Bidadari SORGA
♥♥♥
Bidadari Surga a Mushab Syuhada’s
Bidadari surga
Begitu aku menyebutnya
Aku tak tahu dari mana ia datang
Namun ia memancarkan aura wajah yang berbeda
Penampilannya sederhana
Layaknya seorang mahasiswi
Jilbabnya menutupi kepalanya
Kulitnya putih
Matanya biru abu-abu
Pernah aku melihat bibir tipisnya
Melengkungkan senyum dengan sederet gigi putih yang rapih
Bidadari surga itu bukan mahasiswi satu jurusan denganku
Tapi sering kali kita bertatap temu
Ada ribuan orang di kampus kami yang sudah seperti sebuah kota kecil ini
Tapi dialah orang yang menurutku paling sering aku temui
Kali ini kami bertemu didepan mushala
Beberapa saat kemudian di gedung Matematika
Tak lama kutemuinya lagi di Mensa
Sorenya di U-Bahn
Aku memang tidak tahu namanya
Karena aku tidak pernah bertegur sapa
Namun naluriku untuk menguak misterinya memberikan aku beberapa fakta
Muslimah itu kuliah jurusan Informatik
Sepertinya ia adalah seorang “Gaijin” gadis campuran Jerman-Turki
Dan betapapun seringnya kita bertemu
Aku tak sanggup berlama-lama mencuri pandang ke arahnya
Begitu pula sebaliknya
Pernah suatu saat mata kami saling beradu
Tak lama kami segera mengalihkan pandang
Dan rasa itupun berdesir
Seperti rasa gugup atau sebuah rasa asing yang lain
Ya Rabb
Apakah rasa ini?
Apakah maksud di balik semua ini?
Aku seorang lelaki biasa yang selalu berupaya menjaga hati
Namun bayangan sang bidadari itu berkali-kali datang
Sementara aku tercengkram dalam rasa ini
Rasa ini
Rasa yang bodoh
Rasa yang mudah datang dan pergi
Tapi rasa ini pada sang bidadari berbeda dari rasa-rasa sebelumnya
Ya Rabb
Apakah rasa ini?
Ah, rasa ini datang lagi
Rasa yang tak bosan-bosannya mengunjungiku
Rasa yang sering aku tertawakan karena kebodohannya
Ah, rasa ini sulit diusir
Hinggap lekat mendalam
Lalu tiba-tiba hilang seketika
Rasa ini membuat aku gugup
Namun ketika rasa ini pergi
Membuat ku justru sangat cuek
Ah, rasa ini, mengapa selalu dimulai dengan tatapan
Yang membuat beribu tafsir
Yang makin membuatku tak berhenti berpikir
Hingga terukir, dan selalu mengalir
Rasa ini
Mungkin hanya memberi sedikit sensasi
Khayalan, Harapan dan kecemasan
Atau mungkin rindu yang tak mendasar?
Tapi sekali lagi rasa ini hanya mampir sebentar
Sebelum kemudian kembali buyar
(Jakarta, 2006)
Sekalipun banyangan sang bidadari terus menerus hadir
Aku belum memiliki keberanian untuk menanyakan siapa namanya
Cukup kehadirannya yang sekelebat membuat aku mengulaskan sebentuk senyum di wajah
Sang bidadari sepertinya sangat menjaga dirinya
Tak pernah aku lihat ia bersama-sama dengan seorang pria
Karena itulah
Aku selalu mengurungkan niatku untuk menyapanya
Namun aku teringat sabda Rasulullah, bahwa
“Janganlah kamu mencintai seseorang dengan cinta yang sangat, karena boleh jadi kamu akan membencinya dengan sangat (pula)”
***
Siang itu
Aku menuju mushala kecil kampusku berada
Kulihat beberapa Schwester (saudara wanita) sudah berdiri menunggu giliran shalat didepan sana
Dan bidadari itu salah satu di antaranya
Mushala kami memiliki luas ruang terbatas
Yang membuat Bruder (saudara lelaki) dan Schwester harus bergantian menggunakan ruangan itu
Karena keterbatasan waktu
Kami pun harus sabar mengunggu pemakaian ruangan
Di depan mushala itu sudah tertempel sebuah kertas bertuliskan
“Mushala ini akan dipakai untuk Schwester”
Aku berdiri dan paham bahwa tak lama para Schwester itu akan memakai ruangan tersebut
Namun tak lama keluar salah seorang Bruder dari dalam
Seraya mempersilahkanku untuk masuk karena didalam ada beberapa Bruder lain yang masih shalat
Aku tersenyum mengucapkan terima kasih atas tawarannya
Namun sebelum masuk
Aku bertanya pada para Schwester yang sudah menunggu
“Apakah kalian sudah menungggu lama?
Apakah kalian keberatan jika saya masuk sebentar?”
Tanyaku
“Kami sudah menunggu lama”
jawab salah seorang Schwester
“Sekarang giliran kami”
tambah Schwester yang lain
Lalu tak lama ada satu suara yang mengagetkanku
Suara yang kulihat datang dari bidadari itu
Menuju ke arahku
Suara yang sangat keras dan menusuk ulu hatiku
“Tolong ... tunggu di luar!”
katanya dengan nada tinggi menunjukkan nada kemarahan
Disertai dengan raut wajah yang sangat dingin menatapku
Lalu ia memalingkan wajahnya dariku
Dan aku hanya menatapnya sesaat dengan pandangan kosong dan mulut membisu
Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar barusan
Kata-kata itu
Suara itu
Seolah telah menyihirku untuk membatu beberapa saat
Aku juga seorang manusia
Punya perasaan dan hati
Hati ini seketika luka atas perkataannya
Mungkin itu hanyalah perkataan biasa
Dan mungkin aku akan biasa pula jika itu terlontar dari orang lain
Tetapi perkataan ini kudengar dari seorang bidadari pujaanku
Yang selama ini ku pendam cintanya sangat
Rasa cinta itu
Berubah menjadi sangat perih
Aku segera pergi menjauh
Menenangkan diri dahulu 'tuk sesaat
Yaa Rabb
Begitu mudahnya Engkau merubah sebuah benda bernama perasaan
Bidadari itu masuk ke dalam mushala bersama Schwester yang lain
Pikiranku tak berubah dari gaungan suara yang masih terekam kuat di kepalaku
“Warte-bitte-draußen!“
Tak lama bidadari itu keluar
Aku menduga bahwa ia akan segera menuruni tangga disebelah kiri
Karena tak ingin melihat diriku
Akupun segera membuang pandanganku agar tidak lagi menatapnya
Karena hal itu hanya akan buatku makin sakit
Dugaanku ternyata salah
Aku merasakan ada sesosok bayangan yang makin lama
Semakin mendekatiku, dan bayangan itu
Tepat didepanku
Dan ia berkata,
“Maafkan saya, saya tadi sudah berbicara sangat kasar kepada kamu, saya terlalu jahat untuk berkata...”
ia lanjut berbicara
Namun hanya itu kata-kata yang bisa aku tangkap darinya
Kulihat wajahnya
Kali ini ia menatapku dengan pandangan bersalah
Memohon maaf dariku
“Ooh... yang tadi ya?”
tanyaku pura-pura tak tahu
Padahal semua orang tahu bahwa aku pasti tak bisa menyembunyikan raut kecewa
Yang tergurat dalam rona mukaku
“tidak apa-apa kok”
lanjutku tersenyum
Lalu ia pergi
***
Yaa Rabb
Sekalipun ia telah meminta Maaf
Tapi rasa kecewa yg perih ini tak bisa hilang
Ku ambil mushaf kecil dalam ranselku
'tuk tenangkan diri
Tepat ku buka Qs. Ali Imran : 133-134
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang atau sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”
“Ya Allah, ajarilah aku untuk menjadi seorang yg pemaaf.
Karena ku tahu, keberaniannya meminta maaf kepadaku adalah karena ia menyadari kesalahannyaa”
Ia bukan seorang bidadari
Ia juga seorang manusia sama seperti aku
Yang sangat mungkin berbuat khilaf
Ya Allah
Ku yakin benar ini merupakan teguran dari-Mu
Ya Allah
Karuniakanlah kepada kami danau kesabaran yang luasnya seluas samudra kesabaran-Mu,
Berikanlah kami embun-embun pemaaf dari mata air pemaaf-Mu
Sinarilah hati-hati kami dengan sinar cinta dan kasih-Mu
Jagalah hati-hati kami dari bermaksiat kepada-Mu
Berlin, Herbst 2006
Ah, die Zeit verläuft wirklich so schnell
Tidak ada komentar:
Posting Komentar