Senin, 13 Mei 2013

Jodoh Takkan Pernah Tertukar







Jodoh, Tak Akan Pernah Tertukar




♥♥♥
Aku teringat temanku,
Ia seorang muslimah yang senantiasa terjaga
Hari-harinya senantiasa diisi dengan kegiatan bermakna (mengisi kajian, membaca buku, menulis tausyah dsb.)



Suatu hari, ia memiliki permasalahan dakwah yang begitu besar
Bahkan ia bingung, kepada siapa ia harus meminta bantuan
Tak ayal, dia hanya bisa memohon dalam sujud panjangnya agar segera diberi jalan keluar terbaik

Tak berapa lama, Ia dikenalkan dengan seorang ikhwan
Ikhwan tersebut memberikan bantuan berupa masukan-masukan serta solusi mengenai problema dakwah yang tengah dialami temanku
Bagaimana tidak, kedekatannya dengan sang ikhwan ternyata memunculkan benih-benih cinta dalam hatinya

Sungguh, sebenarnya temanku itu tak mau memiliki rasa cinta, karena ikhwan itu sebenarnya sudah dianggap oleh temanku sebagai seorang kakak, hanya sebatas kakak....

Tapi, apa mau dikata
Rasa kagum karena kefahaman ikhwan tersebut akan ilmu agama
Serta keshalihannya ternyata mampu mengalihkan keimanan temanku
Ia selalu uring-uringan dan pada akhirnya, hidupnya jadi tak bersemangat lagi


Dulu, ia bersujud panjang karena rasa khouf-nya yang ada
Kini dalam sujud panjangnya selalu terhadirkan genangan air mata
Ingin disatukannya ia dengan sang ikhwan


Sampai suatu hari, ia menceritakan semuanya padaku
Dan aku mencoba menenangkannya

Ia terus menangis sejadi-jadinya
Ia sudah tak tahan lagi terhadap kegalauan perasaannya
Ia takut rasa itu akan semakin mencengkeramnya dengan kuat
Dan akhirnya terbius oleh hawa nafsu syaitan


Aku mencoba memberi saran, untuk berterus terang terhadap ikhwan itu, akan perasaan temanku ini yang sebenar-benarnya
Malah kalau perlu langsung menawarkan diri utk minta dinikahinya (Bukankah Siti Khadijah juga menawarkan diri kepada Rasululloh, hanya saja melalui seorang perwakilan?)


Apakah menawarkan diri ini disampaikan melalui perwakilan atau secara langsung oleh diri sendiri?
Terserah, Asalkan caranya baik dan sesuai dengan syariat Islam

Bila ingin maju tanpa perwakilan tentu harus siap dengan satu syarat “mental!”


Temanku akhirnya paham dan memberanikan diri untuk menawarkan diri, tentu minta untuk dinikahi (bukan untuk dipacari)

Ia sudah siap dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi
Tapi bismillah saja lah, pikirnya




***




Setelah beberapa lama,
Aku kehilangan kabar temanku ini
Entah apa yang telah terjadi, namun rasa keingintahuanku begitu membuncah

Sampai pd akhirnya, aku mendapat kabar darinya, bahwa ikhwan tersebut telah menikah (dengan akhwat yang lain)
Aku ikut bersedih, tentu ada rasa kecewa yang hadir terhadap diri temanku,
Tapi ketika aku menemuinya, ia begitu tegar dan mengatakan,

“Aku sudah menawarkan diri pada ikhwan tersebut, tapi ikhwan tersebut justru menyerahkan undangan pernikahannya padaku, Aku mungkin telat menawarkan diriku padanya, tapi sungguh aku yakin bahwa jodohku tak akan pernah tertukar oleh siapapun”

Deg...
Tiba-tiba aku lemas
Kata-katanya begitu menghujam dalam kalbuku
Ia sungguh wanita sholehah
Aku yakin, ia akan mendapatkan jodohnya yang terbaik kelak


Setelah pertemuan itu, Aku tak bertemu lagi dengan temanku
Kita benar-benar losstContact




***




Kita kembali dipertemukan, tepatnya ketika aku berkunjung ke toko buku
Ia masih tampak seperti dulu, setelah pertemuan terakhirku dengannya setahun lalu
Ia pun menghampiriku dan menyapaku
lalu mengajakku untuk mampir ke sebuah rumah makan yang tak jauh dari toko buku


Disana kita berbincang kembali, kemudian ia menceritakan padaku
ia sempat berta'aruf, namun gagal hingga kedua kalinya
Hanya karena sebuah alasan, bahwa temanku itu adalah seorang “Aktivis”


Aku tak habis pikir mendengar ceritanya
Wanita seperti dia, bisa ditolak ikhwan hanya karena alasan itu?!

Huhh!
Aku emosi sekali
Jarang-jarang 'kan ada wanita yang seperti ini
sudah cantik, sholehah, pemahaman ilmu agamanya banyakdan aktifis dakwah pula

Apalagi sih yang dicari dari para ikhwan?!
Ahh, itu pasti karena ikhwan tersebut takut menyeimbangi kafaah yang dimiliki temanku ini
Belum maju ke medan perang, ehh.. udah mundur selangkah demi selangkah,
Capekk dah!
Tapi sekali lagi, Tak ada rasa kekecewaan yang muncul dari temanku ini
Meski aku yakin, namanya juga manusia,
Tentu temanku merasakan sakit yang terdalam di hatinya mengenai kegagalannya berkali-kali dalam menuju gerbang pernikahan




***




Eith, Itu dulu

ketika 1,5 tahun yang lalu kita bercerita

Lihatlah kini,
Surat undangan pernikahan berwarna merah telah berada di genggamanku
Akhir dari sebuah perjalanan seorang temanku
Dan sungguh benar janji Allah,
Tentang (QS. An-Nur : 26)


Apapun yang telah Allah tetapkan bagi manusia merupakan hak-Nya, pasti ada hikmah besar didalamnya,
tergantung bagaimana kita menyikapinya

Yakinan bahwa pada diri sahabat bahwa, “Jodoh tidak akan pernah tertukar”

Insya Allah




***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar