Jumat, 02 Mei 2014

Kisah Keajaiban Sedekah Dan Shalat





~*~  Kisah Keajaiban Sedekah Dan Shalat .... ~*~



Satu hari saya jalan melintas di satu daerah
Tertidur di dalam mobil
Saat terbangun, ada tanda pom bensin sebentar lagi

Saya berpesan ke supir saya,
“Nanti di depan ke kiri ya”


“Masih banyak, Pak Ustad,”
jawab sopir saya


Saya paham. Si sopir mengira, saya ingin membeli bensin
Padahal bukan


“Saya mau pipis,”
jelas saya pada sopir


Begitu berhenti dan keluar dari mobil, ada seorang sekuriti

“Pak Ustadz!”
panggilnya seraya melambaikan tangan dari kejauhan dan mendekati saya


Saya menghentikan langkah
Menunggu si sekuriti

“Pak Ustadz, alhamdulillah nih bisa ketemu Pak Ustadz
Biasanya kan hanya melihat di TV saja,”
ujarnya sembari tersenyum sumringah


Saya juga tersenyum
Insya Allah, saya tidak merasa gede rasa

“Saya ke toilet dulu ya”
kata saya meminta pengertian sang sekuriti


“Nanti saya pengen ngobrol. Boleh Ustadz?”
laki-laki itu berusaha menahan langkah saya


“Saya buru-buru, lho. Tentang apaan sih?”
jawab saya sembari menatapnya tajam


“Saya bosen jadi satpam Pak Ustad”


Sejurus kemudian saya sadar...
Ini pasti Allah pasti yang memberhentikan langkah saya

Lagi enak-enak tidur di perjalanan,
saya terbangun karena ingin pipis,
lantas sampai di sebuah pom bensin,
hingga akhirnya bertemu sekuriti ini

Berarti barangkali saya harus berbicara dengannya
Sekuriti ini barangkali “target operasi” dakwah hari ini
Bukan jadwal setelah ini
Demikian saya membatin

“Ok, nanti setelah dari toilet ya,”
jawab saya pada sang satpam


“Jadi, gimana? Bosen jadi satpam?
Emangnya nggak gajian?”
tanya saya membuka percakapan


Saya mencari warung kopi, untuk bicara-bicara dengan beliau ini
Alhamdulillah ini pom bensin bagus banget
Ada minimart-nya yang dilengkapi fasilitas ngopi-ngopi ringan

“Gaji mah ada, Ustadz
Tapi masak gini-gini aja nasib saya?”


“Gini-gini aja itu karena ibadah Bapak juga gini-gini aja
Disetel bagaimanapun, agak susah merubahnya”


“Wah, ustadz langsung nembak aja nih..”


Saya meminta maaf kepada sekuriti ini
umpama ada perkataan saya yang salah
Tapi umumnya begitulah manusia

Rezeki mau banyak, tapi kepada Allah tidak mau mendekat
Rezeki mau bertambah, tapi ibadah tidak mau ditambah
Dari dulu tetap begitu-begitu saja


“Sudah shalat ashar?”


“Barusan, Pak Ustadz. Soalnya kita 'kan tugas
Tugas juga 'kan ibadah, iya nggak?
Ya saya pikir sama saja”


“Oh, jadi nggak apa-apa telat, ya?
Karena menurut Bapak, kerja Bapak adalah juga ibadah?”


Sekuriti itu tersenyum meringis
Mungkin ia jujur mengatakan demikian
Mungkin juga tidak

Artinya, sekuriti itu bisa benar-benar menganggap pekerjaannya sebagai ibadah
Namun bisa juga tidak
Anggapan pekerjaan sebagai ibadah cuma sebatas ucapan saja
Lagi pula jika menganggap pekerjaan-pekerjaan kita adalah ibadah,
maka apa yang kita lakukan di dunia ini semuanya juga ibadah
kalau kita niatkan sebagai ibadah
Tapi, hal itu ada syaratnya
Apa syaratnya?

Yakni kalau ibadah wajib dijadikan prioritas nomor satu
Kalau ibadah wajibnya dijadikan prioritas nomor tujuh belas,
tentu adalah bohong belaka jika menganggap pekerjaan sebagai ibadah

Lantas, apakah kita tidak boleh meniatkan pekerjaan sebagai ibadah?
Tentu saja boleh! Bahkan bagus sekali, bukan hanya boleh
Tapi kemudian kita umpamakan demikian

Suatu saat, kita menerima tamu,
kemudian Allah datang
Artinya kita menerima tamu, tepat ketika waktu shalat tiba
Kemudian kita abaikan shalat.. Kita abaikan Allah

Nah, apakah demikian masih pantas pekerjaan kita disebut sebagai ibadah?
Apalagi kalau kemudian hasil pekerjaan dan usaha,
hanya sedikit yang diberikan kepada Allah daripada untuk kebutuhan-kebutuhan kita sendiri

Tampaknya, kita perlu memikirkan kembali ungkapan “pekerjaan sebagai ibadah”

Saya kembali bertanya pada si sekuriti,

“Kata ‘barusan’ itu maksudnya jam setengah limaan, ya?
Saya 'kan baru jam 5 nih masuk ke pom bensin ini”


“Ya, kurang lebih, deh,”
ujar si sekuriti seraya tersenyum kecut


Saya masih ingat, dulu saya dikoreksi oleh seorang faqih,
seorang alim, bahwa shalat itu harus tepat waktu
Di awal waktu

Bagaimana mungkin kita ingin diperhatikan oleh Sang Maha Memberi Rezeki
jika shalat kita tidak tepat waktu?!
Aqimish shalaata lidzikrii
"Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku"

Lalu, kita bersantai-santai dalam mendirikan shalat
Menunda-nunda...
Itu 'kan jadi sama saja dengan menunda-nunda dalam mengingat Allah
Maka lalu saya ingatkan sekuriti itu
Entahlah, saya merasa he is the man yang Allah sedang berkenan mengubahnya dengan mempertemukan dia dengan saya

“Gini ya, Pak
Kalau Bapak shalat asar jam setengah lima,
maka Bapak jauh sekali tertinggal untuk mengejar dunia
Bapak sudah telat sejam setengah jika waktu ashar sekarang dimulai pada jam tiga kurang sedikit
Bila dalam sehari semalam kita shalat telat terus,
dan kemudian dikalikan sejak akil baligh,
sejak diwajibkan shalat, kita telat terus,
maka berapa jarak ketertinggalan kita? 5 x 1,5 jam,
lalu dikalikan sekian hari dalam sebulan,
dan sekian bulan dalam setahun,
dan dikalikan lagi sekian tahun kita telat
Itu baru soal telat saja
Belum kalau ketinggalan atau kelupaan
Lebih bahaya lagi kalau benar-benar sengaja tidak shalat!
Wah, makin jauh saja mestinya kita dari senang!”


Mudah-mudahan sekuriti ini paham apa yang saya katakan
Dari raut mukanya, tampaknya ia paham
Mudah-mudahan demikian juga saudara-saudara, ya. He…he..he

Belagu ya saya?
Masa perkataan cetek begini harus ditanyakan pada lawan bicara,
paham apa tidak

Saya juga menjelaskan pada si sekuriti
Jika dia merupakan alumni SMU yang selama ini telat shalatnya
maka kawan-kawan seangkatannya mungkin sudah banyak yang maju
Sementara dia sendiri seperti diam di tempat

Misalkan, seseorang membuka suatu usaha
Lalu ada orang lain lagi yang juga membuka usaha
Sementara yang satu usahanya maju,
dan yang lainnya sempit usahanya

Nah, bisa jadi hal itu karena ibadah yang satu itu bagus,
sedangkan yang lain tidak
Dan saya mengingatkan kepada Anda sekalian untuk tidak menggunakan mata telanjang
guna mengukur kenapa si Fulan tidak shalat,
dan cenderung jahat lalu hidupnya seperti penuh berkah?

Sedang si Fulan yang satu rajin shalat dan banyak kebaikannya,
namun hidupnya susah

Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini cukup kompleks
Tapi bisa diurai satu-satu dengan bahasa-bahasa kita,
bahasa-bahasa kehidupan yang cair dan dekat dengan fakta
Insya Allah ada waktunya pembahasan yang demikian


“Terus, mau berubah?”
tanya saya kembali kepada si sekuriti


“Mau, Pak Ustad!
Ngapain juga coba saya kejar Pak Ustadz nih, kalau tidak serius?”


“Ya udah, deketin Allah, deh. Ngebut ke Allah.”


“Ngebut gimana?”


“Satu: benahi shalatnya
Jangan setengah lima-an lagi shalat asharnya
Pantangan telat! Kejar rezeki dengan kita yang datang menjemput Allah
Jangan sampai keduluan Allah”
Si sekuriti mengaku mengerti,
maksudnya adalah bahwa sebelum azan ia sudah siap di atas sajadah
Kita ini menginginkan rezeki dari Allah,
tapi tidak berusaha mengenali Dia Yang Membagi-bagikan rezeki
Contohnya, para pekerja di tanah air ini
Mereka bekerja supaya memperoleh gaji
Dan gaji itu merupakan rezeki
Tapi giliran Allah memanggilnya,
malah perilakunya seperti tidak menghargai Allah
Padahal hakikatnya, Allah yang menjadikan seseorang bisa bekerja
Ini 'kan aneh
Saat menemui, penampilan rapi, wangi, dan betul-betul dipersiapkan sedemikian rupa
Namun, giliran mereka menemui Allah, pakaian mereka sembarangan
Amit-amit, Tidak ada persiapan
Bahkan, tidak segan-segan mereka menunjukkan wajah dan fisik yang lelah
Hal itu berarti tidak mengenal Allah


“Kedua,” saya teruskan, “keluarkan sedekahnya!”
Saya ingat betul. Sekuriti itu tertawa


“Pak Ustadz, bagaimana saya bisa sedekah,
hari ini saja belanjaan di rumah sudah habis?
Saya terpaksa berhutang lagi di warung
Saya sudah mulai mengambil barang dulu, bayar belakangan”


“Ah, Bapak saja yang barangkali kebanyakan beban
Memang gajinya berapa?”


“Satu koma tujuh, Pak Ustadz”


“Wuah, itu mah besar sekali
Maaf, ya, untuk ukuran sekuriti,
yang orang sering sebut orang kecil, gaji segitu sudah besar..”


“Yah, kan saya harus bayar cicilan motor, kontrakan, susu anak
Bayar ini, bayar itu
Emang nggak cukup, Pak ustadz.”


“Itu gaji bisa gede, emang sudah lama kerjanya?”


“Kerjanya sih sudah tujuh tahun
Tapi gaji gede bukan karena sudah lama kerjanya
Saya ini kerjanya pagi siang sore malem, Ustadz”


“Kok bisa?”


“Ya, sebab saya tinggal di mess
Saya nggak tahu gimana boss menghitung sampai ketemu angka 1,7jt”


“Terus, kenapa masih kurang?”


“Ya itu, sebab saya punya tanggungan banyak”


“Secara matematis, lepaskan saja tanggungan yang tidak perlu, seperti motor
Ngapain juga ente kredit motor? Kan nggak perlu?”


“Pengen kayak orang-orang, Pak Ustadz.”


“Ya susah kalau begitu, mah
Ingin meniru orang lain hanya pada soal motornya saja
Bukan ilmu dan ibadahnya
Bukan cara dan kebaikannya. Repot!”


Sekuriti ini nyengir
Memang kalau motor ini dilepas, dia bisa menghemat 900 ribu
Rupanya angsuran motornya itu 900 ribu
Tidak jelas bagaimana ia menutupi kebutuhannya yang lain
Biaya kontrakan saja, termasuk air dan listrik, sudah Rp. 450 ribu
Kalau melihat keuangan model begini, tentu saja defisit terus


“Ya sudah. Sudah terlanjur, ya
Oke, shalatnya gimana? Mau diubah?”


“Mau, Ustadz. Saya mau benahi shalat saya”


“Bareng sama istri, ya
Ajak dia. Jangan sendirian
Ibarat sandal, lakukan berdua
Tambah baik kalau anak-anak juga diajak
Ajak semua anggota keluarga untuk membenahi shalat!”


“Siap, Ustad!”


“Tapi sedekahnya tetap harus dilaksanakan, lho!”


“Yah, Ustadz. Kan saya sudah bilang,
tidak ada yang bisa disedekahkan!”


“Sedekahkan saja motornya
Kalau tidak motor, barang apa saja yang lain!”


“Jangan, Ustadz. Saya masih sayang motor ini
Susah lagi belinya. Tabungan juga nggak ada
Emas juga nggak punya”


Sekuriti ini berpikir, saya kehabisan akal untuk nembak dia
Tapi saya terus berpikir keras untuk mencari solusinya

Kalau dia hanya memperbaiki shalatnya saja,
tapi sedekah tidak dilaksanakan,
maka keajaiban akan lama muncul
Demikianlah, menurut ilmu yang saya peroleh

Namun tentu saja, lain cerita ceritanya jika Allah berkehendak lain

“Pak, kalau saya tunjukkan bahwa sebenarnya Bapak bisa sedekah,
bahkan besar jumlah sedekah yang bisa dikeluarkan,
Bapak mau percaya, nggak?”
ujar saya kemudian


Si sekuriti mengangguk

“Oke, kalau sudah saya tunjukkan, mau melaksanakannya?”


Sekuriti ini mengangguk lagi

“Selama saya bisa, saya akan laksanakan,”
katanya mantap


“Gajian bulan depan masih ada nggak?”


“Masih. Kan belum bisa diambil?”


“Bisa! Dicoba dulu!”


“Nanti bulan depan saya hidup gimana?”


“Yakin nggak sama Allah?”


“Yakin.”


“Nah, kalau yakin, titik.. Jangan koma
Jangan pakai kalau”


Sekuriti ini saya bimbing untuk kasbon guna bersedekah sebisa mungkin
Tapi saya jelaskan kepada sekuriti agar diusahakan menyedekahkan semua gajinya
Hal itu agar jumlah sedekah betul-betul signifikan
Dengan demikian, perubahan yang akan terjadi juga betul-betul dirasakan
Dia berjanji akan membenahi mati-matian shalatnya
Termasuk dia akan laksanakan semaksimal mungkin shalat taubat, hajat, dhuha, dan tahajjud
Dia juga berjanji untuk rajin mengisi waktu senggang dengan membaca Alquran

Tampaknya, si sekuriti itu sudah lama tidak berlari kepada Allah
Shalat Jum’at saja menunggu qomat
Wah, susah juga...
Keadaan seperti justru ia anggap sebagai sesuatu yang wajar
Hal itu karena tugasnya sebagai sekuriti
Toh, tugas yang dilakukannya ia anggap sebagai ibadah
Itulah barangkali yang telah membuat Allah mengunci mati dirinya hanya menjadi seorang sekuriti sekian tahun

Padahal dia Sarjana Akuntansi!
Ya, rupanya dia ini Sarjana Akuntansi
Pantas saja dia merasa bosan dengan posisinya sebagai sekuriti
Tidak sesuai dengan keinginan hatinya
Tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya

Tapi demikianlah hidup
Apa boleh buta, eh, apa boleh buat
Mungkin yang penting bagi dia saat itu adalah memperoleh pekerjaan dan mendapat gaji

Bagi saya sendiri, tidak masalah memiliki banyak keinginan
Asal keinginan itu sesuatu yang diperbolehkan
dan masih dalam batas-batas wajar
Juga tidak masalah memimpikan sesuatu yang belum tercapai
Asal hal itu dibarengkan dengan peningkatan ibadah kita

Sebagaimana realitas sosial sekarang ini,
meskipun harga barang-barang melejit naik,
kita tidak perlu khawatir
Ancam saja diri kita sendiri agar mau meningkatkan ibadah-ibadah kita
Jangan malah berleha-leha karena akan membuat hidup kita justru tergilas dengan tingginya harga barang-barang


Sekuriti ini kemudian menemui atasannya guna meminjam uang
Ketika ditanya oleh sang atasan untuk apa,
dia hanya nyengir tidak menjawab
Tapi ketika ditanya jumlah yang mau dipinjam,
ia pun menjawab,

“Semuanya! 1,7 juta
Utuh sejumlah gaji yang biasa diterima”


“Tidak bisa!”
kata komandannya


“Tolonglah, Pak,”
jawab sekuriti memelas


“Saya kan belum pernah kasbon
Tidak pernah berani. Baru kali ini saya berani”


Sang komandan terus mengejar alasan si sekuriti berhutang
Akhirnya, ia pun menceritakan pertemuannya dengan saya


Singkat cerita, sekuriti ini direkomendasikan untuk bertemu langsung dengan owner SPBU ini
Menurut sang komandan, permohonan bon lewat jalur formal susah dikabulkan
Kalau pun dikabulkan, paling hanya sejumlah 30% dari total jumlah gaji
Itu juga belum tentu bisa dicairkan dalam waktu cepat

Di luar dugaan, sang owner justru menyetujui permohonan bon si sekuriti
Persetujuan itu juga karena dibantu sang komandan yang ikut merayu

“Katanya, buat sedekah, Pak,”
jelas sang komandan kepada sang big boss


Subhaanallaah!
Semua orang di pom bensin itu mengetahui perubahan yang terjadi
Kisah sang sekuriti yang bertemu dengan saya
serta kisah perjuangannya bersama sang komandan untuk meminjam uang,
menjadi sesuatu yang dinanti-nantikan the end story-nya

Termasuk dinanti oleh sang pemilik pom bensin

“Kita coba lihat, berubah nggak tuh nasib si sekuriti”
begitulah pemikiran kawan-kawannya yang tahu bahwa ia ingin berubah bersama Allah melalui jalan shalat dan sedekah


Hari demi hari, sekuriti ini diperhatikan oleh kawan-kawannya
Ia kini rajin sekali shalat
Selalu tepat waktu
Ibadah-ibadah sunah juga lumayan istiqamah
Mengetahui hal itu, sang bos pun senang,
sebab tempat kerjanya jadi barokah dengan adanya orang yang mendadak jadi saleh begini
Apalagi kenyataannya si sekuriti tidak mengurangi kedisiplinan kerja
Raut mukanya justru selalu tampak cerah
Keceriaan sang sekuriti itu karena, menurutnya,
ia sedang menunggu janji Allah
Dan dia yakin, janji Allah pasti datang

Demikian ia jelaskan kepada teman-temannya yang meledek dirinya
Mereka mau ikut rajin shalat dan sedekah jika ia memang berhasil dengan “eksperimen gila”-nya itu

Saya tertawa mendengar dan menuliskan kembali kisah ini
Bukan apa-apa, saya justru suka tantangan yang demikian
Sebab insya Allah, pasti Allah tidak akan tinggal diam
Dan barangkali Allah akan betul-betul mempercepat perubahan nasib si sekuriti
Hal itu agar sang sekuriti benar-benar menjadi tambahan uswatun hasanah bagi yang belum memiliki iman
Saya pun tersenyum dengan keadaan ini,
sebab Allah pasti tidak akan mempermalukan si sekuriti


Suatu hari sang bos berkata,

“Kita lihat saja dia
Kalau dia tidak mengambil kasbon, berarti dia berhasil
Tapi kalau dia kasbon, maka kelihatannya dia gagal
Sebab buat apa menyedekahkan gaji bulan depan,
kalau kemudian ia mengambil kasbon lagi
Percuma!”


Tapi subhaanallah! Sampai akhir bulan berikutnya,
si sekuriti ini tidak mengambil kasbon
Berhasilkah? Tunggu dulu
Kawan-kawannya ini tidak melihat motor besarnya lagi
Jadi, ia tidak mengambil kasbon karena ia masih memiliki uang dari hasil jual motor,
bukan dari keajaiban mendekati Allah

Hingga akhirnya ketika sang sekuriti bertemu dengan si boss,
ia pun ditanya tentang sesuatu yang sesungguhnya adalah rahasia dirinya sendiri


“Benar nih, nggak kasbon?
Udah akhir bulan, lho
Yang lain bakal menerima gaji
Sedang gaji Bapak 'kan sudah diambil bulan kemarin”
kata si boss serius


Kepada saya, sekuriti ini mengatakan bahwa ia memang sudah siap-siap mau kasbon kalau sampai pertengahan bulan ini tidak ada tanda-tanda keberhasilan
Tapi kemudian cerita si sekuriti ini benar-benar membikin orang tercengang!
Apa pasal?
Hal itu karena ternyata betul-betul terjadi keajaiban setelah ia membenahi shalatnya
dan memberikan sedekah dengan jumlah besar yang belum pernah ia lakukan seumur hidup! \
Mempertaruhkan hidupnya dengan menyedekahkan semua gaji bulan depannya
Semuanya tanpa tersisa!

Keajaiban itu berawal ketika di kampung halaman si sekuriti terjadi transaksi tanah,
yang melibatkan dirinya
Padahal dirinya tidak terlibat secara fisik
Ia sekedar menjadi mediator lewat SMS ke pembeli dan penjual

Dari transaksi inilah, Allah mengganti sedekah yang ia keluarkan dari gajinya sebesar Rp 1,7 juta menjadi 10 kali lipat
Bahkan lebih!
Allah memberinya karunia berupa komisi penjualan tanah di kampungnya sebesar Rp 17,5 juta!
Dan hal itu terjadi begitu cepat
Kejadian itu terjadi masih dalam bulan yang sama,
belum berganti bulan

Sadar betapa besarnya anugerah Allah,
akhirnya dia malu sendiri kepada Allah
Motor yang selama ini dia sayang-sayang, dia jual!
Uangnya digunakan untuk sedekah
Uang hasil penjualan motor dia gunakan untuk membiayai keberangkatan haji ibunya,
satu-satunya orang tuanya yang masih hidup
Subhaanallaah!


Sayang sekali, uang hasil penjualan motor itu tetap tidak cukup untuk menutupi ongkos haji
Karena dijual cepat, harga motornya tidak sampai Rp 13 juta
Akhirnya, ia tambahkan sendiri sebesar Rp 12 juta yang berasal dari uangnya sendiri yang ia peroleh dari komisi penjualan tanah
Dengan demikian, sang ibu memiliki uang sebesar Rp 25 juta
Jumlah itu sudah cukup untuk daftar naik haji
Tambahan ongkos yang lain berasal dari simpanan ibunya sendiri


Masih menurut cerita si sekuriti,
ia merasa aman dengan uang Rp 5 juta,
sisa dari komisi transaksi tanah itu
Dan dia merasa tidak memerlukan motor lagi

Dengan uang ini, ia aman dan tidak perlu kasbon
Tak ayal, sang bos pun berdecak kagum
Dia lalu kumpulkan semua karyawannya dan menyuruh si sekuriti ini bercerita
tentang keberkahan yang dilaluinya selama 1 bulan setengah ini

Apakah cukup sampai di situ perubahan yang terjadi pada diri si sekuriti?
Tidak!
Si sekuriti ini kemudian diketahui oleh owner pom bensin tersebut sebagai sarjana S1 Akuntansi
Lalu dia dimutasi di perusahaan si owner yang lain,
dan dijadikan staf keuangan di sana

Masya Allah, masya Allah, masya Allah!
Berubah, berubah, berubah!
Saudara-saudaraku sekalian


Cerita ini bukan sekedar cerita tentang Keajaiban Sedekah dan Shalat saja
Tapi soal tauhid
soal keyakinan dan iman seseorang kepada Allah, Tuhannya
Tauhid, keyakinan, dan imannya ini bekerja menggerakkan dia
hingga mampu berbuat sesuatu.
Tauhid yang menggerakkan!

Begitu saya mengistilahkan
Sekuriti ini mengenal Allah
Dan dia baru sedikit mengenal Allah
Tapi lihatlah, ilmu yang sedikit ini diterapkan olehnya dan diyakini
Akhirnya? Jadi!
Bekerja penuh buat perubahan dirinya, buat perubahan hidupnya
Subhaanallaah, masya Allah....

Dan lihat juga cerita ini,
seribu kali si sekuriti ini berhasil keluar sebagai pemenang,
siapa kemudian yang mengikuti cerita ini?

Kayaknya kawan-kawan sepom bensinnya pun belum tentu ada yang mengikuti jejak suksesnya si sekuriti ini
Barangkali cerita ini akan lebih dikenang sebagai sebuah cerita manis saja
Setelah itu, kembali lagi pada rutinitas dunia


Yah, barangkali tidak semua ditakdirkan menjadi manusia-manusia pembelajar

--Ust. Yusuf Mansur--

-----
Allah Ta’ala berfirman,
“Perumpamaan ( nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada tiap-tiap bulir seratus biji
Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki
Dan Allah maha luas (kurnia-Nya) lagi maha mengetahui”
(Qs. Al Baqarah (2) : 261)


Allah Ta’ala berfirman,
” Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa
dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga)
maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah “
(Qs. Al Lail (92) : 5-8)


Rasulullah SAW mengingatkan dalam pidatonya ketika beliau sampai di Madinah
pada waktu hijrah dari Makkah :

“Wahai segenap manusia!
Sesungguhnya amal itu tergantung kepada niat,
dan seseorang akan mendapatkan (pahala) sesuai dengan apa yang diniatkannya”


Rasulullah SAW bersabda,

“Setiap awal pagi, semasa terbit matahari,
ada dua malaikat menyeru kepada manusia dibumi
Yang satu menyeru, “Ya Tuhan, karuniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kepada Allah “
Yang satu lagi menyeru “musnahkanlah orang yang menahan hartanya”





***
Referensi :
Jum'at, 08 Mei 2009
http://keajaibansedekah.wordpress.com/2009/05/08/yusuf-mansur-vs-sekuriti-pom-bensin/
Ustadz Yusuf mansyur
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar