Minggu, 11 Mei 2014

Keutamaan Mengkhatam Al Qur'an



~*~  Keutamaan Mengkhatam Al Qur'an  ~*~



Dari Ibnu Abbas r.a., beliau mengatakan
ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW
“Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai Allah?”

Beliau menjawab,
“Al-hal wal murtahal”

Orang ini bertanya lagi,
“Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab,
“Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir
Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal”
(HR. Tirmidzi)


Generasi sahabat dapat menjadi generasi terbaik (baca; khairul qurun)
adalah karena mereka memiliki ihtimam yang sangat besar terhadap Al-Qur’an
Sayid Qutub dalam bukunya Ma’alim Fii Ath-Thariq menyebutkan
tiga faktor yang menjadi rahasia mereka mencapai generasi terbaik seperti itu

- Pertama karena mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber pegangan hidup,
sekaligus membuang jauh-jauh berbagai sumber-sumber kehidupan lainnya

- Kedua, ketika membacanya mereka tidak memiliki tujuan-tujuan untuk tsaqafah,
pengetahuan, menikmati keindahan ataupun tujuan-tujuan lainnya
Namun tujuan mereka hanya semata-mata untuk mengimplementasikan
apa yang diinginkan Allah dalam kehidupan mereka

- Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliyah
Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan,
yang sama sekali terpisah dengan masa lalu
baik yang bersifat pemikiran ataupun kebudayaan
Tilawatul qur’an; itulah kunci utama kesuksesan mereka

Imam Syahid Hasan Al-Banna mengatakan,
“Usahakan agar Anda memiliki wirid harian yang diambil dari kitabullah
minimal satu juz per hari
dan berusahalah agar jangan mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari sebulan
dan jangan kurang dari tiga hari”


(*) Keutamaan Membaca al-Qur’an

Dalam kitab Riyadhus Shalihin,
Imam Nawawi memaparkan hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan membaca Al-Qur’an
Di antaranya:

1. Akan menjadi syafaat bagi pembacanya di hari kiamat
Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,

“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari kiamat”
(HR. Muslim)


2. Mendapatkan predikat insan terbaik
Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah SAW bersabda,

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya”
(HR. Tirmidzi)


3. Mendapatkan pahala akan bersama malaikat di akhirat, bagi yang mahir mambacanya
Dari Aisyah ra, berkata; bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya,
maka kelak ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah”
(HR. Bukhari Muslim)


4. Mendapatkan pahala dua kali lipat, bagi yang belum lancar

“Dan orang yang membaca Al-Qur’an, sedang ia masih terbata-bata lagi berat dalam membacanya,
maka ia akan mendapatkan dua pahala”
(HR. Bukhari Muslim)


5. Akan diangkat derajatnya oleh Allah
Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah SAW bersabda :

“Sesungguhnya Allah SWT akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an),
dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain”
(HR. Muslim)


6. Mendapatkan sakinah, rahmat, dikelilingi malaikat, dan dipuji Allah di hadapan makhluk-Nya
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda,

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan mempelajarinya,
melainkan akan turun kepada mereka ketengangan,
akan dilingkupi pada diri mereka dengan rahmat,
akan dilingkari oleh para malaikat,
dan Allah pun akan menyebut (memuji) mereka di hadapan makhluk yang ada di dekat-Nya”
(HR. Muslim)


(**) Keutamaan mengkhatamkan al-Qur’an

a. Merupakan amalan yang paling dicintai Allah

Dari Ibnu Abbas ra, beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW,
“Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai Allah?”

Beliau menjawab,
“Al-hal wal murtahal”

Orang ini bertanya lagi,
“Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab,
“Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir
Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal”
(HR. Tirmidzi)


b. Orang yang mengikuti khataman Al-Qur’an, seperti mengikuti pembagian ghanimah

Dari Abu Qilabah, Rasulullah SAW mengatakan,
“Barangsiapa yang menyaksikan (mengikuti) bacaan Al-Qur’an ketika dibuka (dimulai),
maka seakan-akan ia mengikuti kemenangan (futuh) fi sabilillah
Dan barangsiapa yang mengikuti pengkhataman Al-Qur’an
maka seakan-akan ia mengikuti pembagian ghanimah”
(HR. Addarimi)


c. Mendapatkan doa/shalawat dari malaikat

Dari Mus’ab bin Sa’d, dari Sa’d bin Abi Waqas, beliau mengatakan,
“Apabila Al-Qur’an dikhatamkan bertepatan pada permulaan malam,
maka malaikat akan bersalawat (berdoa) untuknya hingga subuh
Dan apabila khatam bertepatan pada akhir malam,
maka malaikat akan bershalawat/berdoa untuknya hingga sore hari”
(HR. Addarimi)


d. Mengikuti sunnah Rasulullah SAW

Mengkhatamkan Al-Qur’an merupakan sunnah Rasulullah
Hal ini tergambar dari hadits berikut:

Dari Abdullah bin Amru bin Ash, beliau berkata,
“Wahai Rasulullah SAW, berapa lama aku sebaiknya membaca Al-Qur’an?”

Beliau menjawab,
“Khatamkanlah dalam satu bulan”

Aku berkata lagi,
“Sungguh aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab,
“Khatamkanlah dalam dua puluh hari”

Aku berkata lagi,
“Aku masih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah”

Beliau menjawab,
“Khatamkanlah dalam lima belas hari”

“Aku masih lebih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah”

Beliau menjawab,
“Khatamkanlah dalam sepuluh hari”

Aku menjawab,
“Aku masih lebih mampu lagi, wahai Rasulullah”

Beliau menjawab,
“Khatamkanlah dalam lima hari”

Aku menjawab,
“Aku masih lebih mampu lagi, wahai Rasulullah”

Namun beliau tidak memberikan izin bagiku
(HR. Tirmidzi)



(***) Waktu mengkhatamkan Al-Qur’an

a. Keutamaan waktu yang dibutuhkan untuk mengkhatamkan Al-Qur’an

Dari Abdullah bin Amru bin Ash, dari Rasulullah SAW, beliau berkata,
“Puasalah tiga hari dalam satu bulan”

Aku berkata,
“Aku mampu untuk lebih banyak dari itu, wahai Rasulullah”

Namun beliau tetap melarang,
hingga akhirnya beliau mengatakan,
“Puasalah sehari dan berbukalah sehari, dan bacalah Al-Qur’an (khatamkanlah) dalam sebulan”

Aku berkata,
“Aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?”

Beliau terus malarang hingga batas tiga hari
(HR. Bukhari)


Hadits ini menunjukkan batasan waktu paling minimal dalam membaca Al-Qur’an
Karena dalam hadits lain terkadang beliau membatasi hanya boleh dalam 5 hari,
dan dalam hadits yang lain dalam tujuh hari
Maka dari sini dapat disimpulkan,
batasan paling cepat dalam mengkhatamkan Al-qur’an adalah tiga hari


b. Larangan untuk mengkhatamkan kurang dari tiga hari

Hadits di atas juga mengisyaratkan larangan Rasulullah saw
untuk mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari
Hikmah di balik larangan tersebut,
Rasulullah SAW katakan dalam hadits lain sebagai berikut:

Dari Abdullah bin Amru, beliau mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak akan dapat memahami/menghayati Al-Qur’an,
orang yang membacanya kurang dari tiga hari”
(HR. Abu Daud)


c. Rasulullah SAW tidak pernah mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu malam

Dari Aisyah ra, beliau mengatakan,
“Aku tidak pernah tahu Rasulullah SAW mengkhatamkan Al-Qur’an secara keseluruhan pada malam hingga fajar”
(HR. Ibnu Majah)


(****) Sunnah dalam teknis mengkhatamkan Al-Qur’an

Adalah Anas bin Malik, beliau memiliki kebiasaan apabila telah mendekati kekhataman dalam membaca Al-Qur’an,
beliau menyisakan beberapa ayat untuk mengajak keluarganya
guna mengkhatamkan bersama

Dari Tsabit al-Bunnani, beliau mengatakan
bahwa Anas bin Malik jika sudah mendekati dalam mengkhatamkan Al-Qur’an pada malam hari,
beliau menyisakan sedikit dari Al-Qur’an,
hingga ketika subuh hari beliau mengumpulkan keluarganya
dan mengkhatamkannya bersama mereka
(HR. Darimi)


Hikmah yang dapat dipetik dari hadits Anas di atas,
adalah bahwa ketika khatam Al-Qur’an merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa kepada Allah
Dengan mengumpulkan seluruh anggota keluarga,
akan dapat memberikan berkah kepada seluruh anggota keluarga
Karena, semuanya berdoa secara bersamaan kepada Allah
mengharapkan rahmat dan berkah dari-Nya


(*****) Kiat-Kiat Agar Senantiasa Dapat Mengkhatamkan Al-Qur’an

Ada beberapa kiat yang barangkali dapat membantu dalam mengkhatamkan Al-Qur’an,
di antaranya adalah:

1. Memiliki ‘azam’ yang kuat untuk dapat mengkhatamkannya dalam satu bulan
Atau dengan kata lain memiliki azam untuk membacanya satu juz dalam satu hari

2. Melatih diri dengan bertahap untuk dapat tilawah satu juz dalam satu hari
Misalnya untuk sekali membaca (tanpa berhenti) ditargetkan setengah juz,
baik pada waktu pagi ataupun petang hari
Jika sudah dapat memenuhi target,
diupayakan ditingkatkan lagi menjadi satu juz untuk sekali membaca

3. Mengkhususkan waktu tertentu untuk membaca Al-Qur’an yang tidak dapat diganggu gugat,
kecuali jika terdapat sebuah urusan yang teramat sangat penting
Hal ini dapat membantu kita untuk senantiasa komitmen membacanya setiap hari
Waktu yang terbaik menurut penulis adalah ba’da subuh

4. Menikmati bacaan yang sedang dilantunkan oleh lisan kita
Lebih baik lagi jika kita memiliki lagu tersendiri yang stabil,
yang meringankan lisan kita untuk melantunkannya
Kondisi seperti ini membantu menghilangkan kejenuhan ketika membacanya

5. Usahakan untuk senantiasa membersihkan diri (baca: berwudhu’) terlebih dahulu
sebelum kita membaca Al-Qur’an
Karena kondisi berwudhu’, sedikit banyak akan membantu menenangkan hati
yang tentunya membantu dalam keistiqamahan membaca Al-Qur’an

6. Membaca-baca kembali mengenai interaksi generasi awal umat Islam,
dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an,
baik dari segi tilawah, pemahaman ataupun pengaplikasiannya

7. Memberikan iqab atau hukuman secara pribadi,
jika tidak dapat memenuhi target membaca Al-Qur’an
Misalnya dengan kewajiban infaq, menghafal surat tertentu, dan lain sebagainya,
yang disesuaikan dengan kondisi pribadi kita

8. Diberikan motivasi dalam lingkungan keluarga
jika ada salah seorang anggota keluarganya yang mengkhatamkan al-Qur’an,
dengan bertasyakuran atau dengan memberikan ucapan selamat dan hadiah


Mengkhatamkan Al-Qur’an merupakan sifat Rasulullah, para sahabat, salafuna shaleh,
dan orang-orang mukmin yang memiliki ketakwaan kepada Allah
Seyogyanya, kita juga dapat memposisikan Al-Qur’an sebagaimana mereka memiliki semangat,
meskipun kita jauh dari mereka

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami
Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”
(Qs. Al Ankabut: 69)





Dari ibnu Mas'ud ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda,

"kamu hendaklah membaca al-qur'an
karena kamu akan diberi ganjaran atas bacaan kamu tersebut.
ingatlah, aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf,
akan tetapi alif (ganjarannya) sepuluh,
lam (ganjarannya) sepuluh,
dan mim (ganjarannya) sepuluh
semua tiga puluh"




Referensi :
Selasa, 17 April 2007 @ 12:24
Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2007/04/17/158/keutamaan-mengkhatamkan-al-quran/#axzz31PEStLtI
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
*

Minggu, 04 Mei 2014

Romantisnya Rasulullah




~*~  Romantisnya Rasulullah  ~*~



Buat para suami-suami, seringkali kita memperdebatkan dan memperbincangkan permasalahan yang berkaitan dengan kebahagiaan berumah tangga
Seorang bapak (suami), pernah bertanya dalam sebuah dialog interaktif konsultasi keluarga di sebuah situs Islam lokal,
tentang bagaimana mendapatkan kasih sayang dan pengabdian istri
Dan yang tidak kalah ‘heboh’, tidak sedikit pertanyaan yang ujung-ujungnya ingin melakukan poligami dengan berbagai alasan tentunya

Poligami, jelas sangat diperbolehkan dan dicontohkan oleh baginda Rasul
meski pun dalam tradisi dan budaya masyarakat kita,
beristri lebih dari satu masih merupakan hal yang dianggap tidak lazim bahkan tabu
Namun sepertinya, ada hal yang sering terlupakan oleh para suami,
sudahkah kita mencontoh Rasulullah dalam urusan romantisme berumah tangga?
Sehingga Nabi SAW karena romantismenya yang luar biasa terhadap para istri beliau
tidak pernah kita mendengar ada masalah yang besar dalam rumah tangga bersama para istrinya

Jadi, untuk sementara kesampingkan dulu masalah seperti ketidakbahagiaan beristri yang usianya lebih tua,
rumah tangga tidak harmonis,
sehingga memunculkan wacana yang saat ini sedang ngetrend;
poligami

Padahal sesungguhnya jika kita mau merenunginya kembali,
bisa jadi permasalahan utamanya sangat sederhana;
kita kurang romantis!
Mari kemudian kita cermati tauladan dari Rasulullah,
manusia agung yang sangat romantis terhadap istri-istrinya
sebelum kita bicarakan niat atau kemungkinan untuk berpoligami


Rasulullah SAW adalah contoh yang terbaik seorang suami yang mengamalkan sistem Poligami
Baginda Nabi sangat romantis kepada semua istrinya

Dalam satu kisah diceritakan,
pada suatu hari istri-istri Rasul berkumpul ke hadapan suaminya
dan bertanya,

“Diantara istri-istri Rasul, siapakah yang paling disayangi?”


Rasulullah SAW hanya tersenyum lalu berkata,
“Aku akan beritahukan kepada kalian nanti”


Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeda,
Rasulullah memberikan sebuah kepada istri-istrinya masing-masing
sebuah cincin seraya berpesan agar tidak memberitahu kepada istri-istri yang lain

Lalu suatu hari hari para istri Rasulullah itu berkumpul lagi
dan mengajukan pertanyaan yang sama

Lalu Rasulullah SAW menjawab,
“Yang paling aku sayangi adalah yang kuberikan cincin kepadanya”


Kemudian, istri-istri Nabi SAW itu tersenyum puas karena menyangka hanya dirinya saja yang mendapat cincin
dan merasakan bahwa dirinya tidak terasing

Masih ada amalan-amalan lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan suasana romatis
seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW

Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Apabila pasangan suami istri berpegangan tangan,
dosa-dosa akan keluar melalui celah-celah jari mereka”

Rasulullah SAW selalu berpegangan tangan dengan Aisyah ketika di dalam rumah
Beliau acapkali memotong kuku istrinya,
mandi janabat bersama, atau mengajak salah satu istrinya bepergian,
setelah sebelumnya mengundinya untuk menambah kasih dan sayang di antara mereka

Baginda Nabi SAW juga selalu memanggil istri-istrinya dengan panggilan yang menyenangkan
dan membuat hati berbunga-bunga

“Wahai si pipi kemerah-merahan”
adalah contoh panggilan yang selalu beliau ucapkan tatkala memanggil Aisyah


Itulah sedikit contoh romantisme Rasulullah SAW yang dapat kita teladani
dan praktekkan dalam kehidupan berumah tangga
Tentu, masih banyak contoh romantisme lainnya


Kepada suami-suami yang baik,
mulailah bersikap lembut dan berupaya membuat sang istri selalu mengembang senyumnya
Peganglah tangan istri anda setiap waktu, setiap kesempatan

Begitu pula para istri-istri yang sholehah,
peganglah juga tangan suami anda untuk menghapuskan segala dosa-dosa

Jadi, jika kita bisa meniru romantisme ala Rasul,
sehingga istri pun membalas dengan yang tidak kalah romantisnya,
masalah mana lagi yang sempat mampir dalam bahtera rumah tangga kita?

Ibarat kata, tidak ada makanan di rumah pun bisa diselesaikan berdua dengan tetap tersenyum,
bukan begitu?
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari membaca notes ini



Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat


***
Referensi :
Dari eramuslim.com
Shared By Catatan Catatan Islami Pages
http://kembanganggrek2.blogspot.com/2011/07/romantisnya-rasulullah-saw.html
*

Calon Menantu




~*~  Calon Menantu  ~*~



Ada sepenggal cerita yang sangat bagus untuk mengingatkan kita / antum sekalian yang mengikrarkan dirinya sebagai kader dakwah
Ada pesan spiritual yang dalam di akhir cerita ini,
semoga bisa menyadarkan kita kembali untuk dapat meningkatkan kualitas ibadah kita
selamat membaca ....


”Ass, Kak. Aku baru nyampe rumah.”
Tak sabar Yayah mengirimkan SMS itu begitu tiba kembali di Tanah Air

Empat tahun lamanya ia menuntut ilmu di Al-Azhar University, Cairo
Tiga tahun di antaranya dilaluinya dengan menyimpan kenangan dan rindu kepada Qodari
Ya, lelaki asli Madura itu telah merebut hatinya sejak saat pertama menyambut kedatangannya di pagi buta,
di Bandara Internasional Cairo

Bersama sejumlah senior lainnya,
Qodari menjemput rombongan mahasiswa baru Al-Azhar University asal Indonesia
yang merupakan peserta program beasiswa kerja sama Indonesia-Mesir

Yayah segera saja menjadi bintang mahasiswa Al-Azhar angkatan tahun tersebut
Posturnya tinggi, dengan hidung bangir, bibir merah delima asli tanpa pulasan lipstik,
dan kulit seputih kapas

Busana apa pun yang dikenakan gadis berdarah Sunda itu
hanya membuatnya makin kelihatan cantik dan mempesona
Banyak kakak kelasnya yang berupaya menampakkan perhatiannya
Terutama mahasiswa tahun keempat yang sudah hampir lulus S-1
maupun mereka yang sedang menempuh jenjang pendidikan Pasca Sarjana


Hanya Qodari yang sama sekali tak pernah memberikan sinyal khusus kepadanya
Meskipun ia tak pernah menolak jika Yayah memerlukan bantuannya
Terkadang Yayah ingin bertanya kepada kakak kelasnya,
apakah Qodari sudah mempunyai calon istri
Namun ia merasa malu sendiri
Baru datang ke Mesir kok udah bicara cinta?


Setahun kemudian, Qodari lulus S-1
Ia akan pulang ke Indonesia sebentar,
lalu melanjutkan pendidikan S-2 di Pakistan

Yayah dan sejumlah teman mengantarnya ke bandara
Ada yang terasa hilang di jiwanya saat sosok lelaki yang selama ini kerap mengisi relung batinnya itu menghilang dari pandangan
sesaat setelah melewati imigrasi

Negeri Mesir yang indah kini terasa begitu hampa
Ketika mobil yang ditumpanginya perlahan meninggalkan bandara,
matanya menatap jauh ke landasan,
ke deretan burung-burung besi yang dengan angkuhnya bertengger di sana

Kalau saja ia punya sayap,
ingin rasanya ia terbang dan hinggap di pesawat yang akan mengantar Qodari pulang ke Indonesia


Betapa kejamnya Kak Qodari
Ia pergi tanpa pernah memberikan tanda apa pun kepadanya
Apakah ia begitu keras hatinya,
sehingga tak mampu menangkap sinyal perasaan yang dikirimkan oleh seorang gadis
meski itu hanya berupa wajah memerah
dan sikap canggung manakala tanpa sengaja berpapasan di perpustakaan kampus, Masjid Al-Azhar,
dan Wisma Nusantara yang merupakan pusat aktivitas mahasiswa Indonesia di Mesir
Padahal, lulusan terbaik Al-Azhar University dengan predikat Mumtaz itu dikenal selalu ramah dan simpatik kepada siapa pun


Diam-diam ia pun menyesali dirinya
Kenapa ia tak berterus terang saja,
atau setidaknya mengirimkan sinyal yang lebih jelas,
misalnya berupa SMS yang berisi sindiran tentang cinta
Atau, mengapa ia tidak menitipkan salam lewat salah seorang kakak kelasnya yang sama-sama aktif di PPMI bersama Qodari?


”Yayah, kamu sakit?”
tanya Aisyah, melihat wajah Yayah yang agak pucat


Buru-buru Yayah menggeleng
”Ah, tidak. Hanya kurang tidur saja,”
kilahnya


Sesaat sebelum pesawat Singapore Airlines yang akan membawanya dari Cairo ke Jakarta bersiap-siap untuk lepas landas,
Qodari mengirimkan SMS:

”Bila kamu mau menjadi istriku, aku akan menunggumu...’


‘ Membaca SMS tersebut Yayah rasanya ingin berteriak dan melompat dari mobil
Namun ia berusaha menahan perasaannya sewajar mungkin


”Welcome home. Jadi, kapan aku boleh datang melamarmu? Wss.”
Balasan dari Qodari selalu pendek dan to the point


Namun itu sudah lebih dari cukup

”Aku akan bicara dulu dengan Abah
Nanti aku kabari Kakak”


Butuh waktu sebulan, baru KH. Syamsuri, ulama terpandang di Bekasi, mengizinkan Qodari datang melamar putri kesayangannya

”Saya tunggu Jumat pagi, pukul enam,”
kata KH. Syamsuri kepada Qodari, lewat telepon


Dua tahun di Pakistan, Qodari kembali ke Tanah Air dengan menggondol gelar Master di bidang ekonomi syariah
Ia mengajar ekonomi syariah di salah satu universitas ternama di Jakarta

Ia rajin menulis di media massa,
khususnya mengenai ekonomi Islam
Ia pun menjadi da’i dan sudah mulai sering tampil di acara keislaman di televisi
Tepat pukul enam kurang 10 menit, ia tiba di rumah Sang Kiai

Ulama kharismatis itu sedang duduk di beranda sambil memegang tasbih dan melantunkan zikir

”Assalaamu’ alaikum.’

‘ KH Syamsuri menoleh

”Wa’alaikumsalaam. ”

Qodari segera mencium tangan Sang Kiai

”Saya Qodari.”

”Silakan duduk.”
Suaranya terdengar berwibawa
Sorot matanya tajam


”Terima kasih, Pak Kiai”
Yayah menyaksikan dari dalam rumah

Hatinya berdegup kencang melihat wajah yang selalu dirindukannya itu

”Sayang, mana tehnya?”


”Siap, Abah.”
Yayah segera mengantarkan minuman teh manis

Wajahnya terasa bersemu merah ketika Qodari menatapnya
Tanpa sengaja ia menunduk

”Duduk di sini, sayang,”
kata KH. Syamsuri


Dengan kikuk, Yayah duduk di samping ayahnya,
berhadapan dengan Qodari

”Silakan jelaskan, apa tujuan kamu datang ke rumah saya,”
suara KH. Syamsuri terdengar sangat tegas


”Terima kasih, Pak Kiai
Saya berniat melamar Yayah untuk menjadi istri saya”


KH. Syamsuri tidak langsung menjawab
Ia menatap pemuda di hadapannya,
seperti ingin mencari kepastian di matanya

Tanpa sadar, Qodari mengangguk
Yayah merasa serba salah
Ia tidak berani mendonggakkan wajahnya

”Tadi malam kamu shalat Tahajud?”
tanya KH. Syamsuri tiba-tiba


”Ya, Pak Kiai..”


”Tadi pagi shalat Shubuh di mana?”


”Saya shalat Shubuh berjamaah di Masjid An-Nur,
Perumahan Permata Timur, Kalimalang.’ ‘


”Ya, sudah. Tiga bulan lagi kamu balik ke sini..”


Setelah itu, KH Syamsuri masuk ke dalam rumah
Qodari pun beranjak pulang


Yayah ingin protes kepada abahnya
Namun ia tidak berani

Abahnya sangat sayang kepadanya,
apalagi semenjak ibunya meninggal enam tahun lalu
Namun ia sangat tegas memegang prinsip



Tiga bulan kemudian, Qodari datang lagi
Namun hal yang sama berulang

Ia diminta datang lagi tiga bulan kemudian
Lagi-lagi, pertanyaannya sama,
yakni di mana dia shalat Tahajud dan shalat Shubuh


Hari ini, untuk yang kelima kalinya Qodari datang ke rumah KH. Syamsuri
Berarti kurang lebih setahun lamanya ia melamar Yayah
Pertanyaan KH. Syamsuri tetap tidak berubah


”Saya Tahajud dilanjutkan Shubuh berjamaah di Islamic Centre Bekasi,”
sahut Qodari mantap


”Selama setahun ini, berapa kali kamu tidak shalat Tahajud
dan berapa kali kamu tidak shalat fardhu berjamaah”


”Alhamdulillah, tidak satu kali pun, Pak Kiai...”


Tiba-tiba KH. Syamsuri bangkit dari duduknya,
dan memeluk Qodari


”Aku izinkan engkau menikahi putriku
Bimbinglah ia ke jalan yang diredhai Allah, dunia dan akhirat,”
bisiknya perlahan namun tegas di telinga Qodari


Yayah menarik napas lega
Wajahnya tiba-tiba tersenyum sumringah


KH. Syamsuri melirik putrinya

”Sayangku, calon suamimu berkhidmat di bidang dakwah dan pendidikan
Bagaimana ia bisa menjadi seorang dai yang istiqamah,
kalau ia tidak menegakkan shalat Tahajud dan shalat fardhu berjamaah? Ketahuilah, Tahajud merupakan pakaian para Nabi, Rasul dan orang-orang saleh. Sedangkan shalat fardhu jamaah merupakan ukuran kesungguhan iman seseorang. Kamu pasti pernah membaca hadits, cukuplah untuk mengetahui seseorang itu golongan munafik atau bukan dari shalat Shubuhnya, berjamaah atau tidak”


subhanallah ...
tak ada hal yang tak mungkin ...
tak ada hal yang sia-sia
setiap ada niat, ikhtiar dan terus berusaha
jalan kemudahan dan raihan kesuksesan akan kita dapatkan
sebagaimana qodari yang begitu tekun dan sabar
dalam penantiannya selama setahun penuh




Semoga kita tergolong orang yang selalu beristiqamah dalam shalat dan shalawatnya
begitu pun amalan-amalan baik yang lainnya


wassalam...


***
Referensi :
Jum'at, 22 Juli 2011
http://kembanganggrek2.blogspot.com/2011/07/calon-menantu.html
*

Sandal Jepit Istriku





~*~  Kisah Sandal Jepit Istriku  ~*~



Selera makanku mendadak punah
Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini

Duh... betapa tidak gemas,
dalam keadaan lapar memuncak seperti ini makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah
Sayur sop ini rasanya manis bak kolak pisang,
sedang perkedelnya asin nggak ketulungan


"Ummi... Ummi, kapan kau dapat memasak dengan benar...?
Selalu saja, kalau tak keasinan... kemanisan,
kalau tak keaseman... ya kepedesan!"

Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu


"Sabar bi..., rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah
Katanya mau kayak Rasul...? "
ucap isteriku kalem


"Iya... tapi abi kan manusia biasa
Abi belum bisa sabar seperti Rasul.
Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini...!"
Jawabku dengan nada tinggi


Mendengar ucapanku yang bernada emosi,
kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam
Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya sudah merebak


Sepekan sudah aku ke luar kota
Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput?
jumput harapan untuk menemukan 'baiti jannati' di rumahku
Namun apa yang terjadi...?
Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan

Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling
Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah
Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini
Piring-piring kotor berpesta pora di dapur,
dan cucian... ouw... berember-ember
Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat,
karena berhari-hari direndam dengan detergen tapi tak juga dicuci

Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar
sambil mengurut dada

"Ummi...ummi, bagaimana abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini...?"
ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala

"Ummi... isteri sholihat itu tak hanya pandai ngisi pengajian,
tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga
Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah...?"

Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu


"Ah...wanita gampang sekali untuk menangis...,"
batinku berkata dalam hati


"Sudah diam Mi, tak boleh cengeng
Katanya mau jadi isteri shalihat...?
Isteri shalihat itu tidak cengeng,"
bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai dipipinya


"Gimana nggak nangis!
Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus
Rumah ini berantakan karena memang ummi tak bisa mengerjakan apa-apa
Jangankan untuk kerja untuk jalan saja susah
Ummi kan muntah-muntah terus,
ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali"
ucap isteriku diselingi isak tangis


"Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda..."
Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak


"Bi..., siang nanti antar Ummi ngaji ya...?"
pinta isteriku


"Aduh, Mi... abi kan sibuk sekali hari ini
Berangkat sendiri saja ya?"
ucapku


"Ya sudah, kalau abi sibuk,
Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan,"
jawab isteriku


"Lho, kok bilang gitu...?"

"Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing
kalau mencium bau bensin
Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat
Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa,"
ucap isteriku lagi


"Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja,"
jawabku ringan


Pertemuan hari ini ternyata diundur pekan depan
Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku
Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya

Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji
Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar,
ini pertanda acara belum selesai

Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu

Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal

"Wanita, memang suka yang indah-indah,
sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu,"
aku membathin sendiri


Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah
Dug! Hati ini menjadi luruh


"Oh....bukankah ini sandal jepit isteriku?"
Tanya hatiku

Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu
Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa

Perih nian rasanya hati ini,
kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku
Sampai-sampai kemana ia pergi harus bersandal jepit kumal
Sementara teman-temannnya bersepatu bagus

"Maafkan aku Maryam,"
pinta hatiku


"Krek...,"
suara pintu terdengar dibuka


Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping
Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah,
secerah warna baju dan jilbab umminya

Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu,
kembali melintas ukhti-ukhti yang lain
Namun, belum juga kutemukan Maryamku

Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu,
tapi isteriku belum juga keluar

Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berbaya gelap dan berjilbab hitam melintas

"Ini dia mujahidahku!"
pekik hatiku

Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja
Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah,
ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya

Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa
karena selama ini kurang memperhatikan isteri

Ya, aku baru sadar,
bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya
Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku,
padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu,
wahai Maryamku

Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya
Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain,
sedang isteriku tak pernah kuurusi
Padahal Rasul telah berkata:

"Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya"
Sedang aku..?
Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik
Sedang aku...?
terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya
Aku benar-benar merasa menjadi suami terdzalim!!!


"Maryam...!"
panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas


Tubuh itu lantas berbalik ke arahku,
pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini
Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum
Senyum bahagia

"Abi...!"
bisiknya pelan dan girang


Sungguh, aku baru melihat isteriku segirang ini

"Ah, kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?"
sesal hatiku


Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku
Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya

"Alhamdulillah, jazakallahu...,"
ucapnya dengan suara tulus


Ah, Maryam, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu
Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku
Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud dan 'iffah sepertimu?
Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar
karena perhatianku...?


syukurilah kasih dan cinta yang anda miliki sekarang ini
karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan seperti apa yang anda alami saat ini
bisa jadi, mereka mendapatkan hal-hal yang kurang baik bagi hidup mereka
pertikaian, perceraian hingga kekerasan dalam rumah tangga


Semoga kita semua tergolong kedalam keluarga yang shakinah mawaddah warahmahh..
Aamiin aamiin yaa rabbal 'alamin..


***
Referensi :
Rabu, 27 Mei 2009
http://priendah.wordpress.com/2009/05/27/sandal-jepit-istriku/
*

Sabtu, 03 Mei 2014

Itadakimasu





~*~  Itadakimasu  ~*~




"Itadakimasu...!"
Terdengar teriakan suara anak kecil

Onigiri di tangan, bersiap disuapkan ke mulut
Tiba-tiba, suara lembut sang ibu bertanya sambil menahan tangan sang anak

"Sudah baca Bismillah belum?"
Merasa kenyamanannya terganggu, si anak lalu berkata,

"Tidak mau!"


Mendengar jawaban seperti itu,
sang Ibu berkata tegas,

"Belum Bismillah, berarti onigiri ini nggak boleh dimakan"

Entah karena lapar atau memang tidak suka dengan teguran sang Ibu,
si anak mulai 'ngadat' menangis keras

Salah satu teman si ibu yang melihat kejadian tersebut berkata

"Biarin aja onigirinya dimakan,
sudah ngucapin itadakimasu, ya kan?"


Sekilas ia melirik seolah mencari persetujuan

Situasi seperti ini, pernah saya temui dalam acara pertemuan ibu-ibu
Ya betul, secara table manner Jepang,
ucapan anak tersebut sudah benar
Tapi secara manner Islam, apakah sudah cukup?

Tiba-tiba ingatan saya melayang pada sebuah buku yang berkisah tentang keutamaan basmallah
Pun teringat kepada seorang teman muslimah Jepang



***
Dalam buku tersebut diceritakan,
ada seorang isteri bersuamikan seorang munafiq
Sang isteri memiliki kebiasaan membaca basmallah setiap akan memulai sesuatu
Sang suami membenci perbuatan tersebut
Hingga suatu saat dia berjanji dalam hati,

"Saya akan membuatnya malu!"


Untuk melaksanakan niatnya,
si suami memberikan pundi uang dan berkata,

"simpanlah pundi ini"


Sang isteri menerima dan menyimpannya di sebuah tempat sambil mengucapkan basmallah
Selang beberapa hari, diam-diam, sang suami mengambil pundi tersebut
lalu membuangnya ke sumur belakang
Ia merasa senang karena akan bisa membuktikan pada isterinya
bahwa tidak ada manfaatnya mengucapkan basmallah

Kemudian sang suami berpura-pura meminta isterinya untuk mengembalikan pundinya
Sang isteri mencari pundi tersebut di tempat ia menyimpannya sambil membaca basmallah


Bersamaan dengan itu, Allah SWT memerintahkan Jibril turun ke dasar sumur
untuk mengembalikan pundi tersebut
Sang isteri yang tidak mengetahui ulah suaminya,
dengan mudah menemukan pundi yang dimaksud
Melihat hal itu sang suami terkesima dan bertaubat


***
Ada pula kisah tentang Abu Muslim al-Khulani
Ia memiliki budak perempuan yang sangat benci padanya
Setiap hari, budak perempuan tersebut selalu menuangkan racun ke dalam minuman majikannya
Hal tersebut berlangsung hingga jangka waktu yang lama
Namun tidak ada perubahan sedikitpun pada sang majikan

Hingga ia berterus terang

"Aku telah menuangkan racun sejak lama,
akan tetapi tidak ada pengaruhnya sama sekali pada anda... "

Mendengar itu, Abu Muslim berkata,

"Setiap kali saya akan makan, minum atau melakukan pekerjaan,
selalu membaca bismillahirrahmanirrahim..."


Sedangkan cerita lain tentang kekuatan basmallah,
saya dengar langsung dari seorang teman muslimah Jepang
Sebutlah Tomoko-san
Bertemu pertama kali dalam satu pengajian di masjid sekitar Tokyo
Seringnya bertemu ada rasa penasaran yang tersimpan di hati
Bagaimana hidayah Islam itu datang padanya?
Karena yang saya tahu, ia bersyahadah bukan karena pernikahan dengan seorang muslim
Hingga suatu saat saya beranikan diri bertanya


Alasannya singkat
Ia mengenal Islam, karena terpesona dengan basmallah
Kalimat tersebut tidak sengaja ia temukan sewaktu masih SMA,
di sebuah toko buku, di salah satu pojok bacaan tentang Islam

Di sana ia menemukan tulisan
"Bismilahiirrahmanirrahim (Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang)"

Pertama kali membaca kalimat tersebut, dadanya bergetar
Siapa Allah itu?
Kenapa Ia memiliki rasa Maha Pengasih dan Penyayang?
Darimana asalnya kata-kata seindah ini?

Sejak saat itu, ia seolah 'jatuh cinta, ' pada basmallah
Meskipun tidak pernah tahu arti sesungguhnya bacaan tersebut,
tapi ia percaya bahwa basmallah adalah sebuah 'jampi-jampi' yang dapat menjaganya dari hal-hal yang buruk

Di atas tempat tidur, meja belajar, di setiap buku ataupun dalam omamori pasti ia tulis kalimat tersebut
Hingga suatu saat salah seorang guru yang mengetahuinya,
melarang untuk meneruskan kebiasaan tersebut.
Juga menasehati agar tidak membuka buku-buku tentang Islam

"Agama teroris, "
begitu ucapan gurunya saat itu


Tomoko-san hanya bisa tercengang kaget mendengar penjelasan tersebut
Benarkan Islam agama teroris?
Jika teroris, mengapa memiliki kata-kata yang begitu indah seperti ini?
Semakin hari, semakin penasaran ia dibuatnya

Setelah lulus SMA, keinginannya untuk mengetahui arti sesungguhnya kata basmallah semakin kuat
Ia mulai rajin membaca beberapa buku Islam dan mendatangi perkumpulan-perkumpulan muslim
Hingga akhirnya hidayah itu datang dan syahadat diikrarkan

Ia percaya, dari kalimat basmallah jalan menuju hidayah terbuka



***
Betapa hebat kekuatan basmallah
Meskipun secara sadar ataupun tidak,
kadang kita melupakannya

Terimbas oleh kata-kata lain yang dianggap lebih baik
Terutama bagi muslim yang tinggal di Jepang,
sebuah negara sekuler yang memiliki pola pemikiran 'Islami' tertib, teratur, disiplin


Pola pemikiran mereka, terkadang menggeser pola pemikiran Islam
Tidak salah jika sang ibu di cerita atas,
begitu tegas mengajarkan anaknya ucapan basmallah
Ibu tersebut pasti tidak ingin buah hati tercintanya terimbas oleh pola pemikiran Jepang
Dasar-dasar Islam harus diterapkan sedini mungkin
agar di manapun berada, seorang muslim tetap memiliki izzah Islam


Kembali ke basmallah,
jika ditelusuri, kita akan menemukan mutiara ilmu yang luar biasa pada bacaan tersebut
Menyebut bismillah di permulaan tiap pekerjaan
berarti kita sedang mengingat akan kebesaran Allah SWT
Menyadari akan keagungan-Nya
Mendatangkan perlindungan-Nya

Betapapun sulit dan berat sebuah pekerjaan,
akan terasa ringan dengan mengucapkan basmallah,
karena ia mendatangkan ketenangan lahir batin

Kekuatannya tidak bisa tergantikan,
meskipun ada kata-kata lain yang memiliki arti sedemikian bagusnya


Jadi, tidaklah salah jika saya bertanya pada anda,
"sudah baca basmallah?"

Untuk mengawali aktifitas membaca tulisan ini...

Wallahu`alambisshawab.



Catatan:
1. Itadakimasu = Diucapkan oleh orang Jepang sebelum makan, yang memiliki arti harfiah “saya terima berkah makanan ini”
2. Onigiri = Bulatan nasi khas Jepang yang dibungkus rumput laut
3. Omamori = Benda (jimat ) yang dianggap sebagai pelindung



***
Referensi :
Kamis, 02 Juni 2011
http://kurniawanirfan.blogspot.com/2011/06/basmallah.html
*

Mencium Tangan Suami




~*~  Saya Ridha Suamiku  ~*~



"Assalamu'alaikum..."
bisik Muhsin mengakhiri rakaat terakhirnya

Dibelakangnya Hasanah mengucap lafaz yang sama
Shalat jamaah usai

Seperti biasanya, sejak ia dinikahi Muhsin,
Hasanah meraih tangan suaminya, disalami dan diciumnya


"Bang..., boleh ngak saya bertanya,"
desisnya setelah keduanya selesai berzikir


"Tentu saja, masalah apa?"
tanya suaminya

"Salaman...."
ungkap hasanah

"Salaman? Ada apa? .....Bagaimana? ...Mengapa?"
tanya muhsin tak mengerti

"Kaum feminisme menganggap salaman seperti tadi adalah bukti pelecehan terhadap perempuan
Mengapa istri mesti meraih dan mencium tangan suaminya?
Mengapa tidak sebaliknya?
Bukankah itu tanda perempuan lebih rendah dari laki-laki?
Bagaimana tanggapan Abang?"


"Oh, itu toh, Apakah Abang pernah memerintahkan Adik berbuat demikian?"
tanya balik muhsin


"Tidak"
jawab sang istri


"Atau menganjurkan?"
tanya muhsin lagi


"Tidak"
jawab hasanah enteng


"Mengapa Adik melakukannya?"
desak muhsin


"Ng... mengapa ya? .......
Mungkin pertama, saya sering melihat ibu melakukan hal yang demikian kepada bapak
Kedua, naluri saya sebagai istri memerintahkan saya berbuat demikian
Ketiga, saya lihat Abang senang menerimanya
Saya bahagia jika suami merasa gembira dengan sesuatu yang saya perbuat"
ungkap hasanah berterus terang


"Adik merasa direndahkan?"
tanya muhsin


"Tidak"
jawabnya enteng


"Sebenarnya inti dari yang adik tanyakan adalah salaman
Walaupun salaman pada mulanya dilakukan penduduk Yaman,
Rasulullah SAW mentradisikannya di kalangan kaum Muslimin
Bahkan beliau menyatakan, 'Tiada dua orang Muslim bertemu lalu berjabat tangan,
melainkan diampunkan dosa keduanya sebelum berpisah.'
Salaman adalah lambang perdamaian dan kedamaian
Salaman tidak dilakukan oleh dua orang yang bermusuhan dan mendendam"


"Mencium tangan?"
tanya hasanah lagi


"Itu dilakukan para sahabat kepada Nabi SAW"
jawab muhsin


"Jadi, salaman adalah sebuah tradisi kebaikan?"
tanya hasanah makin penasaran


"Ya, Rasulullah SAW mengingatkan kaum Muslimin untuk tidak meremehkan suatu kebaikan
walau sekadar menghadapi teman dengan muka yang manis
Apalagi menghadapi suami dan istri"


"Itukah alasan abang menerima uluran tangan saya?"
tanya hasanah


"Benar. Bukan rasa kebanggaan diri sebagai suami,
saya menyambut uluran tangan itu
Tidak juga karena saya merasa lebih baik dari Adik
Abang sadar bahwa ketaqwaanlah yang menjadikan kemuliaan seseorang
Sedang taqwa dan iman itu bisa naik dan bisa turun
Suatu saat boleh jadi keadaan Abang lebih baik dari Adik
Pada saat yang lain, barangkali Abanglah yang memerlukan dorongan dan nasihat dari Adik
Apa dan bagaimanapun kondisi keimanan kita pada suatu saat,
yang jelas salaman akan membawa kepada kedamaian
Ini kebaikan yang harus dihargai"
ungkap jelas muhsin membeberkannya



"Apakah feminisme merasakan nuansa ini?"


"Wallahu a'lam
Mereka selalu berpikir dari sisi lelaki dan perempuan
Tidak dari sebuah sisi yang utuh sebagai manusia hidup saling melengkapi
Jika seorang lelaki pembantu umum diperusahaan menghidangkan minuman kepada seorang direktris,
maka hal itu adalah sebuah fenomena kerja fungsional
Bukan penghinaan kepada laki-laki
Namun jika seorang istri menghidangkan minuman kepada suaminya yang baru pulang kerja,
maka itu mereka anggap sebagai pelecehan terhadap martabat perempuan
Padahal Allah telah menentukan keluarga sebagai sebuah struktur organisasi masyarakat
dengan sebuah model kepemimpinan yang digariskan berdasarkan pertimbangan seluruh aspek kemanusiaan lelaki dan perempuan"


"Abang adalah pemimpin saya
Sayalah yang perlu meraih dan menciumi tangan Abang
Ini upaya kebaikan yang bisa saya lakukan"
lirih hasanah menerimanya


"Jazakillahi khoiron
Sesungguhnya lurusnya jalan saya sebagai suami serta ketaatan Adik sebagai istri-lah
yang menjadi tulang punggung keberhasilan kepemimpinan keluarga ini
Mengenai salaman tak ada salahnya jika suatu saat
saya yang meraih dan mencium tangan Adik
Namun kenyataannya Adiklah yang selalu mendahului saya"
ungkap muhsin


"Saya Ridho......"
ucap hasanah sembari tersenyum bahagia
bersama suami tercintanya



heheheh,,,, so romantic ;)

***
Referensi :
Rabu, 18 Maret 2009
http://dheryudi.wordpress.com/2009/03/18/cinta-untuk-suami/
*

Suara Kodok



~*~  Kodok  ~*~



Di sebuah tempat di tepian hutan,
seorang santri tengah menyiapkan tempat untuk salat malam
Ia sapu debu dan dedaunan kering yang tercecer di sekitar ruangan salat

Sesaat kemudian, sajadah pun terhampar mengarah kiblat
Hujan yang mulai reda menambah keheningan malam

“Bismillah,”
suara sang santri mengawali salat

Tapi,
“Kung…kung. ..kung!”


Suara nyaring bersahut-sahutan seperti mengoyak kekhusyukan si santri
Ia pun menoleh ke arah jendela

“Ah, suara kodok itu lagi!”
ucapnya membatin


Sudah beberapa kali ia ingin memulai salat malam,
selalu saja suara kodok meng-kungkung bersahut-sahutan
Tentu saja, itu sangat mengganggu

Masak, salat malam yang mestinya begitu khusyuk,
yang tertangkap selalu wajah kodok
Mata yang bulat, leher dan kepala menyatu dan meruncing di mulut,
serta gelembung di bagian leher yang menghasilkan nada begitu tinggi:
kung!


“Astaghfirullah! Gimana bisa khusyuk,”
ucap sang santri sambil membuka jendela kamarnya


Ia menjulurkan kepalanya keluar jendela sambil menatap tajam ke arah genangan air
persis di samping jendela
Tapi, beberapa kodok tetap saja berteriak-teriak
Mereka seperti tak peduli dengan sindiran ‘halus’ si santri


Hingga akhirnya,

“Diaaaam!!!”
Si santri berteriak keras
Lebih keras dari teriakan kodok

Benar saja
Teriakan santri membuat kodok tak lagi bersuara
Mereka diam
Mungkin, kodok-kodok tersadar kalau mereka sedang tidak disukai
Bahkan mungkin, terancam


“Nah, begitu lebih baik,”
ucap si santri sambil menutup jendela


Ia pun kembali mengkhusyukkan hatinya tertuju hanya pada salat
Kuhadapkan wajahku hanya kepada Allah, Pencipta langit dan bumi
Tapi,

“Kung…kung. ..kung!”
Kodok-kodok itu kembali berteriak bersahut-sahutan

Spontan, sang santri kembali menghentikan salatnya


Kali ini, ia tidak segera beranjak ke arah jendela
Ia cuma menatap jendela yang tertutup rapat
Sang santri seperti menekuri sesuatu

Lama ....
ia tidak melakukan apa pun kecuali terpekur dalam diamnya


“Astaghfirullah, ”
suara sang santri kemudian

“Kenapa kuanggap teriakan kodok-kodok itu sebagai gangguan
Boleh jadi, mereka sedang bernyanyi mengiringi malam yang sejuk ini
Atau bahkan, kodok-kodok itu pun sedang bertasbih seperti tasbihku dalam salat malam
Astaghfirullah, ”
ucap sang santri sambil menarik nafas dalam


Dan, ia pun memulai salatnya dengan begitu khusyuk
Khusyuuuk... sekali

Begitu pun dengan kodok-kodok:
“Kung…kung. ..kung!”


***

Kadang, karena ego diri,
sudut pandang jatuh tidak pas pada posisinya
Biarkan yang lain bersuara beda
Karena boleh jadi,
itulah tasbih mereka (mnuh)

setuju??


***
Referensi :
Kamis, 18 Desember 2008
Oleh Muhammad Nuh
http://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/kodok.htm#.U2XVRIGSyEc
*

Hikmah Ikhlas Dan Sabar





~*~  Hikmah Ikhlas Dan Sabar  ~*~



Seorang pria berumur 61 tahun bernama Asep Sudrajat menghidupi keluarganya dengan membuka sebuah toko berukuran 3 x 4 meter di sebuah jalan di kota Bandung
Tiada yang mendampingi hidupnya di rumah selain Asih, istrinya
Sudah puluhan tahun berumah tangga, Allah SWT Sang Maha Pencipta belum berkenan memberikan mereka keturunan
Namun baik Asep dan Asih adalah model makhluk Tuhan yang menerima segala ketetapan
Mereka selalu menghiasi hidup dengan pengharapan terhadap Tuhan
Bersyukur atas segala nikmat yang mereka terima,
dan bersabar atas segala ujian yang diberikan


Hampir dua puluh tahun mereka menabung demi mewujudkan cita-cita
Sebuah cita-cita mulia yang mereka tanamkan dalam hati,
untuk berangkat haji ke Baitullah, Mekkah Al Mukarramah
Dengan hasil dagang di toko yang seadanya,
sedikit demi sedikit mereka sisihkan untuk menggapai cita-cita itu
Hanya ibadah haji saja dalam benak mereka yang belum pernah mereka lakukan
Keinginan itu terus membuncah, menggelegak dalam dada seorang hamba yang rindu akan keridhaan Tuhannya

Hasil tabungan yang mereka kumpulkan tidak mereka tabung di bank
Sengaja uang sejumlah itu mereka simpan agar dapat memotivasi semangat mereka untuk mencari tambahan uang sesegera mungkin
Sungguh dua puluh tahun dalam menabung,
merupakan masa yang cukup panjang untuk bersabar demi mewujudkan ketaatan kepada Tuhan
Tidak banyak, manusia modern di zaman sekarang yang mampu memiliki niat sedemikian

Malam itu, Asep dan Asih sekali lagi menghitung jumlah tabungan mereka
Uang yang mereka simpan untuk berhaji itu kini berjumlah Rp. 50.830.000
Sementara biaya haji pada saat itu berkisar kurang lebih Rp 27 juta per orang,
belum lagi biaya bimbingan haji yang harus mereka ikuti,
ditambah dengan uang jajan tambahan untuk membeli oleh-oleh
Mereka menghitung, kurang lebih mereka memerlukan dana berkisar Rp 10 juta

Setiap malam berlalu, Asep dan Asih selalu menghitung peruntungan jualan mereka,
dan sebagiannya mereka sisihkan untuk mewujudkan cita-cita berhaji



Suatu pagi, Asep mendengar kabar bahwa kawan karibnya dalam berjamaah shalat di Masjid As Shabirin jatuh sakit secara mendadak
dan kini dirawat di RS. Dr. Hasan Sadikin
Setelah divisum oleh dokter rupanya penyakit yang diderita tetangga sekaligus kawan karibnya itu adalah penyakit tumor tulang
Sebuah penyakit yang jarang terjadi pada masyarakat Indonesia

Bersegeralah, Asep menjenguk kawan karibnya itu
Sesampainya di sana, sahabat tersebut masih berada di ruang ICU
dan untungnya masih sadarkan diri sehingga dapat melakukan percakapan dengan Asep

Dari penuturannya Asep mengetahui bahwa tumor tulang tersebut telah membuat tetangganya tidak mampu untuk berdiri lagi,
dan tumor tersebut harus diangkat segera
Sebab bila tidak, maka tumor tersebut dapat menjalar ke bagian tubuh lain

Asep bergidik mendengarnya
Namun ia masih terus membesarkan hati sahabatnya itu untuk senantiasa tawakkal dan berdoa kepada Allah SWT Yang Maha
Menyembuhkan setiap penyakit hamba-Nya
Hampir setiap hari Asep menjenguk sahabatnya itu
Pada hari kedelapan, sahabatnya itu telah dipindah ke ruang rawat inap kelas 3,
bersama tujuh pasien lainnya dalam satu kamar

Kamar tersebut pengap dengan bau obat,
dan tidak layak disebut sebagai kamar rumah sakit
Pemandangan yang berantakan

Jemuran baju pasien dan pendamping yang bertebaran di sepanjang jendela
Seprai kasur yang tidak rapi
Tikar dan koran bertebaran di pojok-pojok kamar
Itu semua membuat pemandangan kamar menjadi tidak asri dan pengap
Namun apa mau dikata, tetangganya adalah seorang yang mungkin memilik nasib sama dengan jutaan orang di Indonesia
Sudah masuk rumah sakit saja Alhamdulillah,
nggak tahu bayarnya pakai apa?


Hari itu adalah hari kesebelas sahabatnya dirawat di rumah sakit
Kebetulan Asep sedang berada di sana,
seorang perawat membawakan sebuah surat dari rumah sakit
bahwa untuk membuang tumor yang berada di sendi-sendi tulang pasien haruslah dijalankan sebuah operasi

Operasi itu akan menelan biaya hampir Rp 50 juta
Bila keluarga pasien mengharapkan kesembuhan,
maka operasi tersebut harus dilakukan
Namun kalau mau berpasrah kepada takdir Tuhan,
maka tinggal berdoa saja agar terjadi keajaiban

Siapa orangnya yang tidak mau sembuh dari penyakit?
Semua orang pun berharap sedemikian
Namun mau bilang apa?
Keluarga sahabat Asep tersebut sudah menguras habis tabungan yang mereka miliki,
namun itu semua untuk bayar biaya rumah sakit selama ini saja tidak cukup
Apalagi untuk membiayai proses operasi?
Sungguh, yang mampu mereka lakukan adalah memohon pertolongan kepada Allah SWT
Hari kedua belas, ketiga belas, keempat belas.... kondisi pasien semakin parah. Badannya terlihat kurus tak bertenaga. Kelemahan itu terlihat jelas dalam sorot cahaya mata yang kian meredup. Sang pasien tidak mampu lagi menanggapi lawan bicara. Tumor itu semakin mengganas dan menjalar ke seluruh tubuh. Pemandangan itu semakin menyentuh relung hati Asep yang terdalam. Maka di pinggir ranjang sahabatnya, Asep pun mengambil sebuah keputusan besar.

Setelah berpamitan dengan keluarga sahabatnya,
ia bergegas pulang menuju rumah
Di sana terlihat olehnya Asih sedang melayani pembeli yang datang ke toko sederhana milik mereka
Saat pembeli sudah sepi, Asep lalu menyampaikan keputusannya itu kepada Asih


“Bu..., Kang Endi tetangga kita yang sedang di rawat di rumah sakit itu
kondisinya semakin memburuk
Bapak tidak sanggup melihat penderitaannya
Sepertinya kita harus bantu dia dan keluarganya
Tiga hari lalu, kebetulan bapak sedang di sana,
seorang suster memberitahukan bahwa Kang Endi harus dioperasi segera
Keluarganya belum berani menyatakan iya,
sebab biaya operasi itu hampir Rp 50 juta....”
Asep membuka pembicaraannya dengan kalimat yang panjang


Asih pun mulai merasa iba dengan penderitaan Kang Endi dan keluarganya,

“Kasihan mereka ya, Pak!
Kita bisa bantu apa...?”


Asep pun langsung menyambung dengan cepat,

“Kalau ibu berkenan, bagaimana bila dana tabungan haji kita diberikan saja kepada mereka semua untuk biaya operasi?”
Kalimat itu diakhiri dengan sebuah senyum merekah di bibir Asep


“Diberikan....?!!
Waduh pak..., hampir dua puluh tahun kita nabung dengan susah payah
agar cita-cita berhaji dapat diwujudkan
Masa bisa pupus seketika dengan membantu orang lain
yang bukan saudara kita?”
Asih mengajukan penolakan atas usulan suaminya


“Bu...., banyak orang yang berhaji belum tentu mabrur di sisi Allah
Mungkin ini adalah jalan buat kita untuk meraih keridhaan Allah SWT
Biarkan kita hanya berhaji di pekarangan rumah kita sendiri,
tidak perlu ke Baitullah
Bapak yakin bila kita menolong saudara kita, Insya Allah,
kita akan ditolong juga oleh Dia Yang Maha Kuasa”
Kalimat itu meluncur dari mulut Asep
dan menohok relung hati Asih sehingga begitu membekas di dasarnya
Tak kuasa, Asih pun mengangguk dan setuju atas usul suaminya


Keesokan pagi, Asep dan Asih pun datang berdua ke rumah sakit untuk menjenguk
Toko mereka ditutup hari itu
Mereka berdua datang ke rumah sakit dengan membawa sebuah amplop tebal
berisikan uang sejumlah Rp 50 juta yang tadinya mereka siapkan untuk berhaji

Keduanya tiba di rumah sakit
dan menjumpai Kang Endi dan keluarganya di sana
Usai membacakan doa untuk pasien,
keduanya datang kepada istri Kang Endi
Mereka serahkan sejumlah uang tersebut,
dan suasana menjadi haru seketika

Bagi keluarga Kang Endi ini adalah moment dimana doa diijabah oleh Tuhan
Sementara bagi Asep dan Asih,
ini merupakan saat dimana keikhlasan menolong saudara harus ditunjukkan

Lalu pulanglah Asep dan Asih ke rumah setelah berpamitan kepada keluarga
Uang itu kemudian segera dibawa oleh salah seorang anggota keluarga ke bagian administrasi rumah sakit
Formulir kesediaan menjalani operasi telah diisi

Besok pagi jam 08.00 operasi pengangkatan tumor di sendi-sendi tulang Kang Endi
akan dilakukan
Alhamdulillah!


Esoknya Kang Endi sudah dibawa ke ruang operasi
Sebelum dioperasi, dokter spesialis tulang yang selama ini menangani Kang Endi sempat berbincang dengan keluarga

“Doakan ya agar operasi berjalan lancar
dan Pak Endi semoga lekas sembuh!
Kalau boleh tahu..., darimana dana operasi ini didapat?”
Dokter mencetuskan pertanyaan tersebut,
karena ia tahu sudah berhari-hari pasien tidak jadi dioperasi
sebab keluarga tidak mampu menyediakan dananya


Istri Kang Endi menjawab,
“Ada seorang tetangga kami bernama pak Asep yang membantu,
Alhamdulillah dananya bisa didapat, Dok!”


“Memangnya, beliau usaha apa?
Kok mau membantu dana hingga sebesar itu?”
Dibenak dokter, pastilah pak Asep adalah seorang pengusaha sukses


“Dia hanya punya usaha toko kecil di dekat rumah kami
Saya saja sempat bingung saat dia dan istrinya memberikan bantuan sebesar itu!”
Istri Kang Endi menambahkan


Di dalam hati, dokter kagum dengan pengorbanan pak Asep dan istrinya
Hatinya mulai tergerak dan berkata,

“Seorang pak Asep yang hanya punya toko kecil saja mampu membantu saudaranya
Kamu yang seorang dokter spesialis dan kaya raya,
tidak tergerak untuk membantu sesama”
Suara hati itu terus membekas dalam dada pak dokter


Pembicaraan itu usai, dan dokter pun masuk ke ruang operasi
Alhamdulillah operasi berjalan sukses dan lancar
Ia memakan waktu hingga 4 jam lebih

Semua tumor yang berada pada tulang Kang Endi telah diangkat
Seluruh keluarga termasuk dokter dan perawat yang menangani merasa gembira
Kang Endi tinggal menjalani masa penyembuhan pasca operasi

Pak Asep masih sering menjenguknya
Suatu hari kebetulan pak dokter sedang memeriksa kondisi Kang Endi
dan pak Asep pun sedang berada di sana
Keduanya pun berkenalan

Pak dokter memuji keluasan hati pak Asep
Pak Asep hanya mampu mengembalikan pujian itu kepada Pemiliknya,
yaitu Allah SWT
Hingga akhirnya, pak dokter meminta alamat rumah pak Asep
secara tiba-tiba...


Beberapa minggu setelah Kang Endi pulang dari rumah sakit
Malam itu, Asep dan Asih tengah berada di rumahnya
Toko belum lagi ditutup, tiba-tiba ada sebuah mobil sedan hitam diparkir di luar pagar rumah
Nampak ada sepasang pria dan wanita turun dari mobil tersebut

Cahaya lampu tak mampu menyorot wajah keduanya yang kini datang mengarah ke rumah pak Asep
Begitu mendekat, tahulah pak Asep bahwa pria yang datang adalah pak dokter yang pernah merawat sahabatnya kemarin

Gemuruh suasana hati Asep
Ia terlihat kikuk saat menerima kehadiran pak dokter bersama istrinya
Terus terang, seumur hidup, pak Asep belum pernah menerima tamu agung seperti malam ini

Maka dokter dan istrinya dipersilakan masuk
Setelah disuguhi sajian ala kadarnya,
maka mereka berempat terlibat dalam pembicaraan hangat
Tidak lama pembicaraan kedua keluarga itu berlangsung
Hingga saat pak Asep menanyakan maksud kedatangan pak dokter dan istri
Maka pak dokter menjawab bahwa ia datang hanya untuk bersilaturrahmi kepada pak Asep dan istri

Pak dokter menyatakan bahwa ia terharu dengan pengorbanan pak Asep
dan istri yang telah rela membantu tetangganya yang sakit
dan memerlukan dana cukup besar

Ia datang bersilaturrahmi ke rumah pak Asep hanya untuk mengetahui
kondisi pak Asep dan belajar cara ikhlas membantu orang lain yang sulit ditemukan di bangku kuliah
Semua kalimat yang diucapkan oleh pak dokter dielak oleh pak Asep dengan bahasa yang selalu merendah

Tiba saat pak dokter berujar,

“Pak Asep dan ibu....,
saya dan istri berniat untuk melakukan haji tahun depan
Saya mohon doa bapak dan ibu agar perjalanan kami dimudahkan Allah SWT...
Saya yakin doa orang-orang shaleh seperti bapak dan ibu akan dikabul oleh Allah...”
Baik Asep dan Asih menjawab serentak dengan kalimat,

“Amien...!”


Pak dokter menambahkan,

“Selain itu, biar doa bapak dan ibu semakin dikabul oleh Allah untuk saya dan istri,
ada baiknya bila bapak dan ibu berdoanya di tempat-tempat mustajab di kota suci Mekkah dan Madinah...”
Kalimat yang diucapkan pak dokter kali ini sama-sama membuat bingung Asep dan Asih
sehingga membuat mereka berani menanyakan,

“Maksud pak dokter....?”



“Ehm..., maksud saya, izinkan saya dan istri mengajak bapak dan ibu Asep untuk berhaji bersama kami
dan berdoa di sana sehingga Allah akan mengabulkan doa kita semua!”


Kalimat itu berakhir menunggu jawaban
Sementara jawaban yang ditunggu tidak kunjung datang
hingga air mata keharuan menetes di pipi Asep dan Asih secara bersamaan

Beberapa menit keharuan meliputi atmosfir ruang tamu sederhana milik Asep dan Asih
Seolah bagai rahmat Tuhan yang turun menyirami ruh para hamba-Nya yang senantiasa mencari keridhaan Tuhan

Asep dan Asih hanya mampu mengucapkan terima kasih berulang-ulang
Usai pak dokter pulang, keduanya tersungkur sujud mencium tanah tanda rasa syukur yang mendalam mereka sampaikan kepada Allah Yang Maha Pemurah
Akhirnya, mereka berempat pun menjalankan haji di Baitullah
demi mencari keridhaan Allah Azza wa Jalla


Sungguh, kesabaran panjang yang diakhiri dengan pengorbanan kebaikan,
Akan berbuah di tangan Allah SWT menjadi balasan yang besar
dan anugerah yang tiada terkira




***
Referensi :
Dari Majlis Al Kauny (www.kaunee.com)
Selasa, 26 Juli 2001
http://kembanganggrek2.blogspot.com/2011/07/kisah-hikmah-sabar-dan-ikhlas.html
*

Malaikat Kecil



~*~  Malaikat Kecil  ~*~



Setiap hari Jum’at, selepas menunaikan shalat Jum,at
seorang Imam dan anaknya yang berusia 9 tahun selalu berjalan menyusuri jalan di kota kecil itu
dan menyebarkan artikel “Jendela Surga”
dan beberapa karya Islami yang lain

Pada satu Jum’at yang indah
ketika Imam dan anaknya itu hendak keluar seperti biasa membagi-bagikan Artikel Islam itu,
hari itu menjadi amat dingin dan hujan mulai turun

Anak kecil itu mengenakan jas hujan seraya berkata
“Ayah! Saya sudah siap”


Ayahnya terkejut dan berkata
“Siap untuk apa?”


“Ayah bukankah ini saatnya kita akan keluar untuk membagi-bagikan Artikel Risalah Allah”


“Anakku! Bukankah di luar hujan begitu lebat dan udara sangat dingin”


“Ayah bukankah masih ada manusia yang akan tersesat dan masuk neraka
walaupun ketika hujan turun?”


Ayahnya menambah
“Iya tapi Ayah tidak sanggup keluar dalam cuaca begini”


Dengan merintih anaknya merayu
“Ijinkan saya pergi ayah?”


Ayahnya berasa agak ragu-ragu
namun menyerahkan artikel-artikel itu kepada anaknya

“Pergilah nak dan berhati-hatilah... Allah bersamamu!”


“Terima kasih Ayah”
Dengan wajah bersinar-sinar anak itu pergi meredah hujan
dan tubuh kecil itu hilang dalam kelebatan hujan


Anak kecil itu pun membagikan artikel-artikel tersebut
kepada siapa pun yang dijumpainya
Begitu juga dia akan mengetuk setiap rumah
dan memberikan artikel itu kepada penghuninya

Setelah dua jam, hanya tersisa satu artikel “Jendela Surga” ada pada tangannya
Dia merasa tanggungjawabnya tidak selesai jika masih ada artikel di tangannya

Dia berputar-putar ke sana dan ke mari
mencari siapa yang akan diberi artikel terakhirnya itu namun gagal
Akhirnya dia melihat satu rumah yang agak menjorok kedalam dari jalan itu
dan akhirnya dia melangkahkan kakinya menghampiri rumah itu

Dan begitu sampai di depan rumah itu,
lantas ditekannya bel rumah itu sekali
Ditunggunya sebentar dan ditekan sekali lagi
namun tiada jawaban

Diketuk pula pintu itu namun tidak juga ada jawaban
Seolah ada sesuatu yang memeganginya
sehingga anak itu enggan pergi,
mungkin rumah inilah harapannya agar artikel ini diserahkan

Dia mengambil keputusan menekan bel sekali lagi
Akhirnya pintu rumah itu dibuka
Berdiri di depan pintu adalah seorang perempuan sekitar umur 50 tahunzn

Mukanya suram dan sedih

“Nak, apa yang bisa ibu bantu?”

Wajahnya bersinar-sinar seolah-olah malaikat yang turun dari langit

“Ibu, maaf saya mengganggu,
saya hanya ingin menyampaikan kabar gembira dari ALLAH
karena sesungguhnya Allah amat sayang dan senantiasa memelihara Ibu
Saya datang ini hanya ingin menyerahkan artikel terakhir ini
dan Ibu adalah orang yang paling beruntung”


Dia senyum dan tunduk hormat sebelum melangkah pergi

“Terima kasih nak dan Tuhan akan melindungi kamu”
Dengan nada yang lembut


***


Minggu berikutnya sebelum waktu shalat Jum’at dimulai,
seperti biasa Imam naik ke atas mimbar untuk memberikan informasi
sekitar masalah dan perkembangan yang terjadi di masjid itu

Sebelum selesai dia bertanya
” Ada yang ingin bertanya sesuatu?”

Tiba-tiba ada yang bangun dengan perlahan dan berdiri
Dia adalah perempuan separuh baya

“Saya rasa tidak ada yang mengenal saya
Saya tak pernah hadir ke majlis ini
Untuk anda sekalian ketahui, bahwa saya bukanlah orang islam
Suami saya meninggal beberapa tahun yang lalu
dan meninggalkan saya seorang diri dalam dunia ini”


Air mata mulai bergenang di kelopak matanya

“Pada hari Jum’at lalu saya mengambil keputusan untuk bunuh diri
Jadi saya ambil kursi dan tali
Saya ikat ujung tali di galang atas dan ujung satu lagi saya ikatkan di leher
Ketika saya mau terjun, tiba-tiba bel rumah saya berbunyi
Saya tunggu sebentar, pada anggapan saya
siapa pun yang menekan itu akan pergi jika tidak dijawab
Kemudian ia berbunyi lagi
Kemudian saya mendengar ketukan dan bel ditekan sekali lagi”


“Saya jadi penasaran siapakah yang datang,
sehingga saya longgarkan tali di leher dan terus pergi ke pintu”


“Seumur hidup saya belum pernah saya melihat anak yang comel itu
Senyumannya benar-benar ikhlas dan suaranya seperti malaikat”


“Ibu, maaf saya mengganggu
saya hanya ingin menyampaikan kabar gembira dari ALLAH
karena sesungguhnya Allah amat sayang dan senantiasa memelihara Ibu”

Itulah kata-kata yang paling indah yang saya dengar
Saya melihatnya pergi kembali menyusuri hujan
Saya kemudian menutup pintu dan terus baca artikel itu

Akhirnya kursi dan tali kuletakkan kembali ditempat semula
Aku tak perlukan itu lagi
Lihatlah, sekarang saya sudah menjadi seorang yang bahagia,
Di belakang artikel terdapat alamat ini
dan itulah sebabnya saya di sini hari ini dan saya ingin masuk islam

"Jika tidak disebabkan malaikat kecil yang datang pada hari itu
tentunya saya sudah menjadi penghuni neraka”


Tak satu pun air mata di masjid itu yang masih kering
Ramai pula yang berteriak dan bertakbir “ALLAHUAKBAR!”

Imam lantas turun dari mimbar
dan memeluk anaknya yang berada di kaki mimbar
dan tak terasa airmatanya pun mengalir
Hari Jum’at ini adalah hari paling indah dalam hidupnya

Tiada anugerah yang amat besar dari hari ini
Yaitu anugerah yang sekarang berada di dalam pelukannya
Seorang anak laksana malaikat
Biarkanlah air mata itu menetes
Air mata itu anugerah ALLAH kepada makhlukNya yang penyayang


***
Sumber :
Minggu, 31 Juli 2011
Fadilah Blog - Kumpulan Kisah Islami
http://kembanganggrek2.blogspot.com/2011/07/malaikat-kecil.html
*

Jumat, 02 Mei 2014

Tell Her Now That You Love Her





~*~  Tell Her Now That You Love Her  ~*~



Tit.. tiit ?
"I luv u"


Setiap pagi aku menerima SMS bernada seperti itu
Atau terkadang berupa gambar yang melambangkan cinta
Bukan siapa-siapa, karena wanita yang rajin tak pernah absen mengirimiku ungkapan cinta itu tak lain adalah istriku sendiri

Kemarin kuberitahu dia bahwa tindakannya itu memalukan,
untuk sebuah keluarga yang sudah memiliki dua anak,
tidak usahlah ?

cinta-cinta-an?
seperti halnya orang pacaran atau pengantin baru
Tapi ia tidak menggubrisnya
bahkan ia semakin sering dengan menambah rutinitas itu
pada setiap sorenya


Enam setengah bulan lalu,
malah dia melakukan satu seremoni yang bagiku hanyalah buang-buang uang saja
dan tak selayaknya ia melakukan itu

Malam itu sesampainya aku di rumah,
kudapati rumahku hanya diterangi oleh lampu yang remang-remang
Rupanya istriku mengganti lampu ruangan makan kami,
agar terkesan lebih romantis, katanya

Sementara dua anakku sudah terlelap menikmati mimpinya,
kulihat beberapa batang lilin menyala diatas meja makan
yang diatasnya sudah tersedia hidangan penuh selera
yang menjadi kesukaanku

Dengan gaun malamnya, ia terlihat begitu cantik
Aku baru ingat, hari itu adalah ulang tahun ketiga pernikahan kami
Bahkan satu bulan sebelumnya, ia mengajakku keluar bersama anak-anak

Kami makan di sebuah restoran yang cukup bagus
Ia yang membayar semuanya, katanya
Pikirku, dari mana ia mendapatkan uang,
'toh ia tak bekerja

Akhirnya kuketahui itu uang yang ia sisihkan dari jatah bulanan yang kuberikan
hanya saja bagiku, sekedar merayakan ulang tahunku tidak perlu repot-repot
dan mahal seperti ini
Cukup dengan membeli makanan di pasar dan dimakan bersama-sama, selesai,
yang penting kita bersyukur kepada-Nya
bahwa kita masih diberikan kekuatan
dan kesabaran dalam mengemban amanah-Nya
sampai usia kita bertambah hari itu

Yang kuheran, malam sebelumnya tepat pukul 00.01 WIB
ketika detik pertama pada tanggal kelahiranku,
sebuah kecupan hangat mendarat di keningku

Kubuka perlahan mataku dan kudapatkan senyumannya yang manis
Malam itu ia menghadiahiku sebuah jam tangan yang didalam bungkus kadonya terdapat sebuah kartu ucapan bertuliskan:

"Take My Heart In Your Arm"

Oh ya, sekedar memberitahu,
handphone yang kupakai sekarang ini adalah handphone hadiah darinya
pada saat ulang tahun pernikahanku enam setengah bulan yang lalu itu

Aku sempat menolaknya, karena handphone-ku sebelumnya juga masih bagus
Dengan sedikit senyum ia menghulurkan sebungkus kado cantik itu
Didalamnya, kutemukan kembali sebuah kartu bertuliskan sebuah pesan
(harap) singkat:
"Keep In Touch, Please ??"

Lucunya, aku lupa bertanya,
bagaimana cara ia mendapatkan barang semahal itu
Ah mungkin karena aku sedang terkagum-kagum saja kepada istriku itu,
yang membuat aku lupa

SMS terakhir yang aku terima pagi ini,
masih sama isinya
Namun entah kenapa hari ini aku menitikkan air mata
Kuperhatikan kembali rangkaian kata-kata dalam pesan itu,
padahal setiap hari aku membacanya

I-L-U-V-U ?
kuperhatikan satu persatu huruf yang terangkai singkat itu,
namun titik air dari mataku semakin bertambah
Aku jadi teringat dengan handphone hadiah darinya,
teringat dengan makan malam istimewa nan romantis
saat ulang tahun pernikahanku enam setengah bulan yang lalu,
jam tangan hadiah darinya saat ulang tahunku, semua perhatian, cinta dan kasih sayangnya kepadaku
Ooh ?


Tiba-tiba mataku menatap lingkaran merah di satu tanggal pada kalender mejaku
Disitu tertulis, ?
Ultah istriku?
Ya Allah ... aku hampir saja melupakannya kalau besok adalah hari ulang tahunnya
Sementara hari sudah sore,
aku bingung harus menyiapkan hadiah apa untuknya,
padahal uangku sudah habis,
tak mungkinlah jika aku meminta kepadanya untuk membeli hadiah untuknya,
jelas nggak surprise

Akhirnya, aku nekat menelepon beberapa teman dan karibku,
atau siapapun yang bisa kupinjam uangnya
Aku ingin memberinya sesuatu
Namun, apa daya, tak satupun dari mereka bisa meminjamkannya
karena memang selain mendadak, bukan tanggal yang tepat bagi siapapun untuk meminjam uang di tanggal tua


Aku lemas, hari sudah terlalu malam bagiku untuk mengetuk pintu orang kesekian untuk kupinjami uangnya
Lagipula toko-toko mulai tutup,
kalaupun aku mendapatkan uangnya,
sudah terlambat untuk membeli sesuatu

Langkahku gontai, aku malu jika pulang tak membawa apa-apa
Aku menyesal, rupanya kesibukan dan sifat egoisku yang selama ini menutupi semua perhatian dan cinta yang diberikannya,
hingga tak sekalipun aku membalasnya

Sambil berjalan, lalu terbetik sebuah ide kecil dibenakku ?
Aku pulang, kudapati rumahku sudah sepi,
istri dan kedua anakku sudah terlelap

Aku tak ingin membangunkan mereka
Belum juga mataku merapat karena masih membayangkan betapa menyesalnya aku yang telah mengabaikan perhatian dan kasih sayangnya selama ini,
bahkan tak sepatah kata terima kasih pun aku ucapkan untuk semua cintanya itu


Satu jam kemudian, istriku terbangun untuk menunaikan sholat malamnya
Biasanya ia membangunkan aku (atau sebaliknya jika aku bangun terlebih dulu)
untuk sholat bersama

Namun ia tak segera, karena kuyakin matanya langsung menatap setangkai bunga mawar merah
...yang kuletakkan disamping bantal tidurnya

Sementara aku masih berpura-pura terlelap,
namun mataku sesekali menangkap senyuman di bibirnya
ketika ia membaca kertas kecil yang kuikatkan ditangkai bunga itu,

"Maafkan abang dik, yang telah melupakan perhatian dan cinta adik
Bunga ini memang tidak akan mampu membalas semua yang telah adik berikan "with luv"





***

Saudaraku, berapapun usia pernikahan anda,
tetaplah perbaharui cinta berdua dengan senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang
Sehingga kelak, cita-cita berdua sampai di surga-Nya
bukanlah sekedar impian

Dengan cinta dan perhatian yang tulus kepada pasangan anda,
segala cobaan, ujian seberat apapun akan mampu diatasi bersama,
selamanya, tanpa harus berakhir dengan tangis dan penyesalan

Sehingga juga dengan itu, waktu yang anda punya tak habis terpakai
untuk menyelesaikan semua persoalan,
dan anda bisa lebih memfokuskan harap dan doa

semoga Allah tersenyum juga mencurahkan cinta-Nya
karena kasih dan sayang setiap hamba kepada pasangannya


***
Referensi :
Senin, 07 Juni 2010 @ 08:05
oleh netjesman
dari kaskus
*

Kisah Keajaiban Sedekah Dan Shalat





~*~  Kisah Keajaiban Sedekah Dan Shalat .... ~*~



Satu hari saya jalan melintas di satu daerah
Tertidur di dalam mobil
Saat terbangun, ada tanda pom bensin sebentar lagi

Saya berpesan ke supir saya,
“Nanti di depan ke kiri ya”


“Masih banyak, Pak Ustad,”
jawab sopir saya


Saya paham. Si sopir mengira, saya ingin membeli bensin
Padahal bukan


“Saya mau pipis,”
jelas saya pada sopir


Begitu berhenti dan keluar dari mobil, ada seorang sekuriti

“Pak Ustadz!”
panggilnya seraya melambaikan tangan dari kejauhan dan mendekati saya


Saya menghentikan langkah
Menunggu si sekuriti

“Pak Ustadz, alhamdulillah nih bisa ketemu Pak Ustadz
Biasanya kan hanya melihat di TV saja,”
ujarnya sembari tersenyum sumringah


Saya juga tersenyum
Insya Allah, saya tidak merasa gede rasa

“Saya ke toilet dulu ya”
kata saya meminta pengertian sang sekuriti


“Nanti saya pengen ngobrol. Boleh Ustadz?”
laki-laki itu berusaha menahan langkah saya


“Saya buru-buru, lho. Tentang apaan sih?”
jawab saya sembari menatapnya tajam


“Saya bosen jadi satpam Pak Ustad”


Sejurus kemudian saya sadar...
Ini pasti Allah pasti yang memberhentikan langkah saya

Lagi enak-enak tidur di perjalanan,
saya terbangun karena ingin pipis,
lantas sampai di sebuah pom bensin,
hingga akhirnya bertemu sekuriti ini

Berarti barangkali saya harus berbicara dengannya
Sekuriti ini barangkali “target operasi” dakwah hari ini
Bukan jadwal setelah ini
Demikian saya membatin

“Ok, nanti setelah dari toilet ya,”
jawab saya pada sang satpam


“Jadi, gimana? Bosen jadi satpam?
Emangnya nggak gajian?”
tanya saya membuka percakapan


Saya mencari warung kopi, untuk bicara-bicara dengan beliau ini
Alhamdulillah ini pom bensin bagus banget
Ada minimart-nya yang dilengkapi fasilitas ngopi-ngopi ringan

“Gaji mah ada, Ustadz
Tapi masak gini-gini aja nasib saya?”


“Gini-gini aja itu karena ibadah Bapak juga gini-gini aja
Disetel bagaimanapun, agak susah merubahnya”


“Wah, ustadz langsung nembak aja nih..”


Saya meminta maaf kepada sekuriti ini
umpama ada perkataan saya yang salah
Tapi umumnya begitulah manusia

Rezeki mau banyak, tapi kepada Allah tidak mau mendekat
Rezeki mau bertambah, tapi ibadah tidak mau ditambah
Dari dulu tetap begitu-begitu saja


“Sudah shalat ashar?”


“Barusan, Pak Ustadz. Soalnya kita 'kan tugas
Tugas juga 'kan ibadah, iya nggak?
Ya saya pikir sama saja”


“Oh, jadi nggak apa-apa telat, ya?
Karena menurut Bapak, kerja Bapak adalah juga ibadah?”


Sekuriti itu tersenyum meringis
Mungkin ia jujur mengatakan demikian
Mungkin juga tidak

Artinya, sekuriti itu bisa benar-benar menganggap pekerjaannya sebagai ibadah
Namun bisa juga tidak
Anggapan pekerjaan sebagai ibadah cuma sebatas ucapan saja
Lagi pula jika menganggap pekerjaan-pekerjaan kita adalah ibadah,
maka apa yang kita lakukan di dunia ini semuanya juga ibadah
kalau kita niatkan sebagai ibadah
Tapi, hal itu ada syaratnya
Apa syaratnya?

Yakni kalau ibadah wajib dijadikan prioritas nomor satu
Kalau ibadah wajibnya dijadikan prioritas nomor tujuh belas,
tentu adalah bohong belaka jika menganggap pekerjaan sebagai ibadah

Lantas, apakah kita tidak boleh meniatkan pekerjaan sebagai ibadah?
Tentu saja boleh! Bahkan bagus sekali, bukan hanya boleh
Tapi kemudian kita umpamakan demikian

Suatu saat, kita menerima tamu,
kemudian Allah datang
Artinya kita menerima tamu, tepat ketika waktu shalat tiba
Kemudian kita abaikan shalat.. Kita abaikan Allah

Nah, apakah demikian masih pantas pekerjaan kita disebut sebagai ibadah?
Apalagi kalau kemudian hasil pekerjaan dan usaha,
hanya sedikit yang diberikan kepada Allah daripada untuk kebutuhan-kebutuhan kita sendiri

Tampaknya, kita perlu memikirkan kembali ungkapan “pekerjaan sebagai ibadah”

Saya kembali bertanya pada si sekuriti,

“Kata ‘barusan’ itu maksudnya jam setengah limaan, ya?
Saya 'kan baru jam 5 nih masuk ke pom bensin ini”


“Ya, kurang lebih, deh,”
ujar si sekuriti seraya tersenyum kecut


Saya masih ingat, dulu saya dikoreksi oleh seorang faqih,
seorang alim, bahwa shalat itu harus tepat waktu
Di awal waktu

Bagaimana mungkin kita ingin diperhatikan oleh Sang Maha Memberi Rezeki
jika shalat kita tidak tepat waktu?!
Aqimish shalaata lidzikrii
"Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku"

Lalu, kita bersantai-santai dalam mendirikan shalat
Menunda-nunda...
Itu 'kan jadi sama saja dengan menunda-nunda dalam mengingat Allah
Maka lalu saya ingatkan sekuriti itu
Entahlah, saya merasa he is the man yang Allah sedang berkenan mengubahnya dengan mempertemukan dia dengan saya

“Gini ya, Pak
Kalau Bapak shalat asar jam setengah lima,
maka Bapak jauh sekali tertinggal untuk mengejar dunia
Bapak sudah telat sejam setengah jika waktu ashar sekarang dimulai pada jam tiga kurang sedikit
Bila dalam sehari semalam kita shalat telat terus,
dan kemudian dikalikan sejak akil baligh,
sejak diwajibkan shalat, kita telat terus,
maka berapa jarak ketertinggalan kita? 5 x 1,5 jam,
lalu dikalikan sekian hari dalam sebulan,
dan sekian bulan dalam setahun,
dan dikalikan lagi sekian tahun kita telat
Itu baru soal telat saja
Belum kalau ketinggalan atau kelupaan
Lebih bahaya lagi kalau benar-benar sengaja tidak shalat!
Wah, makin jauh saja mestinya kita dari senang!”


Mudah-mudahan sekuriti ini paham apa yang saya katakan
Dari raut mukanya, tampaknya ia paham
Mudah-mudahan demikian juga saudara-saudara, ya. He…he..he

Belagu ya saya?
Masa perkataan cetek begini harus ditanyakan pada lawan bicara,
paham apa tidak

Saya juga menjelaskan pada si sekuriti
Jika dia merupakan alumni SMU yang selama ini telat shalatnya
maka kawan-kawan seangkatannya mungkin sudah banyak yang maju
Sementara dia sendiri seperti diam di tempat

Misalkan, seseorang membuka suatu usaha
Lalu ada orang lain lagi yang juga membuka usaha
Sementara yang satu usahanya maju,
dan yang lainnya sempit usahanya

Nah, bisa jadi hal itu karena ibadah yang satu itu bagus,
sedangkan yang lain tidak
Dan saya mengingatkan kepada Anda sekalian untuk tidak menggunakan mata telanjang
guna mengukur kenapa si Fulan tidak shalat,
dan cenderung jahat lalu hidupnya seperti penuh berkah?

Sedang si Fulan yang satu rajin shalat dan banyak kebaikannya,
namun hidupnya susah

Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini cukup kompleks
Tapi bisa diurai satu-satu dengan bahasa-bahasa kita,
bahasa-bahasa kehidupan yang cair dan dekat dengan fakta
Insya Allah ada waktunya pembahasan yang demikian


“Terus, mau berubah?”
tanya saya kembali kepada si sekuriti


“Mau, Pak Ustad!
Ngapain juga coba saya kejar Pak Ustadz nih, kalau tidak serius?”


“Ya udah, deketin Allah, deh. Ngebut ke Allah.”


“Ngebut gimana?”


“Satu: benahi shalatnya
Jangan setengah lima-an lagi shalat asharnya
Pantangan telat! Kejar rezeki dengan kita yang datang menjemput Allah
Jangan sampai keduluan Allah”
Si sekuriti mengaku mengerti,
maksudnya adalah bahwa sebelum azan ia sudah siap di atas sajadah
Kita ini menginginkan rezeki dari Allah,
tapi tidak berusaha mengenali Dia Yang Membagi-bagikan rezeki
Contohnya, para pekerja di tanah air ini
Mereka bekerja supaya memperoleh gaji
Dan gaji itu merupakan rezeki
Tapi giliran Allah memanggilnya,
malah perilakunya seperti tidak menghargai Allah
Padahal hakikatnya, Allah yang menjadikan seseorang bisa bekerja
Ini 'kan aneh
Saat menemui, penampilan rapi, wangi, dan betul-betul dipersiapkan sedemikian rupa
Namun, giliran mereka menemui Allah, pakaian mereka sembarangan
Amit-amit, Tidak ada persiapan
Bahkan, tidak segan-segan mereka menunjukkan wajah dan fisik yang lelah
Hal itu berarti tidak mengenal Allah


“Kedua,” saya teruskan, “keluarkan sedekahnya!”
Saya ingat betul. Sekuriti itu tertawa


“Pak Ustadz, bagaimana saya bisa sedekah,
hari ini saja belanjaan di rumah sudah habis?
Saya terpaksa berhutang lagi di warung
Saya sudah mulai mengambil barang dulu, bayar belakangan”


“Ah, Bapak saja yang barangkali kebanyakan beban
Memang gajinya berapa?”


“Satu koma tujuh, Pak Ustadz”


“Wuah, itu mah besar sekali
Maaf, ya, untuk ukuran sekuriti,
yang orang sering sebut orang kecil, gaji segitu sudah besar..”


“Yah, kan saya harus bayar cicilan motor, kontrakan, susu anak
Bayar ini, bayar itu
Emang nggak cukup, Pak ustadz.”


“Itu gaji bisa gede, emang sudah lama kerjanya?”


“Kerjanya sih sudah tujuh tahun
Tapi gaji gede bukan karena sudah lama kerjanya
Saya ini kerjanya pagi siang sore malem, Ustadz”


“Kok bisa?”


“Ya, sebab saya tinggal di mess
Saya nggak tahu gimana boss menghitung sampai ketemu angka 1,7jt”


“Terus, kenapa masih kurang?”


“Ya itu, sebab saya punya tanggungan banyak”


“Secara matematis, lepaskan saja tanggungan yang tidak perlu, seperti motor
Ngapain juga ente kredit motor? Kan nggak perlu?”


“Pengen kayak orang-orang, Pak Ustadz.”


“Ya susah kalau begitu, mah
Ingin meniru orang lain hanya pada soal motornya saja
Bukan ilmu dan ibadahnya
Bukan cara dan kebaikannya. Repot!”


Sekuriti ini nyengir
Memang kalau motor ini dilepas, dia bisa menghemat 900 ribu
Rupanya angsuran motornya itu 900 ribu
Tidak jelas bagaimana ia menutupi kebutuhannya yang lain
Biaya kontrakan saja, termasuk air dan listrik, sudah Rp. 450 ribu
Kalau melihat keuangan model begini, tentu saja defisit terus


“Ya sudah. Sudah terlanjur, ya
Oke, shalatnya gimana? Mau diubah?”


“Mau, Ustadz. Saya mau benahi shalat saya”


“Bareng sama istri, ya
Ajak dia. Jangan sendirian
Ibarat sandal, lakukan berdua
Tambah baik kalau anak-anak juga diajak
Ajak semua anggota keluarga untuk membenahi shalat!”


“Siap, Ustad!”


“Tapi sedekahnya tetap harus dilaksanakan, lho!”


“Yah, Ustadz. Kan saya sudah bilang,
tidak ada yang bisa disedekahkan!”


“Sedekahkan saja motornya
Kalau tidak motor, barang apa saja yang lain!”


“Jangan, Ustadz. Saya masih sayang motor ini
Susah lagi belinya. Tabungan juga nggak ada
Emas juga nggak punya”


Sekuriti ini berpikir, saya kehabisan akal untuk nembak dia
Tapi saya terus berpikir keras untuk mencari solusinya

Kalau dia hanya memperbaiki shalatnya saja,
tapi sedekah tidak dilaksanakan,
maka keajaiban akan lama muncul
Demikianlah, menurut ilmu yang saya peroleh

Namun tentu saja, lain cerita ceritanya jika Allah berkehendak lain

“Pak, kalau saya tunjukkan bahwa sebenarnya Bapak bisa sedekah,
bahkan besar jumlah sedekah yang bisa dikeluarkan,
Bapak mau percaya, nggak?”
ujar saya kemudian


Si sekuriti mengangguk

“Oke, kalau sudah saya tunjukkan, mau melaksanakannya?”


Sekuriti ini mengangguk lagi

“Selama saya bisa, saya akan laksanakan,”
katanya mantap


“Gajian bulan depan masih ada nggak?”


“Masih. Kan belum bisa diambil?”


“Bisa! Dicoba dulu!”


“Nanti bulan depan saya hidup gimana?”


“Yakin nggak sama Allah?”


“Yakin.”


“Nah, kalau yakin, titik.. Jangan koma
Jangan pakai kalau”


Sekuriti ini saya bimbing untuk kasbon guna bersedekah sebisa mungkin
Tapi saya jelaskan kepada sekuriti agar diusahakan menyedekahkan semua gajinya
Hal itu agar jumlah sedekah betul-betul signifikan
Dengan demikian, perubahan yang akan terjadi juga betul-betul dirasakan
Dia berjanji akan membenahi mati-matian shalatnya
Termasuk dia akan laksanakan semaksimal mungkin shalat taubat, hajat, dhuha, dan tahajjud
Dia juga berjanji untuk rajin mengisi waktu senggang dengan membaca Alquran

Tampaknya, si sekuriti itu sudah lama tidak berlari kepada Allah
Shalat Jum’at saja menunggu qomat
Wah, susah juga...
Keadaan seperti justru ia anggap sebagai sesuatu yang wajar
Hal itu karena tugasnya sebagai sekuriti
Toh, tugas yang dilakukannya ia anggap sebagai ibadah
Itulah barangkali yang telah membuat Allah mengunci mati dirinya hanya menjadi seorang sekuriti sekian tahun

Padahal dia Sarjana Akuntansi!
Ya, rupanya dia ini Sarjana Akuntansi
Pantas saja dia merasa bosan dengan posisinya sebagai sekuriti
Tidak sesuai dengan keinginan hatinya
Tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya

Tapi demikianlah hidup
Apa boleh buta, eh, apa boleh buat
Mungkin yang penting bagi dia saat itu adalah memperoleh pekerjaan dan mendapat gaji

Bagi saya sendiri, tidak masalah memiliki banyak keinginan
Asal keinginan itu sesuatu yang diperbolehkan
dan masih dalam batas-batas wajar
Juga tidak masalah memimpikan sesuatu yang belum tercapai
Asal hal itu dibarengkan dengan peningkatan ibadah kita

Sebagaimana realitas sosial sekarang ini,
meskipun harga barang-barang melejit naik,
kita tidak perlu khawatir
Ancam saja diri kita sendiri agar mau meningkatkan ibadah-ibadah kita
Jangan malah berleha-leha karena akan membuat hidup kita justru tergilas dengan tingginya harga barang-barang


Sekuriti ini kemudian menemui atasannya guna meminjam uang
Ketika ditanya oleh sang atasan untuk apa,
dia hanya nyengir tidak menjawab
Tapi ketika ditanya jumlah yang mau dipinjam,
ia pun menjawab,

“Semuanya! 1,7 juta
Utuh sejumlah gaji yang biasa diterima”


“Tidak bisa!”
kata komandannya


“Tolonglah, Pak,”
jawab sekuriti memelas


“Saya kan belum pernah kasbon
Tidak pernah berani. Baru kali ini saya berani”


Sang komandan terus mengejar alasan si sekuriti berhutang
Akhirnya, ia pun menceritakan pertemuannya dengan saya


Singkat cerita, sekuriti ini direkomendasikan untuk bertemu langsung dengan owner SPBU ini
Menurut sang komandan, permohonan bon lewat jalur formal susah dikabulkan
Kalau pun dikabulkan, paling hanya sejumlah 30% dari total jumlah gaji
Itu juga belum tentu bisa dicairkan dalam waktu cepat

Di luar dugaan, sang owner justru menyetujui permohonan bon si sekuriti
Persetujuan itu juga karena dibantu sang komandan yang ikut merayu

“Katanya, buat sedekah, Pak,”
jelas sang komandan kepada sang big boss


Subhaanallaah!
Semua orang di pom bensin itu mengetahui perubahan yang terjadi
Kisah sang sekuriti yang bertemu dengan saya
serta kisah perjuangannya bersama sang komandan untuk meminjam uang,
menjadi sesuatu yang dinanti-nantikan the end story-nya

Termasuk dinanti oleh sang pemilik pom bensin

“Kita coba lihat, berubah nggak tuh nasib si sekuriti”
begitulah pemikiran kawan-kawannya yang tahu bahwa ia ingin berubah bersama Allah melalui jalan shalat dan sedekah


Hari demi hari, sekuriti ini diperhatikan oleh kawan-kawannya
Ia kini rajin sekali shalat
Selalu tepat waktu
Ibadah-ibadah sunah juga lumayan istiqamah
Mengetahui hal itu, sang bos pun senang,
sebab tempat kerjanya jadi barokah dengan adanya orang yang mendadak jadi saleh begini
Apalagi kenyataannya si sekuriti tidak mengurangi kedisiplinan kerja
Raut mukanya justru selalu tampak cerah
Keceriaan sang sekuriti itu karena, menurutnya,
ia sedang menunggu janji Allah
Dan dia yakin, janji Allah pasti datang

Demikian ia jelaskan kepada teman-temannya yang meledek dirinya
Mereka mau ikut rajin shalat dan sedekah jika ia memang berhasil dengan “eksperimen gila”-nya itu

Saya tertawa mendengar dan menuliskan kembali kisah ini
Bukan apa-apa, saya justru suka tantangan yang demikian
Sebab insya Allah, pasti Allah tidak akan tinggal diam
Dan barangkali Allah akan betul-betul mempercepat perubahan nasib si sekuriti
Hal itu agar sang sekuriti benar-benar menjadi tambahan uswatun hasanah bagi yang belum memiliki iman
Saya pun tersenyum dengan keadaan ini,
sebab Allah pasti tidak akan mempermalukan si sekuriti


Suatu hari sang bos berkata,

“Kita lihat saja dia
Kalau dia tidak mengambil kasbon, berarti dia berhasil
Tapi kalau dia kasbon, maka kelihatannya dia gagal
Sebab buat apa menyedekahkan gaji bulan depan,
kalau kemudian ia mengambil kasbon lagi
Percuma!”


Tapi subhaanallah! Sampai akhir bulan berikutnya,
si sekuriti ini tidak mengambil kasbon
Berhasilkah? Tunggu dulu
Kawan-kawannya ini tidak melihat motor besarnya lagi
Jadi, ia tidak mengambil kasbon karena ia masih memiliki uang dari hasil jual motor,
bukan dari keajaiban mendekati Allah

Hingga akhirnya ketika sang sekuriti bertemu dengan si boss,
ia pun ditanya tentang sesuatu yang sesungguhnya adalah rahasia dirinya sendiri


“Benar nih, nggak kasbon?
Udah akhir bulan, lho
Yang lain bakal menerima gaji
Sedang gaji Bapak 'kan sudah diambil bulan kemarin”
kata si boss serius


Kepada saya, sekuriti ini mengatakan bahwa ia memang sudah siap-siap mau kasbon kalau sampai pertengahan bulan ini tidak ada tanda-tanda keberhasilan
Tapi kemudian cerita si sekuriti ini benar-benar membikin orang tercengang!
Apa pasal?
Hal itu karena ternyata betul-betul terjadi keajaiban setelah ia membenahi shalatnya
dan memberikan sedekah dengan jumlah besar yang belum pernah ia lakukan seumur hidup! \
Mempertaruhkan hidupnya dengan menyedekahkan semua gaji bulan depannya
Semuanya tanpa tersisa!

Keajaiban itu berawal ketika di kampung halaman si sekuriti terjadi transaksi tanah,
yang melibatkan dirinya
Padahal dirinya tidak terlibat secara fisik
Ia sekedar menjadi mediator lewat SMS ke pembeli dan penjual

Dari transaksi inilah, Allah mengganti sedekah yang ia keluarkan dari gajinya sebesar Rp 1,7 juta menjadi 10 kali lipat
Bahkan lebih!
Allah memberinya karunia berupa komisi penjualan tanah di kampungnya sebesar Rp 17,5 juta!
Dan hal itu terjadi begitu cepat
Kejadian itu terjadi masih dalam bulan yang sama,
belum berganti bulan

Sadar betapa besarnya anugerah Allah,
akhirnya dia malu sendiri kepada Allah
Motor yang selama ini dia sayang-sayang, dia jual!
Uangnya digunakan untuk sedekah
Uang hasil penjualan motor dia gunakan untuk membiayai keberangkatan haji ibunya,
satu-satunya orang tuanya yang masih hidup
Subhaanallaah!


Sayang sekali, uang hasil penjualan motor itu tetap tidak cukup untuk menutupi ongkos haji
Karena dijual cepat, harga motornya tidak sampai Rp 13 juta
Akhirnya, ia tambahkan sendiri sebesar Rp 12 juta yang berasal dari uangnya sendiri yang ia peroleh dari komisi penjualan tanah
Dengan demikian, sang ibu memiliki uang sebesar Rp 25 juta
Jumlah itu sudah cukup untuk daftar naik haji
Tambahan ongkos yang lain berasal dari simpanan ibunya sendiri


Masih menurut cerita si sekuriti,
ia merasa aman dengan uang Rp 5 juta,
sisa dari komisi transaksi tanah itu
Dan dia merasa tidak memerlukan motor lagi

Dengan uang ini, ia aman dan tidak perlu kasbon
Tak ayal, sang bos pun berdecak kagum
Dia lalu kumpulkan semua karyawannya dan menyuruh si sekuriti ini bercerita
tentang keberkahan yang dilaluinya selama 1 bulan setengah ini

Apakah cukup sampai di situ perubahan yang terjadi pada diri si sekuriti?
Tidak!
Si sekuriti ini kemudian diketahui oleh owner pom bensin tersebut sebagai sarjana S1 Akuntansi
Lalu dia dimutasi di perusahaan si owner yang lain,
dan dijadikan staf keuangan di sana

Masya Allah, masya Allah, masya Allah!
Berubah, berubah, berubah!
Saudara-saudaraku sekalian


Cerita ini bukan sekedar cerita tentang Keajaiban Sedekah dan Shalat saja
Tapi soal tauhid
soal keyakinan dan iman seseorang kepada Allah, Tuhannya
Tauhid, keyakinan, dan imannya ini bekerja menggerakkan dia
hingga mampu berbuat sesuatu.
Tauhid yang menggerakkan!

Begitu saya mengistilahkan
Sekuriti ini mengenal Allah
Dan dia baru sedikit mengenal Allah
Tapi lihatlah, ilmu yang sedikit ini diterapkan olehnya dan diyakini
Akhirnya? Jadi!
Bekerja penuh buat perubahan dirinya, buat perubahan hidupnya
Subhaanallaah, masya Allah....

Dan lihat juga cerita ini,
seribu kali si sekuriti ini berhasil keluar sebagai pemenang,
siapa kemudian yang mengikuti cerita ini?

Kayaknya kawan-kawan sepom bensinnya pun belum tentu ada yang mengikuti jejak suksesnya si sekuriti ini
Barangkali cerita ini akan lebih dikenang sebagai sebuah cerita manis saja
Setelah itu, kembali lagi pada rutinitas dunia


Yah, barangkali tidak semua ditakdirkan menjadi manusia-manusia pembelajar

--Ust. Yusuf Mansur--

-----
Allah Ta’ala berfirman,
“Perumpamaan ( nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada tiap-tiap bulir seratus biji
Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki
Dan Allah maha luas (kurnia-Nya) lagi maha mengetahui”
(Qs. Al Baqarah (2) : 261)


Allah Ta’ala berfirman,
” Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa
dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga)
maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah “
(Qs. Al Lail (92) : 5-8)


Rasulullah SAW mengingatkan dalam pidatonya ketika beliau sampai di Madinah
pada waktu hijrah dari Makkah :

“Wahai segenap manusia!
Sesungguhnya amal itu tergantung kepada niat,
dan seseorang akan mendapatkan (pahala) sesuai dengan apa yang diniatkannya”


Rasulullah SAW bersabda,

“Setiap awal pagi, semasa terbit matahari,
ada dua malaikat menyeru kepada manusia dibumi
Yang satu menyeru, “Ya Tuhan, karuniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kepada Allah “
Yang satu lagi menyeru “musnahkanlah orang yang menahan hartanya”





***
Referensi :
Jum'at, 08 Mei 2009
http://keajaibansedekah.wordpress.com/2009/05/08/yusuf-mansur-vs-sekuriti-pom-bensin/
Ustadz Yusuf mansyur
*