Sabtu, 03 Mei 2014

Hikmah Ikhlas Dan Sabar





~*~  Hikmah Ikhlas Dan Sabar  ~*~



Seorang pria berumur 61 tahun bernama Asep Sudrajat menghidupi keluarganya dengan membuka sebuah toko berukuran 3 x 4 meter di sebuah jalan di kota Bandung
Tiada yang mendampingi hidupnya di rumah selain Asih, istrinya
Sudah puluhan tahun berumah tangga, Allah SWT Sang Maha Pencipta belum berkenan memberikan mereka keturunan
Namun baik Asep dan Asih adalah model makhluk Tuhan yang menerima segala ketetapan
Mereka selalu menghiasi hidup dengan pengharapan terhadap Tuhan
Bersyukur atas segala nikmat yang mereka terima,
dan bersabar atas segala ujian yang diberikan


Hampir dua puluh tahun mereka menabung demi mewujudkan cita-cita
Sebuah cita-cita mulia yang mereka tanamkan dalam hati,
untuk berangkat haji ke Baitullah, Mekkah Al Mukarramah
Dengan hasil dagang di toko yang seadanya,
sedikit demi sedikit mereka sisihkan untuk menggapai cita-cita itu
Hanya ibadah haji saja dalam benak mereka yang belum pernah mereka lakukan
Keinginan itu terus membuncah, menggelegak dalam dada seorang hamba yang rindu akan keridhaan Tuhannya

Hasil tabungan yang mereka kumpulkan tidak mereka tabung di bank
Sengaja uang sejumlah itu mereka simpan agar dapat memotivasi semangat mereka untuk mencari tambahan uang sesegera mungkin
Sungguh dua puluh tahun dalam menabung,
merupakan masa yang cukup panjang untuk bersabar demi mewujudkan ketaatan kepada Tuhan
Tidak banyak, manusia modern di zaman sekarang yang mampu memiliki niat sedemikian

Malam itu, Asep dan Asih sekali lagi menghitung jumlah tabungan mereka
Uang yang mereka simpan untuk berhaji itu kini berjumlah Rp. 50.830.000
Sementara biaya haji pada saat itu berkisar kurang lebih Rp 27 juta per orang,
belum lagi biaya bimbingan haji yang harus mereka ikuti,
ditambah dengan uang jajan tambahan untuk membeli oleh-oleh
Mereka menghitung, kurang lebih mereka memerlukan dana berkisar Rp 10 juta

Setiap malam berlalu, Asep dan Asih selalu menghitung peruntungan jualan mereka,
dan sebagiannya mereka sisihkan untuk mewujudkan cita-cita berhaji



Suatu pagi, Asep mendengar kabar bahwa kawan karibnya dalam berjamaah shalat di Masjid As Shabirin jatuh sakit secara mendadak
dan kini dirawat di RS. Dr. Hasan Sadikin
Setelah divisum oleh dokter rupanya penyakit yang diderita tetangga sekaligus kawan karibnya itu adalah penyakit tumor tulang
Sebuah penyakit yang jarang terjadi pada masyarakat Indonesia

Bersegeralah, Asep menjenguk kawan karibnya itu
Sesampainya di sana, sahabat tersebut masih berada di ruang ICU
dan untungnya masih sadarkan diri sehingga dapat melakukan percakapan dengan Asep

Dari penuturannya Asep mengetahui bahwa tumor tulang tersebut telah membuat tetangganya tidak mampu untuk berdiri lagi,
dan tumor tersebut harus diangkat segera
Sebab bila tidak, maka tumor tersebut dapat menjalar ke bagian tubuh lain

Asep bergidik mendengarnya
Namun ia masih terus membesarkan hati sahabatnya itu untuk senantiasa tawakkal dan berdoa kepada Allah SWT Yang Maha
Menyembuhkan setiap penyakit hamba-Nya
Hampir setiap hari Asep menjenguk sahabatnya itu
Pada hari kedelapan, sahabatnya itu telah dipindah ke ruang rawat inap kelas 3,
bersama tujuh pasien lainnya dalam satu kamar

Kamar tersebut pengap dengan bau obat,
dan tidak layak disebut sebagai kamar rumah sakit
Pemandangan yang berantakan

Jemuran baju pasien dan pendamping yang bertebaran di sepanjang jendela
Seprai kasur yang tidak rapi
Tikar dan koran bertebaran di pojok-pojok kamar
Itu semua membuat pemandangan kamar menjadi tidak asri dan pengap
Namun apa mau dikata, tetangganya adalah seorang yang mungkin memilik nasib sama dengan jutaan orang di Indonesia
Sudah masuk rumah sakit saja Alhamdulillah,
nggak tahu bayarnya pakai apa?


Hari itu adalah hari kesebelas sahabatnya dirawat di rumah sakit
Kebetulan Asep sedang berada di sana,
seorang perawat membawakan sebuah surat dari rumah sakit
bahwa untuk membuang tumor yang berada di sendi-sendi tulang pasien haruslah dijalankan sebuah operasi

Operasi itu akan menelan biaya hampir Rp 50 juta
Bila keluarga pasien mengharapkan kesembuhan,
maka operasi tersebut harus dilakukan
Namun kalau mau berpasrah kepada takdir Tuhan,
maka tinggal berdoa saja agar terjadi keajaiban

Siapa orangnya yang tidak mau sembuh dari penyakit?
Semua orang pun berharap sedemikian
Namun mau bilang apa?
Keluarga sahabat Asep tersebut sudah menguras habis tabungan yang mereka miliki,
namun itu semua untuk bayar biaya rumah sakit selama ini saja tidak cukup
Apalagi untuk membiayai proses operasi?
Sungguh, yang mampu mereka lakukan adalah memohon pertolongan kepada Allah SWT
Hari kedua belas, ketiga belas, keempat belas.... kondisi pasien semakin parah. Badannya terlihat kurus tak bertenaga. Kelemahan itu terlihat jelas dalam sorot cahaya mata yang kian meredup. Sang pasien tidak mampu lagi menanggapi lawan bicara. Tumor itu semakin mengganas dan menjalar ke seluruh tubuh. Pemandangan itu semakin menyentuh relung hati Asep yang terdalam. Maka di pinggir ranjang sahabatnya, Asep pun mengambil sebuah keputusan besar.

Setelah berpamitan dengan keluarga sahabatnya,
ia bergegas pulang menuju rumah
Di sana terlihat olehnya Asih sedang melayani pembeli yang datang ke toko sederhana milik mereka
Saat pembeli sudah sepi, Asep lalu menyampaikan keputusannya itu kepada Asih


“Bu..., Kang Endi tetangga kita yang sedang di rawat di rumah sakit itu
kondisinya semakin memburuk
Bapak tidak sanggup melihat penderitaannya
Sepertinya kita harus bantu dia dan keluarganya
Tiga hari lalu, kebetulan bapak sedang di sana,
seorang suster memberitahukan bahwa Kang Endi harus dioperasi segera
Keluarganya belum berani menyatakan iya,
sebab biaya operasi itu hampir Rp 50 juta....”
Asep membuka pembicaraannya dengan kalimat yang panjang


Asih pun mulai merasa iba dengan penderitaan Kang Endi dan keluarganya,

“Kasihan mereka ya, Pak!
Kita bisa bantu apa...?”


Asep pun langsung menyambung dengan cepat,

“Kalau ibu berkenan, bagaimana bila dana tabungan haji kita diberikan saja kepada mereka semua untuk biaya operasi?”
Kalimat itu diakhiri dengan sebuah senyum merekah di bibir Asep


“Diberikan....?!!
Waduh pak..., hampir dua puluh tahun kita nabung dengan susah payah
agar cita-cita berhaji dapat diwujudkan
Masa bisa pupus seketika dengan membantu orang lain
yang bukan saudara kita?”
Asih mengajukan penolakan atas usulan suaminya


“Bu...., banyak orang yang berhaji belum tentu mabrur di sisi Allah
Mungkin ini adalah jalan buat kita untuk meraih keridhaan Allah SWT
Biarkan kita hanya berhaji di pekarangan rumah kita sendiri,
tidak perlu ke Baitullah
Bapak yakin bila kita menolong saudara kita, Insya Allah,
kita akan ditolong juga oleh Dia Yang Maha Kuasa”
Kalimat itu meluncur dari mulut Asep
dan menohok relung hati Asih sehingga begitu membekas di dasarnya
Tak kuasa, Asih pun mengangguk dan setuju atas usul suaminya


Keesokan pagi, Asep dan Asih pun datang berdua ke rumah sakit untuk menjenguk
Toko mereka ditutup hari itu
Mereka berdua datang ke rumah sakit dengan membawa sebuah amplop tebal
berisikan uang sejumlah Rp 50 juta yang tadinya mereka siapkan untuk berhaji

Keduanya tiba di rumah sakit
dan menjumpai Kang Endi dan keluarganya di sana
Usai membacakan doa untuk pasien,
keduanya datang kepada istri Kang Endi
Mereka serahkan sejumlah uang tersebut,
dan suasana menjadi haru seketika

Bagi keluarga Kang Endi ini adalah moment dimana doa diijabah oleh Tuhan
Sementara bagi Asep dan Asih,
ini merupakan saat dimana keikhlasan menolong saudara harus ditunjukkan

Lalu pulanglah Asep dan Asih ke rumah setelah berpamitan kepada keluarga
Uang itu kemudian segera dibawa oleh salah seorang anggota keluarga ke bagian administrasi rumah sakit
Formulir kesediaan menjalani operasi telah diisi

Besok pagi jam 08.00 operasi pengangkatan tumor di sendi-sendi tulang Kang Endi
akan dilakukan
Alhamdulillah!


Esoknya Kang Endi sudah dibawa ke ruang operasi
Sebelum dioperasi, dokter spesialis tulang yang selama ini menangani Kang Endi sempat berbincang dengan keluarga

“Doakan ya agar operasi berjalan lancar
dan Pak Endi semoga lekas sembuh!
Kalau boleh tahu..., darimana dana operasi ini didapat?”
Dokter mencetuskan pertanyaan tersebut,
karena ia tahu sudah berhari-hari pasien tidak jadi dioperasi
sebab keluarga tidak mampu menyediakan dananya


Istri Kang Endi menjawab,
“Ada seorang tetangga kami bernama pak Asep yang membantu,
Alhamdulillah dananya bisa didapat, Dok!”


“Memangnya, beliau usaha apa?
Kok mau membantu dana hingga sebesar itu?”
Dibenak dokter, pastilah pak Asep adalah seorang pengusaha sukses


“Dia hanya punya usaha toko kecil di dekat rumah kami
Saya saja sempat bingung saat dia dan istrinya memberikan bantuan sebesar itu!”
Istri Kang Endi menambahkan


Di dalam hati, dokter kagum dengan pengorbanan pak Asep dan istrinya
Hatinya mulai tergerak dan berkata,

“Seorang pak Asep yang hanya punya toko kecil saja mampu membantu saudaranya
Kamu yang seorang dokter spesialis dan kaya raya,
tidak tergerak untuk membantu sesama”
Suara hati itu terus membekas dalam dada pak dokter


Pembicaraan itu usai, dan dokter pun masuk ke ruang operasi
Alhamdulillah operasi berjalan sukses dan lancar
Ia memakan waktu hingga 4 jam lebih

Semua tumor yang berada pada tulang Kang Endi telah diangkat
Seluruh keluarga termasuk dokter dan perawat yang menangani merasa gembira
Kang Endi tinggal menjalani masa penyembuhan pasca operasi

Pak Asep masih sering menjenguknya
Suatu hari kebetulan pak dokter sedang memeriksa kondisi Kang Endi
dan pak Asep pun sedang berada di sana
Keduanya pun berkenalan

Pak dokter memuji keluasan hati pak Asep
Pak Asep hanya mampu mengembalikan pujian itu kepada Pemiliknya,
yaitu Allah SWT
Hingga akhirnya, pak dokter meminta alamat rumah pak Asep
secara tiba-tiba...


Beberapa minggu setelah Kang Endi pulang dari rumah sakit
Malam itu, Asep dan Asih tengah berada di rumahnya
Toko belum lagi ditutup, tiba-tiba ada sebuah mobil sedan hitam diparkir di luar pagar rumah
Nampak ada sepasang pria dan wanita turun dari mobil tersebut

Cahaya lampu tak mampu menyorot wajah keduanya yang kini datang mengarah ke rumah pak Asep
Begitu mendekat, tahulah pak Asep bahwa pria yang datang adalah pak dokter yang pernah merawat sahabatnya kemarin

Gemuruh suasana hati Asep
Ia terlihat kikuk saat menerima kehadiran pak dokter bersama istrinya
Terus terang, seumur hidup, pak Asep belum pernah menerima tamu agung seperti malam ini

Maka dokter dan istrinya dipersilakan masuk
Setelah disuguhi sajian ala kadarnya,
maka mereka berempat terlibat dalam pembicaraan hangat
Tidak lama pembicaraan kedua keluarga itu berlangsung
Hingga saat pak Asep menanyakan maksud kedatangan pak dokter dan istri
Maka pak dokter menjawab bahwa ia datang hanya untuk bersilaturrahmi kepada pak Asep dan istri

Pak dokter menyatakan bahwa ia terharu dengan pengorbanan pak Asep
dan istri yang telah rela membantu tetangganya yang sakit
dan memerlukan dana cukup besar

Ia datang bersilaturrahmi ke rumah pak Asep hanya untuk mengetahui
kondisi pak Asep dan belajar cara ikhlas membantu orang lain yang sulit ditemukan di bangku kuliah
Semua kalimat yang diucapkan oleh pak dokter dielak oleh pak Asep dengan bahasa yang selalu merendah

Tiba saat pak dokter berujar,

“Pak Asep dan ibu....,
saya dan istri berniat untuk melakukan haji tahun depan
Saya mohon doa bapak dan ibu agar perjalanan kami dimudahkan Allah SWT...
Saya yakin doa orang-orang shaleh seperti bapak dan ibu akan dikabul oleh Allah...”
Baik Asep dan Asih menjawab serentak dengan kalimat,

“Amien...!”


Pak dokter menambahkan,

“Selain itu, biar doa bapak dan ibu semakin dikabul oleh Allah untuk saya dan istri,
ada baiknya bila bapak dan ibu berdoanya di tempat-tempat mustajab di kota suci Mekkah dan Madinah...”
Kalimat yang diucapkan pak dokter kali ini sama-sama membuat bingung Asep dan Asih
sehingga membuat mereka berani menanyakan,

“Maksud pak dokter....?”



“Ehm..., maksud saya, izinkan saya dan istri mengajak bapak dan ibu Asep untuk berhaji bersama kami
dan berdoa di sana sehingga Allah akan mengabulkan doa kita semua!”


Kalimat itu berakhir menunggu jawaban
Sementara jawaban yang ditunggu tidak kunjung datang
hingga air mata keharuan menetes di pipi Asep dan Asih secara bersamaan

Beberapa menit keharuan meliputi atmosfir ruang tamu sederhana milik Asep dan Asih
Seolah bagai rahmat Tuhan yang turun menyirami ruh para hamba-Nya yang senantiasa mencari keridhaan Tuhan

Asep dan Asih hanya mampu mengucapkan terima kasih berulang-ulang
Usai pak dokter pulang, keduanya tersungkur sujud mencium tanah tanda rasa syukur yang mendalam mereka sampaikan kepada Allah Yang Maha Pemurah
Akhirnya, mereka berempat pun menjalankan haji di Baitullah
demi mencari keridhaan Allah Azza wa Jalla


Sungguh, kesabaran panjang yang diakhiri dengan pengorbanan kebaikan,
Akan berbuah di tangan Allah SWT menjadi balasan yang besar
dan anugerah yang tiada terkira




***
Referensi :
Dari Majlis Al Kauny (www.kaunee.com)
Selasa, 26 Juli 2001
http://kembanganggrek2.blogspot.com/2011/07/kisah-hikmah-sabar-dan-ikhlas.html
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar