Sabtu, 15 Juni 2013

Buaya Dunia Maya




~*~   Buaya Dunia Maya   ~*~



Sepenggal cerita telah kuterima
Sebuah kisah nyata yang membuatku merasa takut dan tersudut
Tentang seorang wanita yang mengenal lawan jenisnya di dunia maya

Wanita itu disapa seorang lelaki dengan kata-kata bijaksana
Hampir setiap hari, nasehat dan motivasi mengalir silih berganti
Lelaki itu tampak baik, sholeh, terpuji dengan pengetahuan agama yang mumpuni
Simpati pun timbul, rasa suka itu muncul

Meski berbeda budaya dan dipisahkan oleh samudra hubungan itu terjalin begitu saja

Tak lagi peduli jilbab lebar yang ia kenakan, cinta dan suka tetap bisa melanda



Lelaki itu pun tampaknya bukan seorang pengecut,
Ia datangi rumah sang wanita dan bertemu dengan orang tuanya,

Kemudian berkata ingin menjalin hubungan yang tidak biasa


Suatu ketika ada seorang perempuan yang tak dikenal menyampaikan sapaan pada sang wanita

Perempuan itu banyak bertanya kemudian mulai bercerita

Ia bercerita tentang lelaki yang sama, lelaki yang wanita kenal di dunia maya, yang pernah datang ke rumahnya

Tuturan si perempuan begitu mengejutkannya, membuat hatinya gundah

Bagaimana tidak ?
Lelaki yang ia sangka terpuji dengan pengetahuan agama mumpuni rupanya punya sisi tercela yang tak ia sangka


Jauh hari sebelum ke rumah sang wanita, lelaki itu telah menjalin hubungan dengan si perempuan

Hubungan yang begitu dalam

Hubungan itu terjalin dengan cara yang sama, saling mengenal melalui dunia maya

Kemudian kata-kata bijak juga ditebarkan

Tempat tinggal yang berjauhan dan telah bertemu dengan orang tua si perempuan

Malah sang wanita menangkap bahwa si perempuan telah berbadan dua


Saat lelaki itu dicecar dengan pertanyaan, ia mengakui semuanya dan memang sengaja menunggu hingga sang wanita tahu

Namun tak ada sesalan, tak ada ketegasan sikap, tak ada keberanian memutuskan pilihan atau keberanian mempertanggungjawabkan perbuatan dan terkesan menganggap itu bukanlah masalah besar

Dan lelaki ini pun berlindung di balik kata,  “Biarlah nanti Allah yang menentukan”



Meski sudah diketahui belangnya, lelaki itu tetap saja memaksakan kehendaknya untuk menyunting sang wanita


 “Bagaimana dengan perempuan itu?”
tanya sang wanita



Dan dengan ringan lelaki itu menjawab,

 “Kalau pun ia nanti kunikahi, aku juga akan tetap menikahimu”


 “Rakus, egois, tidak tahu malu … Apakah semua lelaki seperti ini?”
Batin wanita itu bertanya


“Inikah lelaki? Yang hanya bisa merayu, mengumbar kata-kata bijaksana untuk melemahkan hati wanita kemudian mencampakkannya?”


“Inikah calon qowwam?
inikah calon pelindung dan pembimbing keluarga?
Begitu egoisnya dan mementingkan nafsunya semata?

“Inikah lelaki…?”





Dan aku hanya termenung bingung

Aku cuma bisa malu dengan yang dilakukan oleh kaumku

Kata pembelaan tak kusampaikan, karena pria seperti itu memang ada

Hanya kalimat pendek yang kukatakan, sebentuk cerminan asa yang menggumpal dalam dada,

 “Semoga tidak semua pria melakukan hal yang sama…”


Rasa takut terajut, ketakutan bahwa aku melakukan hal yang tak jauh berbeda

Mungkin pula tanpa sadar, kata-kata bijak, hikmah, nasehat, saran dan masukan berubah menjadi umpan untuk menarik perhatian


Betapa ruginya bila segala yang disampaikan berakhir sia-sia di sisi-Nya…


Dan entah dari mana, terngiang sebuah seruan yang menggema, menusuk-nusuk jiwa…



Duhai pemuda! Bencana! Duhai pemuda! Bencana!



Duhai pemuda, Bencana!
Saat kau hanya sibuk mengumbar kata di antara wanita

Berdalih menyerukan kebenaran dan menunjukkan jalan kebaikan

Namun kau begitu menikmati di kala wanita-wanita itu mengagumi dan menyukai setiap kata yang kau ucapkan

Tak kah kau sadari, lubang neraka sedang engkau masuki karena telah menyebabkan hati-hati itu tertambat pada selain Ilahi?







Duhai pemuda, Bencana!
Saat kamu tak juga menjaga pandangmu

Memilih dan memilah target dakwah hanya berdasar rupa dan jenis kelaminnya

Kamu demikian bangga saat komentar dan ucapan terima kasih dari lawan jenismu datang mengisi hari-harimu

Apa kamu kira berpahala di sisi-Nya?

Apa kamu kira kau terpuji dan masuk surga ketika engkau mencari perhatian kaum wanita

Duhai meruginya saat syirik kecil dibiarkan bercengkrama di dasar hatinya






Duhai pemuda, Bencana!
Saat hati telah terkotori syahwat syaithoni

Sungguh dakwah picisanmu tak ada nilainya. Sedang nabi saja ditegur oleh-Nya dengan surat ‘Abasa, karena lebih senang menyampaikan ajaran Islam dan berbincang dengan para pemuka dari pada dengan seorang yang buta







Duhai pemuda, Bencana!
Dan apa yang akan kau katakan? Pembelaan?

Beralasan dengan dalil “Semua tergantung pada niatnya.”?

Apakah kau pikir niat baik saja cukup untuk membuat amal yang kau lakukan diterima di sisi-Nya tanpa ittiba’ pada Nabi-Nya?

Apakah Rasulullah mengkhususkan untuk menyapa kaum wanita saja?

Apakah Rasulullah menggunakan kata-kata bijaksana untuk merayu lawan jenisnya?

Apakah Rasulullah berlama-lama dalam berbincang tanpa tujuan dengan kaum hawa yang bukan mahromnya?

Duhai pemuda, sayangilah dirimu

Sebelum ketentuan-Nya berlaku, dan tak ada lagi pintu yang dibuka untukmu

Ia memang pengasih, namun adzab-Nya pun juga sangatlah pedih







***





Dan bagi kalian, Wahai kaum Hawa.
Dunia maya memang penuh tipu daya

Saat ada pria yang sering mengumbar kata-kata penuh makna, cukuplah ambil ilmu yang ada

Tak perlu kau tanya ia siapa

Karena seseorang tidak bisa dinilai baik akhlaknya cuma dengan kata-kata di dunia maya







Wahai kaum hawa,
Waspadailah buaya maya

Di awal mungkin ia bijaksana, selanjutnya saat kau mulai tertambat, ia akan sesumbar dengan janji-janji tak benar

Meski mungkin kau tahu bahwa ia biasa disebut “ikhwan” bisa jadi dia tak lebih baik dari bajingan

Karena label ‘ke-ikhwan-an” hanya ada di lisannya bukan di hatinya

Karena ketakwaannya hanya saat berada bersama orang-orang, namun ketika sendirian tak lebih seperti melatanya binatang tanpa keimanan







Wahai kaum hawa,
Peliharalah dirimu. Karena bisa jadi kalianlah yang sengaja menarik kaum pria

Dengan sengaja atau tidak sengaja

Melalui kata tanya yang tak berguna, atau gambar rupa yang membuat mereka tak melepas pandangnya

Murahnya kalian jika demikian

Kau umbar dirimu tanpa sungkan yang menyebabkan dirimu sendiri terjebak dalam kubang kesulitan (atau kenistaan di hadapan pencipta alam?)

Duhai Wanita kehormatan itu demikian berharga.. demikian berharga…



Wallahu a’lam...



 Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘ala diinik… Wahai Rabb, luruskan hati ini hanya untuk-Mu, hanya pada-Mu







***
Referensi :
http://tarijemari.wordpress.com/2010/01/15/buaya-dunia-maya/
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar