Minggu, 02 Juni 2013

Puasa, Tapi Tak Berjilbab






 ~¤~ Puasa Tapi Tak Berjilbab ~¤~



Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam
Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya
Kita telah mengetahui bersama mengenakan jilbab itu suatu hal yang wajib
Sebagaimana kewajibannya telah disebutkan dalam Al Quràn dan hadits sebagai pedoman hidup kita
Namun kenyataaan ditengah-tengah kita, masih banyak yang belum sadar akan pentingnya berjilbab


Tulisan ini akan menjelaskan bagaimanakah status puasa wanita yang tidak berjilbab,
Semoga bermanfaat



oOo



• Kewajiban Mengenakan Jilbab

Allah Ta’ala berfirman

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﻗُﻞْ ﻟِﺄَﺯْﻭَﺍﺟِﻚَ ﻭَﺑَﻨَﺎﺗِﻚَ ﻭَﻧِﺴَﺎﺀِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻳُﺪْﻧِﻴﻦَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻦَّ ﻣِﻦْ ﺟَﻠَﺎﺑِﻴﺒِﻬِﻦَّ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﺩْﻧَﻰ ﺃَﻥْ ﻳُﻌْﺮَﻓْﻦَ ﻓَﻠَﺎ ﻳُﺆْﺫَﻳْﻦَ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻏَﻔُﻮﺭًﺍ

Artinya :
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
(QS. Al Ahzab [33] : 59)


Jilbab bukanlah penutup wajah
Namun jilbab adalah kain yang dipakai oleh wanita setelah memakai khimar
Sedangkan khimar adalah penutup kepala

ﻭَﻗُﻞْ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﻳَﻐْﻀُﻀْﻦَ ﻣِﻦْ ﺃَﺑْﺼَﺎﺭِﻫِﻦَّ ﻭَﻳَﺤْﻔَﻈْﻦَ ﻓُﺮُﻭﺟَﻬُﻦَّ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺒْﺪِﻳﻦَ ﺯِﻳﻨَﺘَﻬُﻦَّ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﻇَﻬَﺮَ ﻣِﻨْﻬَﺎ

Artinya :
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya”
(QS. An Nuur [24] : 31)


Berdasarkan tafsiran Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Atho’ bin Abi Robbah dan Mahkul Ad Dimasqiy bahwa yang boleh ditampakkan adalah wajah dan kedua telapak tangan (Lihat Jilbab Al Maràh Al Muslimah, Amru Abdul Mun’im, hal. 14)


Orang yang tidak menutupi auratnya artinya tidak mengenakan jilbab diancam dalam hadits berikut ini

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺻِﻨْﻔَﺎﻥِ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻟَﻢْ ﺃَﺭَﻫُﻤَﺎ ﻗَﻮْﻡٌ ﻣَﻌَﻬُﻢْ ﺳِﻴَﺎﻁٌ ﻛَﺄَﺫْﻧَﺎﺏِ ﺍﻟْﺒَﻘَﺮِ ﻳَﻀْﺮِﺑُﻮﻥَ ﺑِﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻭَﻧِﺴَﺎﺀٌ ﻛَﺎﺳِﻴَﺎﺕٌ ﻋَﺎﺭِﻳَﺎﺕٌ ﻣُﻤِﻴﻼَﺕٌ ﻣَﺎﺋِﻼَﺕٌ ﺭُﺀُﻭﺳُﻬُﻦَّ ﻛَﺄَﺳْﻨِﻤَﺔِ ﺍﻟْﺒُﺨْﺖِ ﺍﻟْﻤَﺎﺋِﻠَﺔِ ﻻَ ﻳَﺪْﺧُﻠْﻦَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻭَﻻَ ﻳَﺠِﺪْﻥَ ﺭِﻳﺤَﻬَﺎ ﻭَﺇِﻥَّ ﺭِﻳﺤَﻬَﺎ ﻟَﻴُﻮﺟَﺪُ ﻣِﻦْ ﻣَﺴِﻴﺮَﺓِ ﻛَﺬَﺍ ﻭَﻛَﺬَﺍ

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat:
[1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan…
[2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring
Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian”
(HR. Muslim no. 2128)


Diantara makna wanita yang berpakaian tetapi telanjang dalam hadits ini adalah:
(1) Wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya,
Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang;

(2) Wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya

Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim 17:190-191)


Dalil-dalil diatas menunjukkan bahwa wajibnya wanita mengenakan jilbab dan ancaman bagi yang membuka-buka auratnya

Aurat wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan
Bahkan dapat disimpulkan bahwa berpakaian tetapi telanjang alias tidak mengenakan jilbab termasuk dosa besar
Karena dalam hadits mendapat ancaman yg berat yaitu tidak akan mencium bau surga
Na’udzu billahi min dzalik …



• Puasa Harus Meninggalkan Maksiat
Setelah kita tahu bahwa tidak mengenakan jilbab adalah suatu dosa (maksiat), bahkan mendapat ancaman yang berat
Maka keadaan tidak berjilbab tidak disangsikan lagi akan membahayakan keadaan orang yang berpuasa

Kita tahu bersama bahwa maksiat akan mengurangi pahala orang yang berpuasa, walaupun status puasanya sah

Yang bisa jadi didapat adalah rasa lapar dan haus saja
Pahala tidak diperoleh / berkurang karena maksiat


Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﺪَﻉْ ﻗَﻮْﻝَ ﺍﻟﺰُّﻭﺭِ ﻭَﺍﻟْﻌَﻤَﻞَ ﺑِﻪِ ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻟِﻠَّﻪِ ﺣَﺎﺟَﺔٌ ﻓِﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﺪَﻉَ ﻃَﻌَﺎﻣَﻪُ ﻭَﺷَﺮَﺍﺑَﻪُ

Artinya :
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan”
(HR. Bukhari no 1903)


Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻟَﻴْﺲَ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻣِﻦَ ﺍﻷَﻛْﻞِ ﻭَﺍﻟﺸَّﺮَﺏِ ، ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻐْﻮِ ﻭَﺍﻟﺮَّﻓَﺚِ ، ﻓَﺈِﻥْ ﺳَﺎﺑَّﻚَ ﺃَﺣَﺪٌ ﺃَﻭْ ﺟَﻬُﻞَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻓَﻠْﺘَﻘُﻞْ : ﺇِﻧِّﻲ ﺻَﺎﺋِﻢٌ ، ﺇِﻧِّﻲ ﺻَﺎﺋِﻢٌ

Artinya :
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja, Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan sia-sia dan kata-kata kotor, Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”
(HR. Ibnu Khuzaimah 3:242)


Al A’zhomi mengatakan Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Seandainya engkau berpuasa maka hendaknya pendengaran, penglihatan dan lisanmu turut berpuasa, yaitu menahan diri dari dusta dan segala perbuatan haram, serta janganlah engkau menyakiti tetanggamu, bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu, janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja”
(Latho’if Al Ma’arif, 277)


Mala ‘Ali Al Qori rahimahullah berkata,
“Ketika berpuasa begitu keras larangan untuk bermaksiat, orang yang berpuasa namun melakukan maksiat sama halnya dengan orang yang berhaji lalu bermaksiat, yaitu pahala pokoknya tidak batal, hanya kesempurnaan pahala yang tidak ia peroleh, orang yang berpuasa namun bermaksiat akan mendapatkan ganjaran puasa sekaligus dosa karena maksiat yang ia lakukan”
(Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih, 6:308)


Al Baydhowi rahimahullah mengatakan,
“Ibadah puasa bukanlah hanya menahan diri dari lapar dan dahaga saja, Bahkan seseorang yang menjalankan puasa hendaklah mengekang berbagai syahwat dan mengajak jiwa pada kebaikan. Jika tidak demikian, sungguh Allah tidak akan melihat amalannya, dalam artian tidak akan menerimanya”
(Fathul Bari, 4:117)


Penjelasan diatas menunjukkan sia-sianya puasa orang yg bermaksiat, termasuk dalam hal ini adalah wanita yang tidak berjilbab ketika puasa
Oleh karenanya, bulan puasa semestinya bisa dijadikan moment untuk memperbaiki diri

Bulan Ramadhan ini seharusnya dimanfaatkan untuk menjadikan diri menjadi lebih baik
Pelan-pelan di bulan ini bisa dilatih untuk berjilbab
Ingatlah sebagaimana kata ulama salaf,
“Tanda diterimanya suatu amalan adalah kebaikan membuahkan kebaikan”



• Belum Mau Berjilbab

- Beralasan belum siap berjilbab karena yg penting hatinya dulu diperbaiki?
Kami jawab,
“Hati juga mesti baik. Lahiriyah pun demikian, Karena iman itu mencakup amalan hati, perkataan dan perbuatan, Hanya pemahaman keliru dari aliran Murji’ah yg menganggap iman itu cukup dengan amalan hati ditambah perkataan lisan tanpa mesti ditambah amalan lahiriyah, Iman butuh realisasi dalam tindakan dan amalan”



- Beralasan belum siap berjilbab karena mengenakannya begitu gerah dan panas?
Kami jawab,
“Lebih mending mana, panas di dunia karena melakukan ketaatan …
Ataukah panas di neraka karena durhaka…?”
Coba direnungkan!



- Beralasan belum siap berjilbab karena banyak orang yg berjilbab malah suka menggunjing?
Kami jawab,
“Ingat tidak bisa kita pukul rata bahwa SETIAP orang yang berjilbab seperti itu, Itu paling hanya segelintir orang yang demikian, namun tidak semua… Sehingga tidak bisa kita sebut setiap wanita yang berjilbab suka menggunjing”



- Beralasan lagi karena saat ini belum siap berjilbab?
Kami jawab,
“Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi?
Apa tahun depan?
Apa dua tahun lagi?
Apa nanti jika sudah pipi keriput dan rambut ubanan?

Inilah was-was dari syetan supaya kita menunda amalan baik
Jika tidak sekarang ini, mengapa mesti menunda berhijab besok dan besok lagi?
Dan kita tidak tahu besok kita masih di dunia ini ataukah sudah di alam barzakh, bahkan kita tidak tahu keadaan kita sejam atau semenit mendatang
So… jangan menunda-nunda beramal baik
Jangan menunda-nunda untuk berjilbab”



Perkataan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berikut Seharusnya menjadi renungan,

ﺇِﺫَﺍ ﺃَﻣْﺴَﻴْﺖَ ﻓَﻼَ ﺗَﻨْﺘَﻈِﺮِ ﺍﻟﺼَّﺒَﺎﺡَ ، ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺃَﺻْﺒَﺤْﺖَ ﻓَﻼَ ﺗَﻨْﺘَﻈِﺮِ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺀَ ، ﻭَﺧُﺬْ ﻣِﻦْ ﺻِﺤَّﺘِﻚَ ﻟِﻤَﺮَﺿِﻚَ ، ﻭَﻣِﻦْ ﺣَﻴَﺎﺗِﻚَ ﻟِﻤَﻮْﺗِﻚَ

Artinya :
“Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah menunggu pagi…
Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore…
Manfaatkanlah masa sehatmu … sebelum datang sakitmu,
Dan manfaatkanlah hidupmu… sebelum datang matimu”
(HR. Bukhari no 6416)


Hadits ini menunjukkan dorongan untuk menjadikan kematian seperti berada dihadapan kita, sehingga bayangan tersebut menjadikan kita bersiap-siap dengan amalan sholeh
Juga sikap ini menjadikan kita sedikit dalam berpanjang angan-angan

Semoga di bulan penuh barokah ini, kita diberi taufik oleh Allah untuk semakin taat pada-Nya
Wallahu waliyyut taufiq


***
Sumber :
Panggang-Gunung Kidul, 4 Ramadhan 1432 H
Kamis | 04 Agustus 2011
. www.remajaislam.com

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar