~*~ Jodoh, Tak Akan Pernah
Tertukar ~*~
♥♥♥
Aku teringat temanku, Ia seorang muslimah yang senantiasa
terjaga
Hari-harinya senantiasa diisi dengan kegiatan bermakna
(mengisi kajian, membaca buku, menulis tausyah dsb.)
Suatu hari, ia memiliki permasalahan dakwah yang begitu
besar
Bahkan ia bingung, kepada siapa ia harus meminta bantuan
Tak ayal, dia hanya bisa memohon dalam sujud panjangnya agar
segera diberi jalan keluar terbaik
Tak berapa lama, Ia dikenalkan dengan seorang ikhwan
Ikhwan tersebut memberikan bantuan berupa masukan-masukan
serta solusi mengenai problema dakwah yang tengah dialami temanku
Bagaimana tidak, kedekatannya dengan sang ikhwan ternyata
memunculkan benih-benih cinta dalam hatinya
Sungguh, sebenarnya temanku itu tak mau memiliki rasa cinta,
karena ikhwan itu sebenarnya sudah dianggap oleh temanku sebagai seorang kakak,
hanya sebatas kakak....
Tapi, apa mau dikata
Rasa kagum karena kefahaman ikhwan tersebut akan ilmu agama
Serta keshalihannya ternyata mampu mengalihkan keimanan
temanku
Ia selalu uring-uringan dan pada akhirnya, hidupnya jadi tak
bersemangat lagi
Dulu, ia bersujud panjang karena rasa khouf-nya yang ada
Kini dalam sujud panjangnya selalu terhadirkan genangan air
mata
Ingin disatukannya ia dengan sang ikhwan
Sampai suatu hari, ia menceritakan semuanya padaku
Dan aku mencoba menenangkannya
Ia terus menangis sejadi-jadinya
Ia sudah tak tahan lagi terhadap kegalauan perasaannya
Ia takut rasa itu akan semakin mencengkeramnya dengan kuat
Dan akhirnya terbius oleh hawa nafsu syaitan
Aku mencoba memberi saran, untuk berterus terang terhadap
ikhwan itu, akan perasaan temanku ini yang sebenar-benarnya
Malah kalau perlu langsung menawarkan diri utk minta
dinikahinya (Bukankah Siti Khadijah juga menawarkan diri kepada Rasululloh,
hanya saja melalui seorang perwakilan?)
Apakah menawarkan diri ini disampaikan melalui perwakilan
atau secara langsung oleh diri sendiri?
Terserah, Asalkan caranya baik dan sesuai dengan syariat
Islam
Bila ingin maju tanpa perwakilan tentu harus siap dengan
satu syarat “mental!”
Temanku akhirnya paham dan memberanikan diri untuk
menawarkan diri, tentu minta untuk dinikahi (bukan untuk dipacari)
Ia sudah siap dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi
Tapi bismillah saja lah, pikirnya
***
Setelah beberapa lama,
Aku kehilangan kabar temanku ini
Entah apa yang telah terjadi, namun rasa keingintahuanku
begitu membuncah
Sampai pd akhirnya, aku mendapat kabar darinya, bahwa ikhwan
tersebut telah menikah (dengan akhwat yang lain)
Aku ikut bersedih, tentu ada rasa kecewa yang hadir terhadap
diri temanku,
Tapi ketika aku menemuinya, ia begitu tegar dan mengatakan,
“Aku sudah menawarkan diri pada ikhwan tersebut, tapi ikhwan
tersebut justru menyerahkan undangan pernikahannya padaku, Aku mungkin telat
menawarkan diriku padanya, tapi sungguh aku yakin bahwa jodohku tak akan pernah
tertukar oleh siapapun”
Deg...
Tiba-tiba aku lemas
Kata-katanya begitu menghujam dalam kalbuku
Ia sungguh wanita sholehah
Aku yakin, ia akan mendapatkan jodohnya yang terbaik kelak
Setelah pertemuan itu, Aku tak bertemu lagi dengan temanku
Kita benar-benar losstContact
***
Kita kembali dipertemukan, tepatnya ketika aku berkunjung ke
toko buku
Ia masih tampak seperti dulu, setelah pertemuan terakhirku
dengannya setahun lalu
Ia pun menghampiriku dan menyapaku
lalu mengajakku untuk mampir ke sebuah rumah makan yang tak
jauh dari toko buku
Disana kita berbincang kembali, kemudian ia menceritakan
padaku
ia sempat berta'aruf, namun gagal hingga kedua kalinya
Hanya karena sebuah alasan, bahwa temanku itu adalah seorang
“Aktivis”
Aku tak habis pikir mendengar ceritanya
Wanita seperti dia, bisa ditolak ikhwan hanya karena alasan
itu?!
Huhh!
Aku emosi sekali
Jarang-jarang 'kan ada wanita yang seperti ini
sudah cantik, sholehah, pemahaman ilmu agamanya banyakdan
aktifis dakwah pula
Apalagi sih yang dicari dari para ikhwan?!
Ahh, itu pasti karena ikhwan tersebut takut menyeimbangi
kafaah yang dimiliki temanku ini
Belum maju ke medan perang, ehh.. udah mundur selangkah demi
selangkah,
Capekk dah!
Tapi sekali lagi, Tak ada rasa kekecewaan yang muncul dari
temanku ini
Meski aku yakin, namanya juga manusia,
Tentu temanku merasakan sakit yang terdalam di hatinya
mengenai kegagalannya berkali-kali dalam menuju gerbang pernikahan
***
Eith, Itu dulu
ketika 1,5 tahun yang lalu kita bercerita
Lihatlah kini,
Surat undangan pernikahan berwarna merah telah berada di
genggamanku
Akhir dari sebuah perjalanan seorang temanku
Dan sungguh benar janji Allah,
Tentang (QS. An-Nur : 26)
Apapun yang telah Allah tetapkan bagi manusia merupakan
hak-Nya, pasti ada hikmah besar didalamnya,
tergantung bagaimana kita menyikapinya
Yakinan bahwa pada diri sahabat bahwa, “Jodoh tidak akan
pernah tertukar”
Insya Allah
***
Referensi :
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar