~*~ Saat-Saat Menjelang Kepergian Rasulullah ~*~
.......... Tiba-tiba
dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam
“Bolehkah saya masuk?”
tanyanya
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
“Maafkanlah, ayahku sedang demam,”
kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu
Kemudian ia kembali menemani ayahnya
yang ternyata sudah membuka mata
dan bertanya pada Fatimah
“Siapakah itu wahai anakku?”
Tanya Rasul
“Tak tahulah ayahku,
orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya”
tutur Fatimah lembut
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu
dengan pandangan yang menggetarkan
Seolah-olah setiap lekuk wajah anaknya itu hendak dikenangnya
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,
dialah yang memisahkan pertemuan di dunia
Dialah malaikatul maut”
kata Rasulullah
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya
Malaikat maut datang menghampiri,
tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut menyertainya
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia
menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?”
Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah
“Pintu-pintu langit telah terbuka,
para malaikat telah menanti ruhmu ya Rasul”
“Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu”
kata Jibril
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega,
matanya masih penuh kecemasan
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini?”
Tanya Jibril lagi
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah,
aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:
‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,”
kata Jibril
Detik-detik semakin dekat,
saatnya Izrail melakukan tugas
Perlahan ruh Rasulullah ditarik
Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang
“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.”
Perlahan Rasulullah mengaduh
Fatimah terpejam,
Ali yang di sampingnya pun menunduk semakin dalam
dan Jibril memalingkan muka
“Jijikkah kau melihatku,
hingga kau palingkan wajahmu Jibril?”
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu
“Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,”
kata Jibril
Kemudian terdengar Rasulullah mengadu,
karena rasa sakit yang tidak tertahankan lagi
“Ya Allah, begitu dahsyatnya maut ini,
timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku,
jangan pada umatku”
Badan Rasulullah mulai dingin,
kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu,
Ali segera mendekatkan telinganya
“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku..."
"Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu”
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya,
dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan
“Ummatii.. ummatii.. ummatiii...?”
“Umatku.. umatku.. umatku...??“
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Karena itu
Tunjukanlah bukti rasa cintamu pada sang rasul
Perbaikilah ruku-mu untuk mengurangi tekanan maut
Dan perbanyaklah membaca shalawat kepada Rasulullah SAW
Terutama di hari Jum’at
Insya Allah kita akan mendapat syafa’atnya di dunia dan di Yaumil Mahsyar kelak…
Aamiin Ya Robbal ‘Alamiin...
Yukk klik BAGIKAN !!!
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya
Agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya,
Sebagaimana Allah dan Rasulnya mencintai kita
Tak perlu gelisah apabila dibenci manusia
karena masih banyak yang menyayangimu di dunia
tapi gelisahlah kamu apabila dibenci Allah
karena tiada lagi yang mengasihmu di akhirat
***
Referensi :
Sabtu, 15 Desember 2012 @ 16:31
http://bulancahaya9.blogspot.com/2012/12/saat-saat-menjelang-kepergian.html?m=1
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar