara dimulai. Aku pun tak lupa mengajak mereka untuk banyak beristighfar kepada Allah Ta’ala
Astaghfirullahal ‘Azhim….
Aastaghfirullahal ‘Azhiim….

Karena mata mereka tertutup, aku memandu mereka dengan berjalan tertatih-tatih dan derapan kaki yang berat dengan hentakan yang keras seolah-olah seorang pesakitan yang akan menghadapi siksaan
Hati mereka tidak karuan mendengarkan suara derapan kakiku yang terdengar keras dan menyeramkan, apalagi mereka tidak tahu apa yang akan mereka alami
Ketakutan yang melanda mereka semakin terasa karena didukung dengan dinginnya kota soreang pada malam itu

Dingin menusuk tulang
Kata mereka, acara malam itu terasa sangat menegangangkan, menakutkan, mengharukan sekaligus menyedihkan…, karena itulah acara pertama mereka yang bertajuk malam pertama


Setelah tiba di lokasi yang dimaksud
Aku memandu mereka satu per satu untuk menempati tempat duduk yang tersedia;
Persis di depan kertas Hvs dan lilin yang sudah disiapkan panitia untuk masing-masing anak dengan keadaan mata mereka masih tertutup
Setelah duduk dengan tenang, aku masih mengingatkan mereka banyak beristighfar. Aku pun memulai berorasi,

“Wahai saudara-saudaraku yang aku sayangi dan aku cintai….
Suatu ketika, Yani diajak oleh ayahnya untuk mengunjungi wilayah pemakaman umum kaum muslimin di kota metropolitan, Jakarta.
Mereka berputar sejenak dan kemudian mendapatkan makam yang dicari
Mereka duduk di depan seonggok nisan, “Hj. Muthia binti Muhammad
Lahir : 19 Januari 1915
Meninggal : 20 Januari 1965.”

Ayah Yani berkata,
 “Nak, ini adalah kuburan nenekmu, mari kita berdoa untuk kebaikan nenekmu.”

Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya menengadah ke atas dan memejamkan matanya seperti halnya ayahnya. Ia mendengarkan doa ayahnya untuk neneknya.

Selesai berdoa, Yani bertanya,
“Yah, nenek waktu meninggal berumur 50 tahun ya Yah ?”
Ayahnya mengangguk sambil tersenyum sembari memandang pusara ibunya, Hj. Muthia


“Hm, berarti nenek sudah meninggal 44 tahun yang lalu ya, Yah ?”
kata Yani berlagak dengan menghitung dengan jarinya


“Ya, nenekmu sudah di dalam kubur selama 44 tahun…”
jawab ayahny

Yani memutar otaknya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana,
Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut,
“Muhammad Zaini,
Lahir : 19 Februari 1804
Meninggal : 30 Januari 1910.”


“Hmm, kalau begitu, yang itu sudah meninggal 109 tahun yang lalu ya Yah ?”
 jarinya menunjuk nisan di di samping kuburan neneknya

Sekali lagi ayahnya mengangguk, tangannya terangkat mengelus kepala anaknya satu-satunya sembari menatap teduh mata anaknya dan berkata,

“Memangnya kenapa nak ?”


“Hmm, ayah semalam bilang bahwa kalau kita mati, lalu dikubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa. Dan ditempatkan pada parit dari parit-parit neraka. Begitu sebaliknya, kalau amal shalih kita banyak, kita akan mendapatkan kenikmatan dan tinggal di sebuah taman dari taman-taman jannah.  Iya kan Yah ?”
Yani meminta persetujuan ayahnya


Ayahnya tersenyum dan bertanya,
“Lalu ?”


 “Ya…kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa selama 44 tahun dong yah di kubur ?
 tetapi kalo nenek banyak amal shalihnya berarti sudah 44 tahun pula berada di taman dari taman-taman jannah….
Ya nggak Yah ?”
mata Yani berbinar karena bisa mengemukakan pendapatnya kepada ayahnya


Ayahnya tersenyum, namun sekilas keningnya Nampak berkerut, tampaknya cemas

“Iya nak, kamu memang pintar.”
Kata ayahnya pendek


Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah
Setelah pulang, di atas sajadahnya, ayahnya merenungi perkataan anaknyA
 Lalu ia menunduk dan meneteskan air mata, kalau ia yang meninggal, lalu banyak dosanya, lalu kiamat masih 100 tahun lagi
 masih 200 tahun lagi atau mungkin masih 300 tahun lagi ?
Sanggupkah ia selama itu menanggung derita di dalam kubur
Bukankah setelah bangkit dari kubur, siksa yang lebih dahsyat sudah menanti

Ayah yani tertunduk dan berdoa berulang-ulang,
“Allahumma inni as’alukal ‘Afiyah fid dunya wal akhiroh
” Ya Allah, aku memohon kepada-Mu  keselamatan dan kebaikan, di dunia dan akherat.



Setelah membacakan kisah tersebut, aku memerintahkan mentor untuk menyalakan lilin dan memerintahkan anak-anak membuka mata
Mereka kaget dan terperanjat ketika melihat lembaran putih yang bergambar nisan lengkap dengan nama mereka
Nama ayah mereka dan tempat tanggal lahir mereka
Di tengah kekagetan mereka itulah, aku melanjutkan,
“Saudara-saudaraku yang aku sayangi dan aku cintai….
Sekarang bayangkanlah kalau seandainya pada malam hari ini kita lah yang meningal dunia
Menjadi mayit. Berada di alam kubur yang demikian pekat, gelap dan mengerikan
Tidak ada yang berani menemani kita, walau ia adalah orang yang terdekat sekalipun
Sendiri dan sepi

Saudara-saudaraku yang aku sayangi…
Apakah kita lupa atau pura-pura lupa dengan kenyataan yang akan kita temui nanti, yaitu kematian
Siapakah yang bisa memastikan bahwa kita akan hidup berumur panjang
Padahal bisa jadi setelah malam ini, kita tidak bertemu dengan waktu pagi
Tidak bertemu dengan ibu kita
Tidak bertemu dengan ayah kita
Tidak bertemu dengan kerabat-kerabat kit
Dan tidak bertemu dengan teman-teman dan orang-orang yang kita cinta

Ikhwani fillah….
Suatu ketika khalifah Harun Ar-Rasyid pergi berburu
Kemudian beliau bertemu dengan buhlul. Khalifah berkata

“Wahai Buhlul, berilah aku nasehat.”


Buhlul bertanya
“Wahai Harun, di manakah kubur ayah, kakek dan nenek moyangmu ?.”

“Di sana.”
Jawab Harun singkat


Buhlul bertanya
 “Lantas, di manakah istanamu ?”

“Di sana.”
Jawab Harun.


Buhlul berkata,
“Wahai Harun, engkau mengatakan kuburan ayah, kakek dan nenek moyangmu berada di sana
Sedang istanamu berada di sana
Tidakkah anda tahu, anda akan meninggalkan istana itu dan berpindah menuju kubur yang gelap gulita dan sendirian tanpa anak, istri dan harta yang selama ini kamu kumpulkan ?
Kamu akan berpindah dari istanamu yang menjulang tinggi nan megah menuju kuburan yang sempit.”


Kemudian Harun menangis dan menderita sakit
Hingga ketika sudah merasa ajalnya dekat
Harun mengumpulkan anak, istri dan para pengawal serta tentara istana sembari berkata

“Wahai Dzat yang tidak akan kehilangan kekuasaannya
Kasihilah orang yang akan kehilangan kekuasaannya ini.”

 Lalu Harun meninggal dunia.


Ikhwani fillah…
Apakah kita mengira bahwa umur kita masih panjang dan menyangsikan datangnya malaikat maut yang siap menjemput kita.
Tamu yang datang tanpa diundang

Bila waktunya tiba, ia akan melaksanakan titah Tuhannya, Allah Ta’ala tanpa memajukan dan tanpa memundurkan barang satu detikpun


Maka, bayangkanlah seolah-olah kita sedang berada di kuburan dan merenungi nasib apa yang akan antum dapatkan di sana
Berada di salah satu taman dari taman-taman surga atau parit dari parit-parit neraka


Setelah waktu merenung usai, aku memerintahkan mereka untuk membalik lembar nisan yang berisi pertanyaan-pertanyaan muhasabah
Dan memerintahkan mereka mengisinya

Di sela-sela mereka mengerjakan, aku mengingatkan mereka sesuai dengan urutan pertanyaan tersebut


Pertanyaan pertama,
“Amal apa yang sudah antum lakukan ?”

Aku melanjutkan,
Saudara-saudaraku yang aku sayangi dan aku cintai..…
Sekarang mari kita merenung, amalan apakah yang sudah kita persiapkan untuk menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala ?
Sudahkah kita siap untuk menghadap-Nya
Mari kita juga merenung, amalan apakah yang sudah kita lakukan sesuai dengan keinginan dan perintah Allah dan Rosul-Nya ?
Apakah amal shalih kita sudah kita iringi dengan perasaan khauf ( rasa takut), raja’ (rasa berharap) dan mahabbah (rasa cinta) ?
Adakah kita berani menjamin diri kita terlepas dari siksa Allah Ta’ala?
Apakah kita sudah melupakan dosa-dosa kita
Dosa mata kita
Dosa tangan kita
Dosa kaki kita
Dosa lisan kita
Dan bahkan dosa hati kita ?


Tak terasa, ada beberapa ikhwah yang meneteskan air mata dan berusaha menyembunyikan sesenggukan isak tangisnya
 Keheningan malam itu dipecahkan dengan suara isak tangis yang tertahan
Kita bisa memaklmi bila kita membaca jawaban mereka,


“Saya tidak tahu amal kebaikan apa yang telah saya lakukan
Yang jelas, begitu sedikit amal kebaikan yang aku lakukan sedang dosa saya sangat banyak”


“Selama ini mungkin amal yang saya lakukan sangat sedikit
Bahkan tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dosa-dosa yang telah saya lakukan
Mungkin amal saya belum cukup untuk menebus semua dosa-dosa yang telah aku lakukan”


 Astaghfirullahal ‘Azhim…..




Pertanyaan kedua,
 “Apa pesan antum kepada orang-orang yang antum cintai, ayah, ibu dan teman-teman antum ?”


Aku melanjutkan,
Ikhwani fillah….sekarang hadirkanlah bayangan orang-orang yang kita cintai, ibu dan ayah antum
Bayangkanlah wajah ibu dan ayah antum
Hadirkanlah kenangan-kenangan indah bersama mereka
Mari kita sejenak mengingat jasa-jasa mereka
Mengingat masa ketika kita masih dalam kandungan
 Lupakah kita tentang berat tubuh kita yang dipikul oleh ibu kita ?
Selama kurang lebih Sembilan bulan 10 hari lamanya
Ibu senantiasa membawa kita kemanapun beliau pergi
 Dan Allah menyebut kesusahan yang dialami ibu kita saat mengandung dengan bahasa
Wahnan ‘ala wahnin, kesusahahan di atas kesusahan, kesulitan di atas kesulitan, kepayahan di atas kepayahan, yang bertambah-tambah

Memang demikian adanya. Ingatkah kita ketika di malam hari kita menangis
Lalu ibu kita terbangun untuk menenangkan dan menidurkan kita lagi setelah selesai menunaikan hajat kita
 Ingatkah kita ketika kita makan dan disuapi oleh ibu kita
Ketika kita mandi dan kita meraung-raung karena tidak ingin mandi
Ingatkah juga ketika ibu kita mengajari kita,
 “A…Ba…Ta…Tsa…” dengan kesabaran yang sangat tinggi
Ingatkah kita bahwa tatkala kita sedang sakit
 ibu lah orang yang paling gundah dan gelisah.


Saudara-saudaraku yang aku sayangi dan aku cintai….
Sekarang, bayangkanlah wajah ayah kita.
Tidakkah kita memahami bahwa hitamnya warna kulitnya dan berkeriputnya wajahnya adalah karena pengorbanannya yang tidak kenal lelah dalam mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari dan menyekolahkan kita
Itu semua dilakukan demi kita, anaknya
Orang tua kita ingin agar kita lebih pintar, lebih tiggi jenjang sekolahnya, lebih arif, lebih bahagia, lebih banyak mendapatkan ilmu-ilmu agama dan lebih bijaksana dalam memecahkan problem kehidupan yang akan kita dapatkan dan lebih bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan
 Itulah ayah kita

Ia curahkan semua pengorbanannya kepada kita
Sekalipun sakit, ia tetap bekerja dan tidak memperdulikan rasa sakitnya asal kita mendapatkan kecukupan hidup
Semuanya demi kita ya ikhwati…,
Dan bayangkan juga teman-teman kita
Di mana mereka juga ikut andil dalam merubah pribadi kita menjadi pribadi yang indah
Teman-teman kita juga memiliki peran besar dalam melatih tanggungjawab,
Kebersamaan dan rasa persaudaraan
 Adakah kita melupakannya ?


Tak terasa, ada yang tidak kuasa menahan tangis yang semenjak tadi ditahannya
Suasana semakin menampakkan keharuan

 Malam yang tadi terasa hening menjadi bergemuruh dengan isak tangis anak-anak didikku
Keharuan yang juga membuat bulu kudukku merinding
Mengenangkan masa-masa kecil adalah pengalaman tak terlupakan

Betapa banyak jasa ayah-ibu dan teman-teman
Bernostalgia dengan orang yang paling kita cinta; ibu dan ayah akan memantik emosional kita sehingga seolah kita tersadarkan dan diingatkan oleh jasa-jasa mereka;
Di samping juga mengingatkan betapa seringnya kita melukai perasaan mereka
Padahal kita belum pernah membahagiakaannya

Kita bisa memahami gejolak emosi dan perasaan mereka dengan melihat jawaban-jawaban mereka;

“Ayah, maafkan atas apa yang telah aku lakukan pada ayah
Selama ini, aku sering sekali menyakitimu,
Aku sering membantah,
Aku sering marah-marah
Maafkan atas semua perbuatanku selama ini,
Maafkan aku ayah…..,
Aku juga minta maaf pada ibu jika aku tidak berterima kasih atas apa yang ibu berikan,
Maafkan aku ibu jika aku selalu menjadi beban bagimu…
Maafkan aku ibu….jika aku selalu menyakitimu…
Teman-teman, maafkan aku karena aku sering menyakitimu
 Mungkin aku ini orang yang tidak mau berterima kasih pada teman-teman,  Maafkan aku…”


Jawaban serupa yang mereka tulis,
“Ibu, engkau wanita mulia,
Ingin sekali anakmu ini memelukmu dan menciummu
Berjuanglah, doakanlah aku ibu agar aku menjadi anak yang sholeh-sholehah supaya kita bisa berkumpul kembali di akherat nanti
Semoga pengorbananmu dibalas oleh Allah dengan jannah dan dosa-dosamu diampuni
Terima kasih ibu….
Terima kasih atas semua pengorbananmu
Terima kasih ibu….,




Pertanyaan ketiga :
Sudahkan kita membalas jasa kedua orang tua kita, minimal dengan banyak mendoaan mereka ?






Pertayaan keempat :
Sudahkah kita banyak beristighfar kepada Allah atas dosa-dosa kita ?”





Pertanyaan kelima :
Siapakah yang akan mendoakan kita ketika kita sudah meninggal dunia ?”


Aku melanjutkan,
Saudara-saudaraku yang aku sayangi…..
Kalau kita sudah mengenang kenangan-kenangan indah bersama ayah dan ibu kita dan pengorbanan mereka yang tidak kenal lelah
Mari kita merenung sejenak, sudahkah kita membalas jasa-jasa mereka, minimal adalah dengan banyak berdoa ?

Ikhwani fillah….
Mari kita banyak melantunkan doa yang dituntunkan oleh Rosululloh untuk kedua orang tua kita,
Dengan suara terbata-bata saya memandu mereka untuk berdoa;


رب اغفر لي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا
رب اغفر لي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا


”Duhai Allah, ya Allah, ya Tuhanku…
Ampunilah aku dan kedua orang tuaku
 Dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mendidikku sewaktu aku kecil.”

”Ya  Allah, ya Tuhanku….
Ampunilah aku dan kedua orang tuaku
Dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mendidikku sewaktu aku kecil.”


Acara ini terpaksa berhenti sampai di sini lantaran waktu shalat shubuh sudah mendekati
Terasa spesial mengerjakan shalat shubuh setelah acara itu usai


Ada tulisan indah dari salah seorang anak didikku yang menuliskan sebuah pesan dan kesan yang akan selalu ku kenan

 “Sangat menjunjung tinggi rasa cinta kepada orang tua lebih terasa ikatan hati, saat engkau tunjukkan kepada kami sesuatu yang mungkin, sebelumnya kami belum pernah mendapatkannya.”


Tahukah kita betapa mereka sangat terkesan dengan acara yang membuat mereka menitikkan air mata ini. Inilah sekelumit komentar yang saya dapatkan dari mereka


Pesan :
Pesan untuk ustadz, ustadz jangan melupakan ana dan teman-teman.
Coz, ustadz akan selalu terkenang dalam memori harian ana karena ustadz itu terlalu BAIK….BAIK…..banget
Ooh ya ustadz, doain ana ya kalau nanti ana sudah meninggal dunia
Supaya bisa masuk jannah
Dan ana akan mendoakan ustadz agar dosa-dosa ustadz diampuni bila nanti sudah meninggal dan masuk jannah
Supaya ustadz, ana, teman-teman atau mungkin anak dan cucu ustadz nanti berkumpul di jannah



Aku sangat terharu setiap kali membaca kata demi kata dalam tulisan berisi doa di atas
Allah….Allah…..Amin ya Allah, kabulkanlah doa-doa kami




Kesan :
Acara kemarin seru banget
Selain seru, acaranya juga menegangkan, menakutkan dan menyedihkan
Dengan di adakannya acara kemarin, ana bisa menyadari kalau selama ini amal yang ana lakukan tidak ada apa-apanya,
Bahkan ana sendiri tidak tahu amal apa yang bisa ana banggakan, justru malah dosa dan maksiat yang sering ana lakukan
Mudah-mudahan setelah acara kemarin, ana bisa lebih berhati-hati dalam mengerjakan segala sesuatu
Bagi ana, itu adalah suatu pengalaman yang menakjubkan sampai-sampai ana meneteskan air mata. Sekarang Insya’ Allah ana mengerti bagaimana harus bersikap pada orang tua dan orang-orang yang pernah saya kenal
 Karena saya sadar hidup tak kan selamanya saya jalani
TERIMA KASIH ustadz, mungkin bisa jadi tulisan ini, pertemuan ini, yang terakhir untuk ustadz dengan ana dan bisa jadi kita tak kan pernah bertemu lagi !
Good luck untuk ustadz….acaranya seru dan mengharukan



Ada satu pelajaran penting yang saya dapatkan, bila sebuah pengalaman berkesan bagi kita maka ia juga akan berkesan bagi orang lain. Terus terang, jawaban saya sama dengan jawaban mereka tatkala mengikuti kegiatan serupa

Bahkan, setelah acara itu, selalunya saya merasa malu. Malu dengan diri saya sendiri. Dan tatkala hati ini keras membantu, mengingat kenangan malam itu adalah salah satu cara memperbarui iman dan menghadirkan kembali semangat mengisi hidup dengan kebaikan dan ketaatan


اللهم لاتؤاخذني بما يقولون واجعلني خيرا مما يظنون


Akhi….ukhti…..
Selalunya kita mengidentikkan malam pertama sebagai malam kebahagiaan bersama suami atau istri tercinta. Memang begitulah kenyataannya
Namun kita juga harus jujur;
jujur kepada Allah dan diri kita sendiri
Bagaimana reaksi kita bila ternyata malam itu berubah menjelma menjadi malam pertama di dalam liang kubur yang gelap, pekat, sempit dan menyeramkan
Sendirian. Tiada kawan, tiada teman.

Tempat yang membuat Rosululloh melinangkan air matanya tatkala melihat ada seseorang yang dikuburkan; dengan berpesan kepada umatnya tercinta

“Li mitsli hadza, falya’malil ‘amilun….
menghadapi hari seperti inilah, hendaknya seseorang beramal.”


Tempat yang juga membuat Utsman bin Affan berhenti sejenak sembari membayangkan apa yang terjadi dalam kubur; antara nikmat dan siksa, hingga beliau menangis dan berkata,

“Aku pernah mendengar  Rosululloh saw bersabda,
 “Kubur adalah salah satu taman dari taman-taman jannah, atau parit dari parit-parit neraka.”


Tempat yang juga membuat Harun Ar-Rasyid jatuh sakit hingga menyebabkan kematiannya
Dan tatkala ajalnya sudah hampir tiba, ia berkata,

“Ya man la yazulu mulkuhu, irham man zala mulkuhu…
Duhai dzat yang kekuasaannya tidak akan pernah hilang, kasihilah hamba yang akan kehilangan kekuasaanya.”



Tempat yang juga dijadikan rehat oleh salah seorang salaf tatkala ia mendapati kekerasan hatinya
Ia menggali lubang di dalam rumahnya
Tatkala tengah malam tiba, ia bangun dan tidur di pekuburan buatannya sembari berkata kepada dirinya sendiri,

 “Wahai jiwa, apa yang engkau inginkan sekarang?
 Aku ingin kembali ke dunia
Aku ingin banyak beramal shaleh”
 ia pun bangkit dan tumbuh semangat imannya


Begitulah generasi terbaik umat ini membangkitkan spirit imannya.
Terkadang satu kuburan lebih dahsyat dan berkesan dalam jiwa dari ribuan materi pelajaran yang didapatkan

 Adakah kita memungkiri kenyataan bahwa kita akan melewatinya ? tetangga, saudara, kerabat dan orang-orang yang kita cinta pergi satu per satu meninggalkan kita namun kita lupa atau pura-pura terhadap kenyataan yang pasti akan kita temui nanti


Sudah siapkah kita kalau pada saat ini; pagi, siang atau malam ini kita melalui malam pertama di kubur kita ??


 Allahumma inna nas’alukal ‘afiyah, fid dunya wal akhirah….



Kegiatan ini diuji cobakan kepada anak-anak YUPPI, soreang pada 12 Juni 2009. Jumlah peserta sekitar 13 orang, dengan nama; akhi andi, akhi gilang, akhi iqbal, akhi hamzah, akhi gin-gin, dan lain-lain. Beribu terima kasih ku ucapkan kepada mereka. Aku merindukan kalian ya ikhwani…..,
Semoga bermanfaat,
Akhukum fillah, Ibnu Abdul Bari el Afifi


***
Referensi :
Rabu, 02 Februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar